PILKADA SERENTAK 2015

JEMARI Gagas Gerakan 1.000 Spanduk Anti Politik Uang di Pilkada Pulau Nias

Contoh spanduk Anti Politik Uang di Pilkada Pulau Nias | Jemari

Contoh spanduk Anti Politik Uang di Pilkada Pulau Nias | Jemari

NIASSATU, JAKARTA – Didorong keinginan agar Pilkada serentak 2015 menghasilkan proses dan kepala daerah yang bersih dan layak memimpin, Jejaring Masyarakat Relawan Indonesia (JEMARI) menggagas gerakan 1.000 spanduk berisi kampanye antipolitik uang di Pilkada serentak di Pulau Nias pada 9 Desember 2015.

Jemari adalah sebuah gerekan yang digagas oleh Sabar Mangadu dan kawan-kawan sebagai gerakan nasional relawan independen yang peduli terhadap penanganan carut marut demokrasi di Indonesia.

Kepada Nias Satu, Team Penggerak sekaligus Sekretaris Umum Jemari Nasional Finsen Mendröfa mengatakan, pihaknya menggagas gerakan 1.000 spanduk tersebut untuk memberikan edukasi dan mengingatkan masyarakat agar tidak tertipu dengan permainan uang menjelang pilkada.

“Penggerak utama di Kepulauan Nias untuk melakukan gerakan 1.000 spanduk melawan politik uang ini kebetulan saya sendiri. Tidak ada ada sponsor. Sampai sekarang teman-teman saya ajak untuk menyumbangkan dengan uang pribadi untuk pembuatan spanduk anti politik uang ini,” ujar Finsen, Senin (16/11/2015).

Finsen menjelaskan, gerakan ini dilakukan karena pesimis dengan kiprah lembaga gereja maupun organisasi kemasyarakatan Nias, baik di perantauan maupun LSM lokal yang sangat terbatas memberikan edukasi bagi masyarakat Nias terkait pelaksanaan Pilkada kali ini.

“Banyak yang berdiam diri. Semua hanya mainan elit saja. Hanya mencari panggung politik. Makanya saya tidak berharap dan tidak menunggu respon  tokoh masyarakat. Kalau yang tua tidak bisa memberikan harapan bagi kaum muda, maka sebaliknya kaum muda akan memberikan harapan untuk kaum tua.

Guna penyebarluasan informasi gerakan ini, Finsen menggunakan sarana sosial media, khususnya Facebook. Hingga saat ini, kata dia, sudah terkumpul 30 spanduk yang dikirim oleh mereka yang mendukung kegiatan ini dan peduli dengan masa depan Pulau Nias. Mereka adalah orang-orang Nias di perantauan. Bahkan, kata dia, juga ada orang Indonesia yang saat ini tinggal di Amerika Serikat juga mendukung gerekan ini dengan menyumbang spanduk.

Dalam grafis spanduk yang disediakan, tertulis kata-kata “Ono Niha Tola.. Böi Halö Böi Fili! Pelaku Politik Uang, Penjahat” (Lihat foto). Di sisi kanan, bisa menampilkan foto sendiri atau organisasi dan kutipan kalimat penting. Sedangkan di pojok kanan bawah tertulis “Anti Politik Uang.

Prosedur Dukungan

Finsen menjelaskan, prosedur penyaluran dukungan sangat sederhana. Penyumbang cukup menghubungi Finsen untuk menginformasikannya. Sedangkan biaya yang diperlukan, yakni: pembuatan spanduk standar dengan harga rerata 100-150 ribu per spanduk. Itu sudah termasuk dukungan untuk sekedar uang minum bagi relawan untuk memasang spanduk-spanduk tersebut di tempat strategis.

Finsen juga memastikan pertanggungjawaban uang dukungan spanduk yang disalurkan secara transparan. Untuk penyalurannya, bisa ditransfer ke rekening Koordinator Jemari di Pulau Nias atas nama Amos Gari.

“Jadi tidak masuk di rekening saya. Bukti pengiriman uang kita upload di FB sebagai bukti transparansi,” jelas dia.

Adapun rekening penampung dukungan tersebut adalah:

  • BNI 0318591628 An Amonius Gari, atau
  • BRI 0176-01-019065-53-3 A.n Amonius Gari

Untuk konfirmasi setoran dukungan maupun pertanyaan lebih lanjut, bisa menghubungi di
email: amoniusgari@yahoo.co.id,HP: 085360495753 a.n. Amos Gari dan 081377001105 a.n. Finsen Mendröfa.
(ns1)

About the Author
  1. Mei Putra Daya Reply

    uang adalah alat politik yang ampuh untuk menduduki sebuah jabatan, jadi wajar jika pilkada di Nias ada yang berbagi uang.
    ada alasan mengapa orang menggunakan uang sebagai alat politika. takut kalah . memang benar, kalau ingin menduduki jabatan itu kita harus berusaha semaksimal mungkin dan uang adalah alat usaha yang tepat. intinya PILKADA yang telah terlaksana kemarin penuh dengan politik uang, tetapi masyarakat hanya terdiam bisu. loh kok terdiam bisu? karena uang adalah kebutuhan, intinya ada uang ada barang, ada uang ada suara.
    percuma spanduk yang ditebar di berbagai sudut kota gunungsitoli tidak ada efeknya sedikit pun.

    dan pastinya jangan spanduk itu sedikit membuat saya berpikir. “jika ada pasanngan yang memberi uang ketika Pilkada atau sebagainya, maka pada akhirnya mereka akan korupsi”. kok korupsi ???? mereka korupsi untuk menganti uang mereka yang telah hilang. jadi bersyukur untuk yang menang dan yang kalah pikir bayar utang dan tanggung malu. heheehe just coment

Leave a Reply

*

Translate »