Monumen Tetap Diresmikan, Tapi Tanpa Patung Saönigeho

Monumen Saönigeho | Maria Christina Endarwati

Monumen Saönigeho | Maria Christina Endarwati

NIASSATU, NIAS SELATAN – Polemik terkait pembangunan dan peresmian monument Raja Saönigeho oleh pemerintah Kabupaten Nias Selatan akhirnya menemukan jalan tengah. Pihak ahli waris dan para tokoh masyarakat Desa Bawomataluo menyetujui peresmian monumen tersebut, namun tetap tanpa memasang patung Raja Saönigeho yang sebelumnya sudah sempat dibikin.

“Kemarin kami memutuskan untuk memenuhi undangan Bupati dan kami berbicara mengenai masalah itu. Dan di situ kami menegaskan bahwa keluarga tidak keberatan bila monument itu diresmikan dengan menggunakan nama Saönigeho. Tapi soal pemasangan patung, kami tidak menyetujuinya,” ujar ahli waris Saönigeho Mo’arota Wau kepada Nias Satu, Senin (17/11/2014).

Dia menjelaskan, dalam pertemuan itu, Bupati Idealisman Dachi meminta pengertian ahli waris agar patung yang sudah terlanjur dibikin, tetap dipasang.

“Dia minta seperti itu. Tapi kami menolak karena keluarga menolak. Kami menjelaskan alasannya. Sebab, menurut kami, pemasangan patung itu sebaiknya kalau nanti Saönigeho sudah ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah. Kalau itu sudah ada, maka terserah pemda untuk membuat patungnya, entah dari batu atau dari tembaga, terserah. Ini kan belum ada pengesahan seperti itu, makanya kami tidak setuju,” jelas dia.

Dia mengatakan, merespons hal itu, Bupati mengatakan bahwa terasa kurang elok bila monumen itu diresmikan tanpa patungnya. Lalu, Bupati meminta agar pihak ahli waris berembuk kembali untuk mempertimbangkannya.

“Jadi, kami sudah berembuk kembali dan tetap pada sikap awal, patung itu tidak akan dipasang. Pagi ini, saya menemui bupati menyampaikan keputusan keluarga tersebut. Meski begitu, sebagai solusinya, kami minta, khusus untuk peresmian nanti, tidak masalah bila foto Saönigeho dicetak dan ditempelkan pada monumen itu. Setelah itu, dicopot kembali,” jelas dia.

Dia juga mengatakan, masalah lokasi yang semula sempat dipersoalkan keluarga, sudah diselesaikan. Menurut dia, lokasi itu tidak masalah dan cukup baik untuk pemasangan monumen.

Dia menambahkan, meski tidak menyetujui pemasangan patung Saönigeho, namun keluarga dan desa juga setuju dengan penyematan nama Saönigeho pada monumen tersebut.

Sebelumnya, kepada Nias Satu, Mo’arota menyampaikan protes keras atas rencana peresmian monumen tersebut. Alasannya, terkait lokasi, pihak ahli waris tidak pernah diajak bicara untuk penentuannya. Selain itu, ternyata, tanpa konsultasi kepada keluarga, Pemda juga sudah membuat patung Saönigeho yang menurut dia tidak berdasarkan foto otentik yang dimiliki oleh keluarga keturunan Saönigeho tersebut. Bahkan, kata dia, pihaknya siap melakukan tuntutan adat maupun hukum bila masalah tersebut tidak diselesaikan.

Kemudian, pada Sabtu (15/11/2014), Bupati menyurati mereka, mengundang untuk bertemu untuk membicarakan masalah itu. Sebelumya, keluarga sepakat menolak. Namun kemudian berubah sikap dengan memutuskan untuk memenuhi undangan itu sekaligus menegaskan posisi ahli waris.

Panik

Dari beberapa informasi yang diterima Nias Satu, menyusul protes keras pihak ahli waris, termasuk lewat media ini, sejumlah pihak kalang kabut karena kuatir peresmian itu batal dan membuyarkan semua persiapan yang telah dilakukan serta mempermalukan Pemda Nias Selatan. Karena itu, sejumlah pihak, termasuk para pejabat Pemda yang berasal dari Desa Bawömataluo, diminta untuk membantu menengahi masalah itu.

Monumen tersebut sebenarnya sudah lama dipersiapkan pembangunannya. Di monumen tersebut sudah didirikan berupa tugu dengan logo TNI Angkatan Laut serta tank amfibi dan persenjataan jenis meriam. Di depan berbagai simbol kekuatan militer TNI AL tersebut, terpasang kombinasi huruf yang membentuk kata “Monumen Saönigeho.” Rencananya, monumen itu akan diresmikan oleh KSAL Laksamana Marsetio bersamaan dengan peresmian Pangkalan TNI AL Nias di Telukdalam pada 20 November 2014. (NS1)

 

 

About the Author

Leave a Reply

*

Translate »