Tak Sanggup Bayar Biaya Seragam dan Buku, Kairani Laia Pilih Berhenti Sekolah
NIASSATU, MEDAN – Terbelit kemiskinan, Kairani Laia terpaksa berhenti sekolah. Siswi kelas VII SMP Negeri 19 Medan tersebut memutuskan berhenti sekolah karena tidak sanggup membayar tunggakan biaya buku dan seragam sekolah.
Seperti dilansir berbagai media di Medan, tunggakan utang Kairani di sekolahnya adalah Rp 510 ribu untuk bayar buku-buku pelajaran dan Rp 327 ribu untuk bayar seragam.
Kariani mengaku memutuskan tak lagi ke sekolah karena malu terus ditagih oleh sekolah.
“Saya malu di sekolah karena terus ditagih oleh sekolah sementara orang tua saya tidak sanggup membayarnya,” ujar Kairani kepada wartawan yang menemuinya di kontrakan keluarga di Jalan Abadi, No 22 Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal.
Ayahnya, Saroganoita Laia (41) adalah penarik becak yang mengaku dalam sehari paling banyak membawa uang hanya Rp 30 ribu di luar biaya bensin becak motornya sebesar Rp 20 ribu. Sementara ibunya, Ferimani Ndruru (38) tidak bekerja karena fokus merawat mertuanya yang menderita stroke. Saroganoita dan Ferimani memiliki lima orang anak.
Tak cuma Kairani, adiknya bernama Yubianto Laia (12) juga terancam berhenti sekolah kaerna masih menunggak utang uang buku sebesar Rp140 ribu. Sedangkan dua kakaknya, yakni, Yakin Hati Laia (18) dan Benilai Laia (17) juga telah lebih dahulu putus sekolah ketika masih di SMP karena alasan ketiadaan biaya.
Kariani mengaku sangat kecewa dengan keadaan yang dihadapinya karena dia sangat ingin terus sekolah dan memenuhi cita-citanya meneruskan pendidikan di jurusan perhotelan.
Saat ini permasalahan yang dihadapi Kariani tersebut sedang dalam penanganan oleh Ombudsman Sumatera Utara.
Dukungan Himni Sumut
Dihubungi terpisah, Ketua DPD Himpunan Masyarakat Nias Indonesia (Himni) Sumatera Utara Turunan Gulö mengatakan sedang memonitor penanganan masalah tersebut. Dia juga mengakui bahwa persoalan serupa banyak dialami oleh warga Nias di Medan. Karena itu, kata dia, Himni lebih banyak terlibat pada upaya menggalang solidaritas dengan pihak-pihak terkait untuk mengatasi persoalan tersebut.
“Isu ini kan terkait dua hal. Pertama, ada anak Nias yang mengalami tragedi semacam ini, karena tekanan kemiskinan. Di sini HIMNI tidak bisa melakukan apa-apa karena terlalu banyak keluarga Nias yang mengalami hal yang sama. Kita paling-paling galang solidaritas. Kita mulai dari usaha kita mem-blow-up dan mendistribusikan info kasus ini lewat berbagai saluran informasi yang ada. Mudah2an ada respons bantuan,” ujar dia.
Lebih lanjut, isu kedua, kata dia, kejadian seperti dialami oleh Kairani tersebut menyangkut praktik atau kebijakan yg salah kaprah.
“Bisa jadi korbannya banyak dan terjadi di banyak tempat. Nah, dalam konteks ini kita baiknya melakukan advokasi semaksimalnya. Mumpung sudah diangkat media dan Ombudsman, kita berperan untuk lebih menyemangati mereka dan ikut mengawal proses penyelesaian kasus ini. Saya juga sudah meminta Ombudsman Perwakilan Medan untuk mengomunikasikan kasus tersebut ke Walikota Medan,” jelas dia. (ns1)