Yasonna Hamonangan Laoly dan Inspirasi ‘Ono Niha Bisa!’
Oleh Etis Nehe*
NIASSATU – Kabar mengejutkan datang pada Jum’at (24/10/2014) sore. Tiba-tiba pria ini nongol di Istana Merdeka menghadap Presiden Jokowi yang baru dilantik beberapa hari sebelumnya, pada Senin (20/10/2014). Ada apa gerangan dengan kedatangan pria dengan nama lengkap Yasonna Hamonangan Laoly tersebut?
Kedatangannya memang langsung dikaitkan dengan pencalonan sebagai menteri. Pasalnya, saat itu, Presiden Jokowi sedang menyeleksi calon menteri untuk mengisi posisi menteri pada Kabinet Kerja yang dibentuknya bersama Wapres Jusuf Kalla.
Keluar dari Istana, wajahnya sumringah. Tapi ketika dicecar wartawan, dia lihai berkilah. “Bicara soal MPR,” jawab dia. Padahal, Yasonna sendiri bukanlah anggota DPR pada periode 2014-2019 sehingga otomatis dia juga bukan anggota MPR. Pada periode 2009-2014, Yasonna memang menjabat sebagai Ketua Fraksi PDI Perjuangan di MPR.
Seperti dilansir Nias Satu, beberapa saat setelah kembali dari Istana, Yasonna membenarkan dirinya dipanggil Presiden Jokowi untuk wawancara sebagai calon menteri. Dia juga membenarkan, dirinya merupakan utusan partainya, PDI Perjuangan yang juga pengusung utama pasangan Jokowi-JK pada Pilpres pada Juli 2014 dan berhasil mengalahkan Prabowo-Hatta. Dia juga memastikan dia merupakan usulan final untuk mengisi posisi jatah partainya di kabinet. “Iya. Tentu atas usul Ibu Mega (Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan, red),” ungkap dia.
Kehadiran pria bergelar doktor di bidang Kriminologi tersebut sontak mengejutkan banyak warga Nias, baik di Kepulauan Nias maupu di perantauan. Pasalnya, hal itu tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Tidak pernah sebelumnya ada sejarah generasi Nias dilirik menjabat posisi setinggi itu sejak negara ini merdeka. Selama ini, Yasonna cuma dikenal sebagai politisi karena selama dua kali periode menjabat sebagai anggota DPR RI dari daerah pemilihan Sumut II yang meliputi wilayah Kepulauan Nias.
Meski tidak lahir di Nias, namun ke-Nias-annya sangat kental. Pria yang lahir di Sorkam, Tapanuli Tengah pada 27 Mei 1953 tersebut juga menjadi salah satu tokoh Nias saat ini.
Suami dari Elsye Widya Ketaren dan ayah dari empat orang anak tersebut juga memiliki catatan karir yang membanggakan. Terutama pada 10 tahun terakhir ketika menjadi anggota DPR RI. Di DPR, dia dipercaya partainya menempati posisi-posisi strategis. Di antaranya, menjadi anggota Komisi III bidang hukum dan Komisi II DPR RI yang salah satunya membidangi pemerintahan.
Juga dipercaya menjadi anggota Badan Anggaran dan terakhir menjabat Wakil Ketua Badan Anggaran DPR RI, sebuah alat kelengkapan DPR yang sangat prestisius. Di level Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), dia juga menjadi wakil partainya dalam posisi Ketua Fraksi. Sedangkan di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP, Yasonna juga tercatat sebagai pengurus.
Rasional, kritis dan santun adalah cirinya. Berpembawaan tenang dan tidak mudah terpancing. Kemampuannya itu terlihat mengesankan ketika pada akhir September 2014 pada pertarungan antara Koalisi Merah Putih yang juga pendukung pasangan Prabowo-Hatta dengan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) pendukung Jokowi-JK.
Kala itu, Yasonna tampil mengesankan sebagai juru bicara fraksi dalam sidang paripurna yang berlangsung menegangkan. Pada titik terakhir ketika koalisinya dipecundangi dengan sikap tak konsisten Partai Demokrat yang diketuai Susilo Bambang Yudhoyono yang saat itu juga menjabat sebagai Presiden, Yasonna dengan bahasa yang jelas, lugas, tegas dan kritis ‘memberi pelajaran’ dengan ‘menelanjangi’ partai itu yang disiarkan secara langsung oleh berbagai stasiun televisi nasional.
Yasonna sendiri tak lolos ke parlemen pada periode 2014-2019 karena kalah suara dengan koleganya Trimedya Pandjaitan di Dapil II Sumut. Yasonna yang semula optimistis lolos, batal melenggang ketiga kalinya ke Senayan diduga sebagai salah satu dampak dari kecurangan pada pelaksaaan Pemilu Legislatif di Kepulauan Nias, khususnya di Nias Selatan.
Meski begitu, pengalaman di politik telah menempanya. Tidak mudah menyerah. Tak lagi menjabat anggota DPR RI, tidak membuatnya hilang dari peredaran. Bahkan, dia kerap muncul di televisi nasional menjadi nara sumber utama mewakil PDI Perjuangan. Ketika ditanya aktivitasnya usai tidak lagi menjabat di DPR, Yasonna mengatakan tetap di Jakarta dan akan istrahat untuk beberapa waktu.
Kini, pria yang juga sangat gigih memerjuangkan pembentukan Provinsi Kepulauan Nias di Komisi II menjelang berakhirnya masa tugas DPR RI periode 2009-2014 tersebut, mendapat kesempatan yang lebih prestisius. Bukan cuma dari sisi level jabatannya. Tapi juga karena konteks politik saat ini dimana dia diminta berperan oleh Presiden Jokowi, presiden yang keterpilihannya mencatatkan banyak rekor baru yang fenomenal sebagai presiden pilihan rakyat.
Yasonna ditunjuk menjadi Menteri Hukuma dan Hak Asasi Manusia (Menkumham). Ya, seorang menteri di kementerian strategis. Bukan pejabat biasa. Dia menjadi pejabat tinggi yang kerjanya membantu presiden memimpin negara ini melalui kementerian yang dipimpinnya. Lebih dari itu, karena dia juga menjadi menteri di era seorang presiden yang tidak biasa. Presiden yang identik dengan komitmen kerakyatan, kesederhanaan dan etos kerja yang luar biasa.
Inspirasi ‘Ono Niha Bisa!’
Teringat berpuluh tahun lalu ketika masih kanak-kanak di kampung di Bawömataluo, Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan. Kala itu, saya sering mendengar ungkapan sinisme yang membungkam optimisme anak-anak yang berangkat sekolah. Sindiran yang mematikan gairah untuk berjuang mencapai cita-cita dan capaian tertinggi. Ternyata, ketika saya ke beberapa wilayah di Kepulauan Nias, saya juga menemukan ungkapan yang mematahkan semangat itu diungkapkan di sana, seolah hal lazim di masyarakat.
Kala itu, anak-anak yang bersekolah sering disindir begini. “Baik-baik nak sekolahnya, kamu pasti nanti bisa gantikan Soeharto”. “Tolong agar anak itu jangan diganggu belajarnya, dia lagi bersiap gantikan Soeharto.” Ya, kala itu Soeharto yang tidak mungkin digantikan sedang menjabat Presiden. Kalimat lainnya, “Kamu mau gantikan siapa dengan sekolah tinggi-tinggi”, “Belajar baik-baik nak, nanti kamu bisa gantikan menteri itu.” Kala itu dan sampai kini, khususnya di Desa Bawömataluo, sudah tak terhitung berapa banyak menteri yang pernah berkunjung ke sana.
Berbeda dengan membaca kalimat ini secara tertulis, sebenarnya kalimat-kalimat itu ketika diungkapkan langsung dalam nuansa yang sinis dan cenderung mengolok-olok. Cuma diungkapkan dalam bahasa yang kelihatan positif. Tapi ada juga yang menggunakan kalimat tanpa basa-basi. “Daripada kamu buang waktu sekolah, lebih baik bantu orangtua di ladang. Emangnya, kamu mau gantikan siapa (pejabat negara) dengan kamu sekolah?!”
Pada titik tertentu, ungkapan-ungkapan itu merupakan ekspresi keputusasaan mengingat kondisi kemiskinan yang akut di masyarakat Nias kala itu. Keterisoliran dan keterbatasan pada akses pendidikan dan kehidupan yang lebih baik membuat pilihan yang tersedia sangat kecil. Dulu, tamat SMA saja, itu sudah capaian luar biasa. Setelah itu, ya, kembali ke ladang dan selanjutnya, menikah.
Yasonan tentu saja hadir di posisi menteri itu, selain pertimbangan politik juga karena profesionalitasnya yang telah teruji. Kalau pun dia diusulkan partainya atau oleh petinggi partainya, maka itu berdasarkan pertimbangan terpenuhinya kualifikasi personal dan profesional. Presiden Jokowi juga tidak mau ‘bermain judi’ dengan menunjuk orang yang tidak berkompeten menjadi menterinya.
Di birokrasi, Yasonna menjadi putra Nias pertama yang menjabat sebagai menteri. Sebelumnya, posisi tertinggi pernah dicapai oleh Dr. Hekinus Manaö dengan menjabat Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan dan juga Direktur Eksekutif Bank Dunia mewakili Indonesia selama dua tahun di Amerika Serikat. Kemudian, di militer, capaian tertinggi sejauh ini ditempati oleh Mayjen Christian Zebua yang baru saja digeser dari posisi Pangdam XVII Cendrawasih menjadi Staf Khusus Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Yasonna, kini menambah daftar sosok Putra/Putri Nias yang meruntuhkan mitos ke-tidak bisa apa-apa-an yang membelenggu mentalitas kebanyakan orang Nias dulu, dan yang juga masih banyak bercokol saat ini. Mentalitas yang hanya menggerakan semangat kerja sekadar agar bisa bertahan hidup. Mentalitas medioker. Mentalitas mudah menyerah dan pasrah karena berbagai keterbatasan. Karena itu, Yasonna juga menjadi tonggak baru capaian putra-putri Nias. Kepulauan terpencil itu kini menapaki babak baru capaian keterlibatan dalam berbagai sektor dan level kepemimpinan di negara ini.
Kehadiran Yasonna di salah satu puncuk birokrasi negara ini, tidak hanya memberikan kesempatan bagi putra-putri Nias untuk berkiprah dan berkontribusi bagi negara ini. Yasonna juga menjadi kebanggaan, tolok ukur dan inspirasi baru bagi putra-putri Nias untuk berprestasi di bidang masing-masing. Untuk bermimpi besar dan tinggi.
Bahwa putra-putri Nias tidak seperti yang kadang dibayangkan banyak orang, masih serba tertinggal. Bahwa, Ono Niha Bisa!. Bisa mencapai posisi-posisi yang tampak mustahil dijangkau selama ini, asal mempersiapkan diri dengan baik. Juga kalau sumber daya manusia (SDM)-nya dipersiapkan dengan baik.
Selama atas penunjukan sebagai Menkumham, Pak Laoly. Kami bangga. Dan kami mohon, jaga kebanggaan kami dengan bekerja baik-baik dengan tetap berintegritas, bersama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla. Ya’ahowu.
Profil Dr. Yasonna H. Laoly, SH., M.Sc.
Data Pribadi
Nama Lengkap & Gelar : DR. Yasonna Hamonangan Laoly, SH., M.Sc.
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat & Tanggal Lahir : Sorkam, Tapanuli Tengah, 27-Mei-1953
Agama : Kristen Protestan
Status Pernikahan : Menikah
Nama Istri : Elsye Widya Ketaren
Pekerjaan Istri : Wiraswasta
Jumlah Anak : 4 (empat) Orang
Alamat Rumah : Jl. Abdul Hakim Gg. Susuk VII No. 1 Medan Sumut, 20131.
Riwayat Pendidikan
- SR Katolik Sibolga 1959-1965
- SMPN Sibolga 1961968
- SMA Katholik Sibolga 1968-1972
- S1 Hukum 1978 USU 1972-1978
- S2 Sosiology 1986, Virginia Commonwealth University (VGU), USA
- S3 Kriminology 1994, North Carolina State University (NCSU), USA
- Internship in Higher Education Administration Roanoke College, Salem Virginia, USA 1983-1984
Riwayat Pekerjaan
- Dekan FH Univ. Nomensen 1998-1999
- Ass. Social Science Research & Computer Lab, NCSU 1992-1994
- Ass. Riset Departement of Sosiology & Antropology, NCSU, USA
- Pembantu Dekan FH Univ. Nomensen 1980-1983
- Pengacara & Penasehat Hukum 1978-1983
- Dosen Pascasarjana 2000-sekarang
Riwayat Jabatan Pada Lembaga Pemerintahan
- Ketua Komisi III DPRD Sumut 2003-2004
- Anggota DPRD Sumut 1999-2004
- Anggota DPR RI 2004-2009
- Anggota DPR RI 2009-2014
Pengalaman/Jabatan pada Organisasi
- Ka. Badiklatda PDI-P Sumut 2002-2005
- Wakil Ketua DPD PDI-P Sumut 2000-2005
- Sekertaris BKG PGI Sumut Aceh
- Ketua Umum Mahasiswa Nias
- Wakil Bendahara KNPI Medan 1983
- IBPC GMKI Medan 1976
Keanggotaan/Jabatan di DPR/MPR
- Komisi III
- Komisi II
- Badan Legislasi
- Anggota Badan Anggaran DPR RI
- Wakil Ketua Badan Anggaran DPR RI
- Sekretaris Fraksi PDI-P di DPR RI
- Ketua Fraksi PDI-P di MPR RI
Penghargaan/Tanda Jasa
- Outstanding Graduate Student Award Virginia Commonwealth. University 1986
- Alpha Kappa Delta International Sosiology Honor Society 1987
- Sigma Iota International Honor Society 1993.
* Penulis adalah Pemimpin Redaksi situs berita www.niassatu.com, Warga Nias, tinggal di Jakarta.
Iwao khogu la’ogu mborota: ae sikola mea tola dania mifalalimi Harmoko.