Pesta Usai, Saatnya Bekerja
Oleh Novelman Wau*
Fenomena Pilkada Nias Selatan
Demokrasi sudah pasti akan berubah menjadi democrazy bila masih ada yang berprinsip “dipilih tidak dipilih pasti menang.” Namun ketakutan itu tidak sampai terjadi karena suara rakyat yang adalah substansi demokrasi itu sendiri telah mematahkannya. Suara rakyat dengan lantang telah menggemakan satu pesan kuat, yakni, yang dipilih rakyatlah yang menang. Setidaknya itulah yang terjadi dalam Pilkada, pesta demokrasi Nias Selatan empat bulan lalu.
Tidak seperti di beberapa daerah lain, misalnya di Nias Barat, usainya Pilkada 2015 di Nias Selatan masih diikuti serentetan peristiwa menarik. Mulai dari saling mengklaim kemenangan antar dua kubu dari empat paslon yang bertarung (teringat pilpres 2014), 1001 macam upaya kubu tertentu menggugat kemenangan lawan, dan ketidakpastian pelantikan pihak yang menang sehingga seolah kembali memberi angin segar bagi paslon lain untuk berharap merekalah yg akan dilantik. Namun setelah Mendragri melantik pasangan Hilarius Duha – Sozanolo (selanjutnya disingkat HDS) pada tanggal 22 April 2016, semua kegalauan terkait pesta demokrasi Nias Selatan terjawab sudah.
Pelantikan pemimpin baru Tanö Raya itu segera diikuti dengan acara syukuran, 29 April 2016. Satu pesta di tengah kelesuan ekonomi akibat defisit sekitar Rp 175 miliar warisan rezim yang sudah berlalu. Kendati demikian, itu tidak akan jadi persoalan berarti bila segera dibarengi dengan karya nyata pemerintahan baru ini untuk kesejahteraan orang banyak.
Kita harus menyadari bahwa syukuran ini bukan saja puncak pesta demokrasi kita, tetapi juga awal dari perjalanan panjang selama lima tahun ke depan. Hari-hari yang akan dijalani masyarakat Nias Selatan bersama pemimpin barunya masih misteri. Untuk itu kita jangan terlalu lama larut dalam euforia kemenangan. Kompetisi sudah selesai, pesta sudah berakhir. Sekarang saatnya untuk bekerja.
Mewujudkan “9 Sanuwu Sihönö”
Pekerjaan terbesar HDS selama lima tahun ke depan adalah mewujudkan janji-janji politiknya selama kampanye yang terangkum dalam program “9 Sanuwu Sihönö”. Yakni, pemerintahan yang bersih, pemerataan pembangunan berbasis desa, pelayanan kesehatan berkualitas, pendidikan berkualitas, memajukan pertanian untuk kemandirian pangan, meningkatkan ekonomi rakyat, pembangunan sektor pariwisata, menghasilkan generasi berkarakter dan menciptakan rasa aman bagi orang banyak.
Diakui seluruh program HDS, satupun tidak ada yang tidak pro rakyat – sesuai dengan sebutan populernya, “9 Sanuwu Sihönö”. Untuk diketahui, istilah ini sendiri mengandung makna yang dalam. Angka 9 (siwa) dalam khazanah berpikir orang Nias merupakan angka sempurna. Sedangkan “sanuwu” berarti pendukung, yang mendorong ke atas, dan “sihönö” berarti ribuan atau lebih tepatnya orang banyak. Pesan yang hendak disampaikan melalui jargon ini adalah sosok HDS serta semua programnya diarahkan untuk melayani orang banyak. Jargon ini patut diapresiasi karena berhasil memikat hati orang banyak yang berujung pada terpilihnya HDS sebagai bupati dan wakil bupati pada pilkada 9 Desember 2015 yang lalu.
Kepopuleran “9 Sanuwu Sihönö” dan kesuksesannya memikat hati pemilih, tidak serta merta akan langsung diikuti dengan realisasi di lapangan. Akan ada banyak tantangan yang dihadapi. Tantangan itu bisa saja berasal dari luar dan tidak menutup kemungkinan akan berasal dari dalam tubuh pemerintahan HDS sendiri.
Tantangan dari luar hampir dipastikan akan ada terutama dari lawan politik yang belum puas dengan hasil pilkada lalu. Sedangkan dari dalam tubuh pemerintahan HDS, tantangannya bisa berupa warisan mental birokrat “asal bapak senang“ yang terlanjur terbangun akibat beratnya tekanan atasan dan intimidasi penguasa yang selalu memberi ancaman mutasi atau posisi non-job.
Lebih jauh tantangan itu bisa juga dari pasangan HDS sendiri. Bukankah sudah menjadi rahasia umum kalau politisi negeri ini (termasuk mereka yang ada di daerah) selalu menampilkan muka dua sisi. Selama musim kampanye, para politisi kita hidup bagai bunglon di tengah-tengah rakyat jelata. Mereka terlihat hidup sederhana, merakyat, rajin blusukan ke pelosok-pelosok dan dalam beberapa kesempatan rela ambil bagian melakukan pekerjaan kasar demi memikat hati pemilih. Tidak ketinggalan, segudang janji sorga diumbar saat berkampanye.
Akan tetapi, ketika sudah berkuasa, dagelan politik itu langsung berakhir. Jangankan lagi hidup merakyat, mengingat nasib rakyat yang sudah memilih mereka saja tidak lagi sempat karena mereka terlalu sibuk memuaskan hasrat kekuasaannya. Gambaran ini memang tidak sepenuhnya benar – kita bersyukur masih ada politisi yang konsisten memperlihatkan wajah pemerintahan yang bersih sebut saja mereka, Jokowi, Ahok, Risma, Ganjar, Ridwan dan yang lainnya.
Tantangan – tantangan di atas dipaparkan dengan maksud supaya pasangan HDS bisa lebih arif mengelola pemerintahan Nias Selatan selama periode kepemimpinan mereka sehingga tidak terjebak dalam pusaran masalah yang akan menambah penderitaan rakyat. HDS fokus saja mewujudkan “9 Sanuwu Sihono”-nya. Doa kita bersama semoga HDS bisa mengikuti jejak para politisi bersih dan mampu menjadi oase di tengah gurun kelesuan Nias Selatan.
Pemekaran Provinsi dan Pembangunan Pariwisata
Mewujudkan “9 Sanuwu Sihönö” sudah pasti merupakan tugas pokok pemerintahan HDS. Disamping itu ada tugas lain yang tidak kalah penting yaitu mempersiapkan masyarakat menghadapi dua moment besar yang sudah di depan mata yakni rencana pemekaran Provinsi Kepulauan Nias dan juga pembangunan industri pariwisata di daratan Nias.
HDS dan segenap elemen masyarakat harus bahu-membahu sejak awal pemerintahan baru ini untuk memikirkan, menyusun strategi cerdas yang diikuti aksi nyata menjadikan Nias Selatan mampu bersaing, dan kalau bisa menjadi pemain utama di kedua hajatan tersebut. Mewujudkan impian ini bukanlah hal yang mustahil. Kita bersyukur, Tuhan telah menganugerahkan banyak potensi bagi daerah ini untuk menjadi yang terdepan di kepulauan Nias.
Setidaknya ada lima modal utama Nias Selatan untuk menjadi terdepan. Yaitu, populasi penduduknya terbanyak dibanding tiga kabupaten dan satu kota di kepulauan Nias, wilayah geografisnya yang lebih luas, sumber daya alam yang melimpah, potensi wisata Nias Selatan yang sudah mendunia, di antaranya Pantai Sorake dan desa adat Bawömataluo, dan sumber daya manusianya yang mumpuni.
Selain itu, secara historis daerah Nias Selatan jauh sebelum kedatangan Belanda ternyata sudah menjadi daerah utama di kepulauan Nias. Daerah ini memiliki sejumlah pelabuhan dagang, tempat transaksi antara para bangsawan Nias dengan saudagar-saudagar asing.
Dengan semuanya ini tentu saja Nias Selatan punya daya tawar tinggi dalam menentukan kebijakan-kebijakan strategis di kepulauan Nias. Kita dapat menawarkan daerah Selatan sebagai pilihan utama menempatkan ibukota provinsi. Dan juga kita dapat menjadikan daerah ini sebagai patron pembangunan industri pariwisata di seantero kepulauan Nias.
Demi cita-cita mulia ini maka sejak sekarang HDS bersama masyarakat Nias Selatan harus mampu mengelola dengan baik semua potensi yang sudah ada – HDS lah manager utamanya. Jangan sampai salah mengelola! Kesalahan dalam pengelolaan akan berakibat fatal, bukannya jadi berkat justru akan menjadi bumerang yang mencelakakan. Tentu kita tidak menginginkan warga Nias Selatan hanya menjadi kacung di Provinsi Kepulauan Nias yang akan datang. Dan kita tidak mengharapkan anak-anak kita menjadi kuli di daerah sendiri melayani wisatawan asing yang berkunjung menikmati sorga wisata Nias.
Mengawal HDS
Akhirnya harus diakui, semua harapan masyarakat Nias Selatan yang digantungkan dalam program “9 Sanuwu Sihono”, dan impian menjadikan daerah ini terdepan tidak mungkin dikerjakan sendirian oleh pasangan HDS. Keduanya bukan superman, dan bukan pula pesulap. Dibutuhkan dukungan penuh dari masyarakat luas.
Dan tidak ada dukungan yang lebih baik bagi bupati – wakil bupati terpilih ini, kecuali sikap kritis kita yang mengawal kepemimpinan mereka hingga akhir periode tahun 2021. Menutup tulisan ini, saya mengucapkan selamat bekerja bagi Bupati DR. Hilarius Duha, MH dan Wakil Bupati Sozanolo Ndruru. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
*) Penulis adalah pemerhati masalah sosial dan budaya Nias.
Kiranya visi misi nya pada ajang politik berlangsung jgn dilupakan, krn rakyat memilih pemimpin berdasarkan visi misi yg disampaikan pd debat kandidat yg berlalu. rakyat memilih pemimpin yg bersikap peduli dan sederhana sperti yg dibawakan oleh pak Hd sanolo. Semoga TUhan menolong pak HD SANOLO to memimpin nisel lebih maju kedepan, krn nisel slm ini diambang kehancuran krn pemimpin hy memikirkan kepentingan mereka dan kelompok. Kami rakyat khususnya nisel merindukan pemimpin yg peduli akn rakyatnya.