Pantai Sorake – Desa Bawömataluo di Tengah Geliat Industri Pariwisata Pulau Nias
Oleh Samuel Novelman Wau*
Pendahuluan
Pulau Nias pernah mendunia – beberapa dekade yang lalu. Ribuan orang asing yang penasaran datang jauh-jauh dari negerinya demi melihat setitik pulau kecil di ujung Barat Sumatera – itulah Pulau Nias. Hanya ada satu alasan atas kepopuleran Pulau Nias pada masa itu adalah pesona wisatanya yang memukau. Namun kenangan itu sudah lama berlalu. Bagi generasi sekarang itu tinggal cerita manis yang enak didengar namun tidak lagi dapat disaksikan. Industri pariwisata Pulau Nias sekian lama mengalami mati suri.
Sepertinya masalah di atas akan segera berlalu dengan adanya kerinduan dari banyak pihak untuk mau menghidupkan kembali potensi pariwisata Nias. Banyak upaya sudah dilakukan demi mewujudkan impian ini, yang puncaknya ditandai dengan penyelenggaraan Pesta Ya’ahowu Tahun 2016. Diharapkan melalui event ini dunia luar kembali melirik dan menjadikan Nias yang di dalamnya ada Sorake – Bawömataluo, sebagai destinasi wisatanya. Semoga!!!
Profil Sorake-Bawömataluo
Keberadaan Sorake – Bawömataluo di ujung Selatan Pulau Nias adalah berkat Tuhan bagi suku Nias yang mendiami tanah ini. Keduanya merupakan anugerah yang tak terkira. Oleh karena Sorake – Bawömataluolah maka Pulau Nias menjadi terkenal hingga ke mancanegara – bukan karena yang lain.
Berikut adalah profil singkat kedua objek wisata dimaksud.
Pantai Sorake adalah bagian tak terpisahkan dari teritori desa Botohilitano. Pantai ini berdampingan langsung dengan satu teluk kecil yang dinamakan Lagundri (Luahagundre) sehingga keduanya sering disebut bersamaan sebagai Sorake – Lagundri.
Lagundri sendiri pada abad-abad yang lampau pernah menjadi pelabuhan, tempat transaksi dagang antara para si’ulu Nias dengan saudagar-saudagar asing. Menurut data yang ada dipercaya pantai ini ditemukan oleh Kevin Lovett dan John Giesel, dua orang peselancar Australia, pada tahun 1975. Maka sejak itu Sorake didatangi oleh para peselancar dari berbagai negara. Menurut pengakuan mereka ombak Sorake termasuk yang terbaik di dunia. Maka tidaklah heran bila ribuan turis terus mengalir ke Nias Selatan untuk menikmati ombak Sorakenya.
Sementara itu, Desa adat Bawömataluo yang mulanya bernama Hilifanayama (bukit tempat bersantai atau berwisata) oleh pendirinya, si’ulu Laowo sudah ‘menubuatkan’ akan menjadi tempat yang disukai untuk dikunjungi. Visi brilian ini diikuti dengan penempatan Bawömataluo di atas bukit strategis yang menyajikan pemandangan alam yang indah di bawahnya sejauh mata memandang. Dan selanjutnya Bawömataluo sendiri diisi dengan berbagai lambang kebesaran khas suku Nias, di antaranya, Omo Nifolasara yang memiliki ukuran jumbo, monumen-monumen bersejarah berupa batu-batu megalitikum yang sarat makna. Hal itulah yang membuat orang luar tidak pernah bosan mengunjunginya.
Dari penyelidikan dokumen lama ditemukan bahwa lokasi ini telah dikunjungi oleh wisatawan asing sejak zaman kolonialisme dan tidak pernah berhenti hingga hari ini di usianya yang sudah memasuki 153 tahun. Kehidupan keseharaian masyarakat lokal dan berbagai atraksi budaya tradisionalnya semakin menambah daya magis Bawömataluo bagi pengunjung. Untuk jenisnya, Bawömataluo belum ada yang bisa menandinginya.
Kontribusi Sorake-Bawömataluo
Apa kontribusi Sorake-Bawömataluo bagi masyarakat Nias?
Sudah sangat jelas Pantai Sorake dan Desa Adat Bawömataluolah yang mejadi alasan kepopuleran Pulau Nias. Itulah yang menjadi kontribusi keduanya. Sesuatu yang belum bisa diberikan oleh objek wisata manapun di seantero Nias. Lebih dari itu, harus diakui pula bahwa kedua tempat ini merupakan perintis jalan bagi Pulau Nias menjadi kawasan industri pariwisata.
Kesuksesan Sorake dan Bawömataluo sebagai objek wisata perdana berkelas dunia di tanah ini telah membuka mata orang Nias untuk melihat daerahnya memiliki potensi wisata yang sedemikian besar. Karena itu tidaklah berlebihan kalau dikatakan kedua lokasi ini merupakan ikon dan rohnya pariwisata Pulau Nias. Berbicara tentang pariwisata Nias artinya (wajib) berbicara tentang Sorake – Bawömataluo. Dan harus diakui bahwa event Pesta Ya’ahowu Tahun 2016 ini merupakan kelanjutan dari serentetan Pesta Ya’ahowu sebelumnya, yang diselenggarakan karena terinspirasi dari keberadaan Sorake – Bawömataluo.
Kontribusi lain dari kedua objek wisata ini adalah telah ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat Nias. Sebelum Nias menjadi daerah tujuan wisata, masyarakatnya sebagian besar bekerja di sektor pertanian yang bila diuangkan pendapatannya sangalaht kecil – di Nias petani identik dengan kemiskinan.
Namun, jadinya Sorake – Bawömataluo sebagai destinasi baru bagi para wisatawan telah mendorong terbukanya beragam usaha baru yang menyediakan layanan jasa dan produk yang dibutuhkan wisatawan. Usaha yang melayani kebutuhan transprotasi, komunikasi, akomodasi perhotelahan, catering dan jasa lainnya seperti jasa biro perjalanan, pemandu wisata dan berbagai usaha souvenir kini menjamur di Pulau Nias.
Semua usaha itu telah menyerap banyak tenaga kerja lokal dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka melalui pendapatan di sektor pariwisata. Tidak hanya di tingkat lokal saja, Sorake – Bawömataluo telah memberikan sumbangasihnya di tingkat nasional. Sudah pasti kunjungan ribuan turis asing ke Sorake – Bawömataluo telah menyumbangkan devisa yang besar bagi negara.
Nasib Sorake-Bawömataluo di Tengah Kehadiran Objek Wisata Baru
Semua pihak akan satu suara mengaminkan bahwa hajatan Pesta Ya’ahowu 2016 dalam rangka membangunkan kembali industri pariwisata Pulau Nias dari mati surinya. Lalu pertanyaannya adalah, di tengah geliat industri pariwisata pulau ini dimanakah posisi Pantai Sorake dan Desa Adat Bawömataluo? Satu pertanyaan yang patut direnungkan bersama.
Hari ini Sorake – Bawömataluo tidak lagi sendirian sebagai destinasi wisata di Pulau Nias. Seiring berjalannya waktu, dari tahun ke tahun puluhan destinasi baru ditemukan dan dibangun di Pulau Nias. Dan tentunya akan segera menyusul lagi banyak objek lain yang sampai sekarang belum tersentuh.
Penyelenggaraan Pesta Ya’ahowu Tahun 2016 akan merangsang dan makin mempercepat kehadiran objek-objek baru tersebut. Sesuatu yang patut didukung. Bahkan kalau bisa biarlah tiap jengkal tanah Nias menjadi destinasi wisata. Pulau Nias begitu kaya akan potensi wisata bahari, alam dan budaya.
Adalah tugas kita bersama untuk menggali dan memberdayakannya dengan maksimal. Bila itu benar-benar terwujud maka akan ada banyak pilihan bagi para wisatawan untuk dikunjungi dan otomatis membuat waktu kunjungan mereka menjadi lebih lama. Akibatnya selain akan makin mengukuhkan Pulau Nias sebagai kawasan industri pariwisata berkelas, juga akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan ekonomi orang Nias.
Walaupun demikian, hadirnya berbagai objek wisata yang baru masih sulit menggeser posisi Sorake – Bawömataluo sebagai ikon dan rohnya pariwisata Pulau Nias. Ratusan objek wisata baru boleh saja dibangun di Pulau Nias namun Sorake – Bawömataluo masih tetap akan menjadi patron dari yang lain.
Keyakinan ini didasarai oleh sejarah panjang kedua tempat tersebut. Sorake – Bawömataluo tidak tiba-tiba menjadi objek wisata dalam waktu semalam. Dimulai dari nol dan oleh warga setempat Sorake – Bawömataluo dengan susah payah dirintis menjadi tempat yang layak disebut sebagai objek wisata berkelas. Dan status itu mampu dipertahankan hingga hari ini sekalipun minim dukungan dana dari pemerintah dan investor.
Disamping itu Sorake dengan ombaknya yang menjadi magnet bagi para peselancar dunia merupakan representatif dari keunggulan wisata bahari-alam Pulau Nias. Sedangkan Bawömataluo dengan segudang warisan budaya kunonya merupakan representatif dari keunikan wisata budaya suku Nias. Artinya semua potensi wisata yang dimiliki oleh Nias ada di dua tempat ini.
Berkaitan dengan itu, ada hal yang menarik sehari setelah acara pembukaan Pesta Ya’ahowu 2016 yaitu lautan manusia mengalir ke Sorake dan Bawömataluo – bukan ke pantai dan desa adat lain. Kunjungan para wisatawan ke sana di luar agenda panitia Pesta Ya’ahowu dan bukan pula karena arahan panitia. Itu murni pilihan pengunjung sendiri.
Hal ini menegaskan bahwa kedua objek unggulan wisata Nias ini masih tetap menjadi pilihan utama. Dan sekalipun dalam event Pesta Ya’ahowu kali ini nama Bawömataluo kurang dilibatkan/terlibat sebagai peserta, dan sekalipun ada pantai lain yang dipromosikan sebagai pilihan alternatif bagi peselancar selain Sorake, namun yang terjadi di lapangan adalah itu tidak mampu menggeser Sorake – Bawömataluo dari posisinya sebagai pesona Nias.
Fenomena ini semakin membuktikan kalau daya tarik Sorake – Bawömataluo tidak pernah mati. Tepatlah apa yang dikatakan oleh Marselino Fau, seorang pemerhati pariwisata Nias, demikian: “Irawa-rawa ya bõhõ faoro-faoro fa fõfõ, ifa ele-ele ya laosi tobini ya barõ mbalikhi.”
Karena itu perlu sikap yang bijak bagi semua pihak khususnya pemerintah daerah dalam usahanya mengembangkan sektor pariwisata. Sorake – Bawömataluo harus tetap digandeng dan mengawalnya sebagai objek wisata andalan pulau ini. Sementara melakukan terobosan-terobosan baru di lokasi lain di seluruh daratan Nias, Sorake – Bawömataluo harus juga terus dijaga, dibenahi, dipromosikan dan bukan sebaliknya, membiarkannya begitu saja apalagi kalau ada sikap yang sengaja hendak ‘memuseumkannya’ karena kepentingan sesaat dan kepentingan kelompok. Betapa ironisnya bila kita susah payah mau membangun destinasi baru sedangkan yang sudah jadi, sudah go internasional, tidak dijaga.
Penutup
Fanatisme orang Nias akan potensi wisata pulau kecilnya yang dipertontonkan lewat Pesta Ya’ahowu Tahun 2016 patut diapresiasi. Namun itu tidak akan berarti bila tidak ada tindakan nyata di lapangan. Jangan lupa yang sedang gencar membangun dan mempromosikan industri pariwisatanya bukan hanya Pulau Nias, tetapi hampir semua daerah di Indonesia mulai dari ujung Barat hingga Timur negeri ini.
Bila orang Nias tidak pintar mengelola potensi yang ada, tidak serius bekerja, apalagi kalau cuma terjebak dalam pusaran persaingan yang tidak sehat antara destinasi lama vs destinasi baru, maka nasib pariwisata daerah ini akan makin suram. Bila ingin melihat industri pariwisata Nias bangkit kembali maka tidak ada pilihan lain kecuali pemerintah, para pelaku industri pariwisata dan seluruh masyarakat Nias harus bergandengan tangan untuk bekerja.
*Penulis adalah pemerhati masalah sosial dan budaya Nias.
Mengenai data tentang penemuan pantai sorake, darimanakah sumbernya? Bisakah saya mendapat sumbernya? Karna saya lagi nyusun skripsi tentang pantai soreke. Terimakasih.