Tuntut Nias Dimerdekakan dari Pemadaman Listrik, Para Pemuda Nias Akan Demo Istana Negara
NIASSATU, JAKARTA – Tak terima dengan perlakuan PLN bagi keluarga mereka di Pulau Nias yang mengalami pemadaman listrik selama empat hari ini, para pemuda dan mahasiswa asal Pulau Nias di Jabodetabek akan menggelar aksi demonstrasi di Jakarta pada Rabu (6/4/2016).
Para putra Nias yang menamakan diri Pemuda Peduli Nias tersebut sudah melakukan konsolidasi kemarin malam, Senin (4/4/2016).
“Besok, Rabu (6/4/2016) kita akan melakukan aksi damai di beberapa tempat. Yakni, di depan Istana Negera, kantor pusat PLN, Komisi VII DPR RI dan kantor Ombudsman,” ujar salah satu konseptor aksi, Finsen Mendröfa saat diwawancarai Nias Satu, Selasa (5/4/2016).
Adapun tuntutan mereka pada aksi itu adalah meminta pemerintah pusat mengatasi masalah listrik di Nias dalam waktu 1 x 24 jam. Lalu, meminta PLN meminta maaf secara langsung kepada masyarakat Nias dan agar secara sukarela mengganti kerugian yang dialami masyarakat Nias atas pemadaman listrik secara permanen dalam beberapa hari ini.
“Kemudian, kami menuntut kepastian agar ke depan tidak ada lagi pemadaman listrik di Pulau Nias dan mendesak pemerintah pusat dan pemerintah provinsi Sumatera Utara tidak lagi menganaktirikan Pulau Nias,” ujar Finsen.
Dia menambahkan, mereka juga menuntut agar para Pemda di Pulau Nias berbuat sesuatu yang nyata mengatasi krisis listrik berkepanjangan yang telah terjadi di Pulau Nias. Menurut dia, masyarakat Nias selama ini sudah sangat bersabar dengan keterbelakangan yang mereka alami.
“Oleh karenanya, Pemda yang ada di Pulau Nias jangan lempar batu sembunyi tangan. Lakukan sesuatu yang nyata mengatasi krisis listrik berkepanjangan ini,” tegas dia.
Finsen menjelaskan, dalam aksi mereka, para pemuda Nias itu akan mengusung tagline #NiasHarusMerdeka.
“Konkritnya, merdeka dari keterbelakangan, merdeka dari kemiskinan, merdeka dari pembodohan, merdeka dari diskriminasi, merdeka dari penjajahan gaya baru dan terlebih lagi, merdeka dari pemadaman listrik oleh PLN,” tandas dia.
Seperti telah ramai diberitakan, sejak 1 April 2016, masyarakat Nias didera pemadaman listrik total akibat penonaktifan mesin PLN berkapasitas 2 x 10 MW yang dioperasikan oleh APR Energy. Pangkal soalnya, APR memutuskan tidak memperpanjang kontrak per 25 Maret 2016 karena PLN menunggak pembayaran. Sementara PLN mengatakan, pihaknya sudah membayar tunggakan tersebut dan juga tidak diberitahukan mengenai pengakhiran kontrak.
Akibatnya, selama lima hari terakhir, Pulau Nias gelap gulita. PLN pun mengerahkan mesin-mesin berkapasitas kecil dari sejumlah wilayah di sekitar Sumatera. Namun, mesin-mesin itu hanya menghasilkan listrik sekitar 1,2 MW, jauh dari kapasitas listrik yang hilang sebesar 20 MW dengan penonaktifan kedua mesin tersebut.
Masyarakat Nias melalui berbagai cara telah melancarkan protes atas ketidaksiapan PLN mengantisipasi berakhirnya kontrak mesin sewa tersebut. Termasuk upaya melakukan gugatan kelompok masyarakat (class action) kepada PLN atas kejadian tersebut. (ns1)