Ketua Tim Riset Desa Bawömataluo Untuk Warisan Dunia Tolak Relokasi Warga
NIASSATU, JAKARTA – Ide Utusan Khusus Presiden Seychelles untuk Asean Nico Barito untuk merelokasi warga Desa Bawömataluo mendapat penolakan dari Ketua Tim Riset UGM-Jepang yang sedang mengupayakan pengajuan desa itu sebagai warisan dunia ke Unesco.
Kepada Nias Satu, Ketua Tim UGM-Jepang Dr. Yoyok Wahyu Subroto mengatakan, salah satu tujuan penting dalam pengembangan pariwisata itu adalah tidak merusak alam dan kebudayaan.
“Tujuan pariwisata adalah tidak merusak alam dan kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil budi daya manusia yang memiliki konsep yang diwujudkan secara fisik dalam berbagai bentuk termasuk Omo Sebua dan Omo Hada yang ada bersama dan menyatu dengan manusia penghuninya harus terus hidup dan berkembang. Sudah seharusnya masyarakat Bawömataluo sebagai pemilik kebudayaan tidak boleh tercerabut dari habitatnya,” ujar Dr. Yoyok beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan, dengan berbagai keunikan yang dimilikinya dan tidak dimiliki desa lain bahkan komunitas lain di dunia, Desa Bawömataluo harus tetap dipertahankan sebagai ‘monumen hidup.’
“Desa Bawömataluo harus terus dipertahankan sebagai the Living Monument, tidak seperti desa-desa tradisional yang lain, yang ditinggalkan oleh penghuninya yang notabene adalah pemilik kebudayaan itu sendiri. Ketika wujud fisik kebudayaan hilang maka pada gilirannya akan hilang juga peradabannya dan ketika kebudayaan serta peradaban hilang, Bawömataluo hanya akan tinggal kenangan dan akan ada yang akan berkata doeloe pernah ada desa yang bernama Bawömataluo,” jelas dia.
Dia mengatakan, bila tidak lagi menjadi the living monument karena penghuninya dicabut dari desa itu, maka kelak tidak akan bisa lagi mengklaim dirinya sebagai asli Bawömataluo karena bukti keberadaan Desa Bawömataluo sudah tidak ada.
“Pada kondisi yang sangat ekstrem akan sulit seseorang untuk meng’klaim’ bahwa identitas dirinya adalah asli Bawömataluo, karena sudah tidak ada bukti keberadaan desa Bawömataluo,” tandas dia.
Berdasarkan catatan Nias Satu, Tim UGM-Jepang yang dipimpin oleh Dr. Yoyok telah bekerja di Desa Bawömataluo sejak pertengahan 2011. Mereka memulainya dengan melakukan riset sebagai salah satu bahan pendukung pengajuan desa itu menjadi Warisan Dunia di Unesco. Sampai saat ini, setiap tahun mereka ke sana, baik bertemu warga desa maupun pejabat Nias Selatan guna menyiapkan segala yang dibutuhkan untuk menggolkan desa itu menjadi warisan dunia.
Dalam beberapa penjelasan, mereka sangat menekankan pelestarian berbagai kekayaan peradaban bernilai tinggi di desa itu meski pada sisi lain kehidupan modern dengan segala dinamikanya juga tak bisa dielakkan untuk diakomodir. Namun, mereka tetap pada posisi mempertahankan desa itu seperti saat ini sambil secara perlahan mengembalikan bagian demi bagiannya seperti pada kondisi aslinya. Mereka tidak mengidekan untuk merelokasi warga desa tersebut.
Seperti diketahui, dalam acara Nias International Development Strategic Partnership di Sekretariat APKASI pada Kamis (27/11/2014), Nico mengidekan bahkan meminta Direktur BUMN Nias Selatan untuk mencarikan lahan untuk dibangunkan rumah baru untuk ditempati warga Desa Bawömataluo. Lalu, desa budaya dengan segala keunikannya itu akan dikosongkan dan dijadikan semacam resort khusus untuk pariwisata. (Baca: Mimpi Nico Barito untuk Nias: dari Bangun Hotel Hingga Pindahkan Warga Desa Bawömataluo)
Acara itu dihadiri oleh para kepala daerah di Pulau Nias, kecuali Nias Selatan yang diwakili Kadis Budpar Faböwösa Laia dan Direktur Utama BUMD Bumi Nisel Cerlang. (ns1)
Pingback: Nias Satu » Prof. Yoyok: Kepentingan Jangka Pendek Bisa Gagalkan Bawömataluo Jadi Warisan Dunia
Pingback: Nias Satu » Prof. Yoyok: Nias Salah Satu Pilar Memahami Budaya dan Peradaban Nusantara