PILKADA SERENTAK NIAS 2015

Selamat Memilih, Selamat Menentukan Nasib Sendiri (Panduan Memilih)

Oleh Etis Nehe*

Etis Nehe | Dok. Pribadi

Etis Nehe | Dok. Pribadi

Hari yang dulu terasa masih lama dan jauh itu, kini, sudah tiba. Rabu, 9 Desember 2015. Hari ini. Hari yang selama bertahun dan secara berbulan-bulan dipersiapkan menjadi momentum bersejarah bagi diri sendiri dan daerah dimana Anda tinggal.

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu itu. Hari dimana Anda sebagai rakyat memiliki kuasa untuk mengangkat maupun menjatuhkan pemimpin daerah Anda. Hari dimana, meski dengan suara yang satu-satunya Anda miliki itu, menempatkan Anda sebagai penentu masa depan Anda sendiri dan daerah Anda.

Yang patut Anda ingat, khususnya pemilik hak suara yang sah, adalah bahwa dalam Pilkada ini suara Anda yang satu-satunya itu berharga. Suara itu bukan sekadar jumlah. Tapi itu mewakili diri Anda sendiri. Karena itu jangan sia-siakan. Jangan berikan dengan sia-sia. Berikan dengan bertanggungjawab, kepada orang yang pantas menerimanya, menjadi wakil Anda.

Pilkada bukanlah sekadar memilih kepala daerah dan wakilnya. Ingat baik-baik. Sekali lagi, bukan hanya untuk menentukan siapa yang akan jadi bupati, wakil bupati, walikota, wakil walikota, gubernur, wakil gubernur. Tetapi, Pilkada adalah momen dimana Anda menentukan nasib sendiri untuk lima tahun mendatang kepemimpinan orang yang Anda pilih (bila menang) dan berpuluh tahun efek ikutan dari kepemimpinannya. Bila memilih orang yang tepat, maka minimal selama lima tahun periode kepemimpinannya, Anda akan mendapatkan hal-hal baik. Dan berpuluh tahun mendatang, manfaat dari kepemimpinannya yang baik dalam periode lima tahun itu akan tetap dirasakan.

Selama berbulan-bulan Anda telah melihat bahkan dirayu oleh pasangan-pasangan calon kepala daerah. Tentu tidak bisa memilih mereka semua, sekaligus. Perlu hanya satu pasangan calon saja. Karena itu, tanggungjawab Anda sendiri menentukan mana yang terbaik menjadi pemimpin.

Bagi Anda yang akan memberikan suara pada hari ini (besok, Rabu, 9 Desember 2015), beberapa hal ini bisa jadi panduan Anda memilih.

Pertama, meski semua calon yang berlaga memenuhi syarat administrasi dan prosedur, tidaklah berarti serta merta memenuhi syarat jadi pemimpin. Syarat-syarat formal itu tidak mencakup sifat-sifat seperti ini: memiliki kemampuan memimpin, jujur, bisa dipercaya, tidak bermasalah secara moral dan etika, dan lain sebagainya. Jangan memilih calon yang mahir berbohong, suka membesar-besarkan diri, sombong, arogan dan punya kecenderungan membangun kerajaan sendiri.

Kedua, masa kampanye adalah masa rayuan. Masa janji-janji ditebar. Yakinlah, separuh atau lebih dari janji-janji itu sebenarnya cuma basa-basi. Sekadar rayuan gombal agar Anda memilih mereka. Karena itu, pilihlah pasangan yang memiliki program yang jelas, terukur dan tidak menjual mimpi.

Ketiga, memilih kepala daerah bukanlah urusan keluarga atau kelompok. Karena itu, jangan memilih seseorang karena kesamaan kampung, kesamaan marga, kesamaan wilayah desa/kecamatan, kesamaan partai, bahkan kesamaan agama. Sebab, ketika Anda memilih seseorang, dan ketika terpilih, dia bukanlah pemimpin untuk keluarga besar atau kelompok Anda. Tapi pemimpin atas puluhan ribu bahkan ratusan ribu orang di daerah Anda. Jadi, luaskan wawasan dan pilihlah orang yang layak meski beda keluarga, marga, kampung, partai dan agama.

Keempat, jangan memilih pasangan calon yang berpotensi berurusan dengan hukum atau masuk penjara setelah pemilihan ini. Saat ini, kejaksaan dan kepolisian, bahkan KPK masih menunda pemanggilan dan pemeriksaan para calon kepala daerah dalam beberapa kasus dugaan korupsi. Ditunda agar proses pilkada tidak terganggu. Tapi setelah pilkada, satu per satu mereka akan dipanggil. Bisa jadi di antara mereka ada yang akan menjadi tersangka dan segera menghuni penjara. Karena itu, jangan ceroboh. Pilihlah orang yang bersih dari kasus hukum. Perhatikan apakah si calon punya kasus hukum, diduga kuat terlibat kasus hukum, orang-orang di sekitarnya dan keluarganya bermasalah hukum.

Kelima, jangan pilih calon kepala daerah bermental calo. Sudah jadi rahasia umum, ketika terpilih, kepala daerah menjadikan posisinya sebagai kesempatan mengeruk keuntungan bagi diri sendiri, keluarga, tim sukses maupun kelompok-kelompok pendukungnya. Anggaran daerah akan diatur sedemikian rupa agar jatuh ke tangan mereka dengan cara dikorupsi. Calon-calon kepala daerah bermental pemburu rente seperti ini, janganlah dipilih. Memilih mereka sama saja Anda sedang melemparkan diri ke mulut harimau.

Perhatikan setiap pasangan calon. Bagaimana catatan mereka selama berada dalam kekuasaan (bila petahana) maupun dalam keseharian (bila pasangan calon baru). Teliti siapa saja yang berada di sekitar mereka, siapa tim suksesnya. Apakah orang bermasalah, calo, pemburu rente. Apakah selama ini mereka memperkaya diri, memperkaya keluarga, kelompok, dan lain sebagainya. Telisik mereka sebelum memberikan suara.

Keenam, jangan pilih pemberi uang. Mungkin beberapa bulan, beberapa hari atau beberapa jam sebelum Anda ke tempat pemungutan suara (TPS) didatangi orang-orang dari pasangan tertentu untuk memberikan uang, sembako ataupun janji-janji lainnya. Atau bisa juga menebarkan ancaman yang memaksa Anda memberikan suara kepada pasangan tertentu. Bila Anda menemukan hal itu, maka itu pertanda bahwa pasangan tersebut adalah pasangan yang tidak layak untuk jadi pemimpin. Jangan pilih! Itu adalah pasangan bermental maling, calo, pemburu rente. Pemimpin yang menghalalkan segala cara. Pemimpin bermental korup.

Apa yang dia berikan kepada Anda dapat dipastikan uang yang diperoleh secara tidak legal sehingga diberikan dengan cara yang melanggar hukum dan norma. Apa yang dia berikan, bila Anda menerimanya, tidak hanya mengorbankan suara Anda tetapi juga memasung Anda pada kesepakatan tak tertulis bahwa Anda setuju bila dia mencuri anggaran daerah, uang negara yang seharusnya untuk Anda dan masyarakat bila dia sudah memimpin. Jadi, bila Anda memilih pemberi uang, pemberi suap, itu berarti Anda memilih koruptor memimpin Anda lima tahun ke depan.

Sekali lagi, memberikan suara pada Pilkada serentak hari ini (Rabu, 9 Desember 2015), tidak hanya untuk memilih dan menempatkan sepasang calon kepala daerah pada posisi kepala dan wakil kepala daerah. Tapi, Anda sedang menentukan nasib Anda sendiri, keluarga dan keturunan melalui pemilihan orang-orang yang mencalonkan diri tersebut. Karena itu, jangan salah memilih, jangan memilih sembarangan, jangan konyol dengan memakai alasan: “Be ògu ji ma’ökhö, ba halö öu ji lima fakhe” (biarkan saya makan untuk yang sehari ini, dan silakan makan selama lima tahun).

Selamat memiih, Selamat menentukan nasib.

*Penulis adalah pemimpin redaksi NiasSatu.com, Pemerhati Nias, Warga Nias, tinggal di Jakarta.

 

About the Author
  1. Pingback: Nias Satu » Edukasi, Media dan Palu Godam Kesadaran Politik Warga Nias

Leave a Reply

*

Translate »