TINDAKLANJUT PELUNCURAN TAGLINE "PESONA PULAU IMPIAN"

Marinus Gea: HIMNI Hanya Memfasilitasi, Ini Tahap Awal

Ketua Umum HIMNI Marinus Gea | FB

Ketua Umum HIMNI Marinus Gea | FB

NIASSATU, JAKARTA – Peluncuran tagline pariwisata Nias “Pesona Pulau Impian” menuai pro dan kontra di antara masyarakat Nias, baik di Pulau Nias maupun di Jakarta dan di wilayah lainnya. Setidaknya, pro dan kontra itu tergambar dari percakapan langsung redaksi Nias Satu  dengan sejumlah pihak maupun dari media sosial.

Salah satu pertanyaan mendasar mengenai acara tersebut adalah apa yang akan menjadi kelanjutan dari kegiatan yang digelar di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta, Kamis (2/6/2016) malam tersebut. Mereka kuatir, acara ini hanya menambah daftar kegiatan serupa sebelumnya, yakni bikin acara, lalu setelah itu ‘hilang’ tanpa jejak hasil. (Baca: Tagline Pariwisata “Nias Pesona Pulau Impian” Diluncurkan di Jakarta)

Terkait pertanyaan-pertanyaan publik tersebut, redaksi Nias Satu  meminta penjelasan Ketua Umum Himpunan Masyarakat Nias Indonesia (HIMNI) usai acara tersebut tadi malam.

Berikut tanya jawab antara redaksi Nias Satu dengan Marinus Gea:

Kelanjutan dari semua (acara) ini apa? Yang ditunggu-tunggu masyarakat itu adalah apa kelanjutannya?

Saya setuju dengan pertanyaan itu. Selanjutnya apa? Jangan-jangan ini hanya seremoni. Tidak. Karena  ini sudah kita agendakan sampai ke tahap pembangunan itu terjadi. Program ini dan itu. Pada 2025 targetnya kepulauan Nias keseluruhan menjadi daerah tujuan pariwisata yang terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia dan dunia.

Agenda-agenda setelah ini, kita akan melakukan promosi-promosi lewat kegiatan nanti, yang tadi disampaikan juga Ibu Deputi, yakni Pesta Ya’ahowu dan (lomba) surfing, karena itu yang sudah ada sekarang. Karena melalui promosi, orang kenal, orang datang. Lalu kita bangun infrastrukturnya secara bersinergi. Makanya seluruh pemerintah berlomba-lomba menyampaikan program-programnya.

Dan kita sudah minta itu dan HIMNI akan mengawal itu melalui kepala-kepala daerah, mengawal bagaimana mereka memilki kegiatan yang mendukung pariwisata. Infrastruktur dibangun, Sumber Daya Manusia (SDM)nya dibangun dengan pembangunan sekolah pariwisata.

Itu kan sebenarnya program-program yang sudah ada di agenda mereka (Pemda) juga. Jadi, HIMNI mengerjakan apanya di sini?

HIMNI hanya memfasilitasi, tidak mengerjakan apa-apa. Karena selama ini, sebagaimana kita tahu bahwa seluruh pemkab/kota belum pernah mengambil program apa yang ada di kementerian. Itu yang menyedihkan. Bukan kita masyarakat yang sedih tetapi pemerintah pusat, Kemenpar. Kenapa ada program tapi tidak diambil. Jadi, HIMNI memfasilitasi itu.

Program pemerintah pusat yang dimaksud tersebut apa? Apakah seperti kegiatan launching seperti ini?

Tidak. kegiatan untuk membangun infrastruktur pariwisata tentunya, melalui promosi. Ada dua yang penting di dalam pariwisata. Yaitu, promosi dan produksi. Promosi itu melalui pagelaran seperti tadi. Sebenarnya, launching ini sebenarnya hanya awal. Sebuah pengumuman bahwa kita akan melakukan sesuatu di Nias. Jadi kita promosikan. Sehingga dengan ada event di sana, orang akan datang melihat.

Sama seperti Balilah. Kalau mau melihat tari kecak, harus datang ke tengah-tengah gunung di sana Dia promosi melalui event. Kemudian, dengan adanya kegiatan itu, maka instansi lain yang terkait dengan pendukung kegiatan pariwisata itu akan dikerahkan juga. Nah, siapa yang melakukan itu, bukan HIMNI. HIMNI hanya membuka cakrawala berpikir, memfasilitasi. Lalu, pemda kita ajak. “Hei, ini ada cara untuk membangun”. Kita membuat satu gagasan dan konsep. Itulah peran sebuah organisasi yang baik. Bukan sekadar organisasi dengan seremoni.

Pengunjung acara memberikan penilaian berbeda mengenai acara ini. Ada yang mendukung, ada yang mengritik. Mereka yang mengritik mengatakan: Kok kita menonton diri sendiri; Yang hadir orang-orang Nias sendiri. Yang menjadi target promosi ini sebenarnya siapa? Lalu, apa bedanya kegiatan malam ini dengan acara-acara serupa sebelumnya?

Pendapat itu tidak boleh kita katakan bahwa itu pendapat jelek. Karena setiap orang berhak untuk berpendapat. Bahwa mereka berpendapat berbeda engan kita, itu hal lain. tapi apa yang kita lakukan sekarang adalah bahwa kita mempertontonkan bahwa “Ini lho kami orang Nias”. Kepada siapa? Makanya kalau tadi ikuti acaranya, ada 61 media yang meliput acara ini. Yang dimotori oleh Kemenpar. Itu yang digunakan Kemenpar untuk memromosikan kita. Kemenpar tidak ujug-ujug datang ke Nias, “Mana acaramu, saya mau liput”. Jadi, ini tahap-tahapan yang kita lakukan.

Dan, tadi juga sebagian ada beberapa industri yang sudah diundang oleh Kemenpar dan apa yang kita lakukan ini sebenarnya adalah set up dari Kemenpar untuk mengambil, momen bagaimana mereka bisa mempromosikan Nias untuk memrioritaskan pembangunan pariwisata Nias. (ns1)

 

About the Author

Leave a Reply

*

Translate »