Serba Pertama dari Kabinet Kerja Jokowi-JK
Oleh: Barugamuri Dachi, SE., Ak., CA., CPA*)
Akhirnya datang juga! Masih ingat acara TV ini? Kurang lebih seperti itulah rasa penantian dan penasaran masyarakat Indonesia menunggu pengumuman susunan kabinet sejak Jokowi-JK dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2014-2019 pada 20 Oktober 2014.
Tepatnya tanggal 27 Oktober 2014 atau 6 hari setelah dilantik, Presiden Jokowi mengumumkan susunan kabinetnya yang dberi nama “Kabinet Kerja”. Ada yang senang, puas, opitimis tetapi ada juga yang heran, sedih, keberatan, terganggu, bahkan pesimis, dll. Hal yang wajar tentunya karena penyusunan kabinet tersebut adalah kepentingan bangsa dan negara, kepentingan politik baik Jokowi-JK, partai Koalisi Indonesia Hebat dan partai Koaliasi Merah Putih untuk 5 tahun ke depan.
Dari proses penyusunan sampai pengumumannya, menurut hemat saya, banyak hal yang tidak biasa dilakukan pada era Presiden sebelumnya tetapi di era Jokowilah kita melihatnya dan disadarkan tentunya. Kalau tidak ada hikmat dari Jokowi-JK, tidak mungkin hal ini terjadi.
Saya mencatat beberapa hal yang pertama dilakukan/terjadi dalam susunan kabinet kerja Jokowi-JK yang mungkin akan selalu diingat dan dijadikan referensi antara lain:
1. Proses pengumuman Kabinet Kerja
Dilakukan di halaman Istana dengan memanggil masing-masing menteri terpilih menggunakan pakaian seragam hitam-putih dengan lengan baju dilipat. Sangat simbolis, tetapi maknanya sangat jelas. Para menteri dituntut kerja keras. Hitam-Putih juga mengisyaratkan bahwa para menteri tersebut akan masuk dalam masa percobaan, jika tidak perform, maka siap-siap tidak diangkat menjadi menteri tetap.
2. Seleksi mempertimbangkan saran KPK dan PPATK
Banyak yang mengapresiasi langkah Jokoki-JK meminta saran dari KPK dan PPATK atas calon menteri yang diusulkan untuk memastikan apakah yang bersangkutan seorang yang “clear and clean” dan tidak terindikasi kasus korupsi. Langkah jitu ini, membuat Jokowi-JK memiliki alasan profesional untuk menolak usulan dari titipan partai. Banyak yang mengusulkan agar langkah seperti ini dicopas (copy-paste) agar menjadi syarat utama dalam pencalonan kepada daerah. I hope so!
3. Memiliki 8 orang menteri Wanita
Sejarah akan mencatat, bahwa ini adalah jumlah terbanyak dalam susunan kabinet di Indonesia sejauh ini. Ini merepresentasikan 24% dari jumlah menteri di kabinet tersebut. Kalau banyak aktivis perempuan yang menyuarakan agar keterwakilan kaum perempuan di DPR minimal 20% maka di kabinet kerja Jokowi-JK, sudah melebihi target diantaranya”
a. Menteri Luar Negeri Wanita Pertama
Ibu Retno L. P. Marsudi, merupakan menteri luar negeri wanita pertama di Indonesia. Posisi yang sangat strategis dalam hubungan politik luar negeri Indonesia. Nilai tambah sebagai wanita dalam diplomasi memberikan daya tarik untuk mengikuti kinerja sang diplomat senior ini.
Amerika Serikat tercatat telah memiliki 3 Menteri Luar Negeri Wanita yaitu Madeleine Albright, Condolezza Rice, dan Hillary Clinton. Paling tidak Indonesia pun bisa berbangga karena sekarang memiliki Menlu Wanita.
b. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kementerian ini pasti melekat dengan kaum perempuan. Akan menjadi big-issue jika dipimpin oleh kaum laki-laki. Tetapi yang menarik adalah Menteri yang dipilih adalah Prof. Yohana Yambise. Beliau adalah Menteri perempuan pertama dari Papua. Beliau juga banyak menyandang status “serba pertama” dari Papua antara lain guru besar dan professor wanita pertama dari Papua.
4. Menteri Pertama dari Nias
Yasonna H. Laoli, kader PDI-Perjuangan, anggota DPR 2004-2009 dan 2009-2014, terpilih menjadi Menteri Hukum dan HAM. Wow! Surprise! Tidak berlebihan jika di media sosial, orang Nias begitu bersuka cita, mengucapkan selamat dan kebanggaan. Maklum ini yang pertama, bro. Bahkan Pak Yasonna merupakan satu-satunya dari Sumatera Utara.
Konon katanya Pak Yasonna ini seharusnya kembali duduk di DPR periode 2014-2019, tetapi karena di Nias Selatan, terjadi tragedi Pileg dimana yang menang menjadi kalah dan kalah menjadi menang dan mengucap syukur. Tetapi inilah kehendak Tuhan. Salah satu sahabat Pak Yosonna yaitu Dr. Hekinus Manaö, mengatakan beliau terdepak dari Pileg tetapi menjadi berkat sebagai Menteri untuk bangsa dan negara ini.
5. Pelantikan menggunakan dress-code, BATIK.
Batik, I love it! Jokowi ketemu PM Malaysia, pakai baju kemeja putih dengan lengan digulung. Ketemu PM Australia dan Menlu AS, Jokowi pakai batik. Jokowi meneruskan kebiasaan Presiden Nelson Mandela yang selalu pake batik. Dan efeknya, Pelantikan para menteri pun, diwajibkan pakai batik.
Terlepas dari ke 5 hal tersebut diatas, semoga para menteri tersebut dapat memenuhi harapan bangsa Indonesia, menjadikan Indonesia hebat dalam persatuan merah putih.
Para menteri terpilih, jangan korupsi ya dan selamat bekerja!
*) Penulis adalah Associate Partner – Kreston International, Jakarta, Akuntan Publik pertama dari Nias Selatan
Terimakasih atas Jabatan seorang putra Nias yang duduk di Kursi Menteri RI. Kami Mendoakan Bapak Yasonna Laoly agar beban yang diberikan kepadanya selalu diamalkan GBU