SEMINAR BULANAN LEAD CENTER INDONESIA
3 Ciri Pemimpin Dewasa Rohani: Rendah Hati, Berani dan Mengampuni
NIASSATU, JAKARTA – Secara umum, kepemimpinan selalu diidentikan dengan skill atau keahlian/kemahiran dalam memandu sekelompok orang atau menjalankan sebuah organisasi mencapai target-target tertentu. Namun, kenyataannya kepemimpinan yang bermodalkan cuma keahlian dan pengalaman seperti itu banyak yang berakhir dengan catatan buruk dan kerusakan yang berdampak jangka panjang.
Sejatinya, kepemimpinan tidak hanya soal skil dan pengalaman. Tetapi juga mencakup kematangan rohani (spiritual maturity). Tak hanya untuk memberikan keseimbangan dalam menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan, tetapi juga menjadi jiwa dari kepemimpinan itu sendiri.
“Dunia saat ini membutuhkan teladan. Bukan sekadar orang yang bisa memimpin,” ujar Koordinator LEAD Center (LC) Indonesia Selfy Antasia saat menyampaikan paparan dalam seminar bulanan LEAD Center Indonesia di Kalam Kudus Center, Central Park, Jakarta, Minggu (11/10/2015).
Seminar ini secara khusus membahas mengenai kematangan spiritualitas pemimpin setelah sebelumnya dari awal tahun membahas mengenai kepemimpinan (leadership) dan kewirausahaan (entrepreneurship).
Pada sesi Spiritual Maturity ini, secara khusus mengangkat profil Raja Daud. Selfy berpendapat, sosok Raja Daud adalah sosok yang lengkap dalam kepemimpinannya. Dia memiliki tidak hanya syarat-syarat umum kepemimpinan.
“Untuk menjadi pemimpin, Anda harus memiliki tiga hal. Pertama, kerendahan hati; kedua, keberanian sejati dan ketiga, cinta kasih dan pengampunan. Semuanya itu, dimiliki dan tampak dalam kepemimpinan Raja Daud,” jelas dia.
Kerendahan hati Daud, menurut dia, tidak dalam pernyataan seperti sering dikatakan banyak orang untuk memberi kesan rendah hati. Tetapi, kerendahan hati Daud bersumber dari dalam hatinya yang paling dalam, dan terutama di hadapan Tuhan.
Dalam hal keberanian, Daud seorang yang berani bertindak, mengambil keputusan. Berbagai koleksi kemenangannya melawan binatang buas di masa lalu, sebelum menjadi raja, menjadi modal bagi dia untuk berani memimpin dan yakin akan menang.
Dalam hal cinta kasih, Daud juga memiliki orang-orang yang dikasihi, terdekat dalam hidupnya. Dia memiliki seorang sahabat bernama Yonatan, yang juga adalah putra dari Raja Saul, yang berusaha mencabut nyawanya. Di sisi lain, Daud memiliki beberapa kesempatan untuk membalas Raja Saul dengan membunuhnya, baik secara langsung atau tidak langsung, namun dia tidak melakukannya.
“Bagaimana pun, bagi Daud, Raja Saul adalah orang yang diurapi oleh Tuhan. Dia tidak boleh mencederai orang yang dipilih Tuhan. Dia mengampuni Raja Saul dan tidak membunuhnya dalam beberapa kesempatan. Itu berbeda dengan konsep atau praktik kepemimpinan yang lazim kita lihat saat ini,” tandas dia.
Sementara itu, pendiri LC Indonesia Eloy Zalukhu mengatakan, sosok Daud adalah contoh yang tepat yang bisa ditiru oleh para peserta pembinaan pengembangan kepemimpinan, kewirausahaan dan spiritualitas (LEAD Center/LC) tersebut.
“Ketika berbicara spiritualitas yang baik, contohnya siapa? Ada banyak nama. Dan kita memilih Daud. Dia memiliki kerendahan hati. Kita ingin peserta LC ini memiliki itu. Jauh dari kesombongan meski hal itu tidaklah gampang. Juga berani, namun bukan keberanian yang tidak berdasar. Berani karena kepercayaan diri. Bukan karena kepercayaan diri yang bersumber dari diri sendiri, melainkan pada pengenalan akan Tuhan dimana dari situ mengenal diri sendiri. Jadi kalau memiliki hal itu, Anda tidak akan menjadi sombong,” jelas pria yang juga dikenal sebagai The Theocentric Motivator tersebut.
Pada bagian akhir, satu jam terakhir, diisi dengan paparan perkembangan terbaru dari Kepulauan Nias yang disampaikan oleh Etis Nehe, salah satu pengurus LC Indonesia. Sekitar 20 orang mahasiswa/i asal Pulau Nias dari berbagai kampus maupun karyawan mengikutinya.
Pada sesi ini terutama berbicara mengenai perkembangan pelaksanaan tahapan Pilkada serta bagaimana setiap peserta ini berkontribusi dengan memberikan pemahaman kepada keluarganya di Pulau Nias agar tidak salah memilih calon kepala daerah.
“Mungkin Anda tidak bisa ke sana pada saat Pilkada pada 9 Desember 2015. Atau tidak punya hak memilih di sana. Tapi Anda tetap bisa berkontribusi penting. Cari tahu informasi mengenai para calon tersebut agar keluarga di kampung mendapatkan informasi objektif mengenai mereka. Kita ingin mendapatkan kepala daerah yang benar-benar layak memimpin dan bermanfaat untuk masa depan Pulau Nias yang lebih baik. Karena itu, pilihlah calon bukan karena pertimbangan kedaerahan, ikatan keluarga maupun marga. Juga jangan karena iming-iming atau pemberian-pemberian yang tak seberapa nilainya. Jangan sampai keluarga dibohongi oleh pencitraan yang dilakukan para calon. Tapi, apakah calon itu yang terbaik untuk Nias ke depan, layak karena memiliki kualifikasi serta berintegritas” jelas dia.
Wadah LEAD Center Indonesia dibentuk dan diawali dengan pembentukan LEAD Center Nias untuk mewadahi putra-putri Nias di Jabodetabek untuk mendapatkan pelatihan guna dipersiapkan menjadi calon-calon pemimpin Nias di masa depan.
Dalam perkembangannya, peserta bukan orang Nias juga meminati kegiatan ini sehingga dibuka untuk umum. Dua jam pertama seminar bulanan ini diikuti oleh peserta umum. Sedangkan satu jam terakhir dikhususkan hanya bagi peserta asal Pulau Nias dengan kegiatan di antaranya, pembaruan (update) informasi mengenai perkembangan di Pulau Nias, diskusi dan berdoa bersama untuk Pulau Nias. (NS1)