Gadis Pakistan Pejuang Hak Pendidikan Anak Perempuan Jadi Peraih Nobel Termuda
NIASSATU, JAKARTA – Malala Yousafzai, gadis belia Pakistan yang karena lantang memperjuangkan hak pendidikan bagi anak-anak perempuan di negaranya nyawanya hampir terenggut, memenangkan Nobel Perdamaian 2014.
Malala saat ini berusia 17 tahun. Dia ditembak oleh pasukan Taliban pada 2012 atau saat berusia 15 tahun. Akibat penembakan itu, Malala sempat sekarat dan akhirnya ditolong melalui perawatan medis intensif di London, Inggris.
Sejak pulih dari dampak penembakan itu, Malala tinggal di luar negeri, terutama di Inggris. Dia juga berkeliling ke berbagai negara mengkampanyekan hak-hak pendidikan bagi anak-anak perempuan di seluruh dunia. Malala juga sempat berpidato di kantor PBB di New York, Amerika Serikat.
Malala tak sendirian, Nobel Perdamaian 2014 tahun ini dimenangkan bersama dengan pejuang hak anak di India, Kailash Satyarthi.
Kailash yang kini berusia 60 tahun telah aktif menentang buruh anak yang dipekerjakan di industri India. Dia memimpin sejumlah aksi damai yang oleh berbagai pihaknya menggambarkannya memelihara tradisi Mahatma Gandhi, yakni, melakukan protes tanpa kekerasan. Aksi damainya selalu berfokus pada “eksploitasi anak-anak untuk keuntungan finansial.”
“Nobel Perdamaian 2014 diberikan kepada Malala dan Kailash Satyarthi untuk perjuangan mereka melawan penindasan terhadap anak-anak dan kaum muda, dan hak setiap anak akan pendidikan,” demikian bunyi pengumuman Komite Nobel pada Jum’at (10/10/2014) di Oslo, Norwegia.
Komite Nobel menilai penting kontribusi kedua pemenang ini. Hal itu karena keunikan keduanya, yakni seorang beragama Islam dan dan seorang lagi beragama Hindu, dari dua negara bertetangga yang juga sering bertikai di perbatasan, namun berada dalam perjuangan bersama untuk pendidikan dan melawan ekstrimisme.
Seperti diketahui, mayoritas penduduk India beragama Hindu. Sedangkan Pakistan yang dulu memisahkan diri dari India berpenduduk mayoritas Islam. (NS1/BBC)