Menjerit Harga Karet Tak Kunjung Membaik, Warga Pilih Merantau

Petani karet | greenpeace.org

Petani karet | greenpeace.org

NIASSATU, NIAS SELATAN – Kondisi harga karet yang tak kunjung membaik dan cuaca hujan yang terus menerus terjadi selama hampir empat bulan terakhir membuat petani karet di Nias Selatan menjerit.

Sökhi, warga Nias Selatan mengatakan, saat ini mereka mengalami kondisi yang sangat sulit karena selama ini pencaharian mereka sangat bergantung pada hasil menyadap karet.

“Hidup di sini sangat sulit sekarang. Harga karet tak kunjung naik, sementara hujan terus selama berbulan-bulan ini. Kita butuh biaya untuk kebutuhan, biaya anak-anak dan keperluan lainnya. Kondisi saat ini sangat parah,” kata dia, Jum’at (30/1/2015).

Dia mengatakan, guna menutupi kebutuhan keluarganya, dia berencana untuk mencari pekerjaan di luar Pulau Nias.

“Bila nanti kondisi sudah membaik di Nias, balik lagi. Kalau tidak begini, sulit memenuhi kebutuhan keluarga,” ujar dia.

Saat ini, kata dia, harga karet bervariasi mulai dari Rp 4.000 – 6.000 per kilogram, tergantung olahan karet. Karet kering, biasanya dihargai hingga Rp 6.000 per kilogram. Sedangkan karet basah Rp 5.000 – 5.500 per kilogram. Di beberapa tempat, bahkan harga dimulai dari Rp 4.000 per kilogram di desa-desa yang relatif jauh.

Pantauan Nias Satu di beberapa wilayah di Nias Selatan juga mengeluhkan hal yang sama.  Mereka berharap banyak agar Pemerintah Daerah bisa mengambil langkah-langkah untuk membantu agar harga karet tersebut tidak terus menerus jeblok. Namun, harapan itu tidak membuahkan apa-apa karena karena sudah lebih setahun ini harga tersebut tidak kunjung membaik. (ns4)

 

 

 

About the Author

Leave a Reply

*

Translate »