THEOCENTRIC LEADERS SERIES
Pemimpin yang Digerakkan oleh Tujuan (Purpose Driven Leader)
Oleh Eloy Zalukhu*
Catatan Redaksi:
Ini adalah artikel kelima dari sembilan artikel penting tentang kepemimpinan yang ditulis oleh putra Nias yang juga dikenal sebagai Theocentric Motivator, Eloy Zalukhu. Artikel ini, seperti disebutkan Eloy kepada Redaksi, pernah dimuat di Majalah Inspirasi dan saat ini sedang dalam persiapan untuk dijadikan buku. Sebelum menjadi buku, Eloy membagikan artikel ini kepada warga Nias (tentu saja juga termasuk siapa saja pengunjung situs ini). Semoga menjadi bahan pemikiran dan mengubahkan. Selamat menikmati.
=======
Selamat tahun baru 2016. Serta selamat untuk Indonesia yang telah berhasil melaksanakan PILKADA serentak pada tanggal 9 Desember 2015 lalu. Semoga yang terpilih adalah pemimpin sejati bukan politisi bertopeng pemimpin. Ini penting karena Indonesia sudah tidak lagi membutuhkan politisi yang hanya fokus pada pemenangan PILKADA berikutnya, tetapi pemimpin sejati yang berfokus pada pengembangan kualitas generasi berikutnya.
Anda dan saya dapat memilih seseorang menjadi Bupati, Walikota atau Manager dan Direktur tetapi kita tidak akan pernah bisa memilih seseorang menjadi pemimpin. Mengapa? Karena kepemimpinan yang sejati utamanya bukan tentang posisi atau jabatan dan bukan tentang teknik atau strategi mempengaruhi orang lain, bahkan bukan tentang kompetensi membuat strategi dan eksekusi, melainkan tentang penemuan diri (self-discovery).
Hanya ketika seseorang bertemu dengan dirinya sendiri, yaitu mengenali tujuan mengapa Ia pernah lahir beserta dengan potensi atau bakat yang dititipkan kepadanya oleh Tuhan, maka pemimpin sejati itu baru saja lahir. Itulah arti kalimat Dr. Myles Munroe ketika berkata: “You were born to lead, but you have to become a leader”…karena ada proses yang harus dilewati untuk menjadi pemimpin sajat, mulai dari penemuan diri tadi.
Sesungguhnya, itulah alasan mengapa training atau buku-buku leadership yang berfokus pada teknik dan strategi saja tidak pernah efektif, karena hal yang paling fundamental dari kepemimpinan dilupakan, yaitu penemuan diri. Tepat kesimpulan Lee Kuan Yew: “I do not yet know of a man who became a leader as a result of having undergone a leadership course.” Artinya, tidak ada seorang pun pemimpin hebat yang lahir dari kelas pelatihan kepemimpinan. Bukan berarti pelatihan itu tidak berguna, tetapi sebelum seseorang dipertemukan dengan dirinya sendiri, maka semua teori yang dipelajari hanya tinggal informasi tak mengubahkan.
Krisis Identitas
Karena itu saya menyimpulkan bahwa krisis kepemimpinan, tidak lebih dan tidak kurang adalah krisis identitas. Seseorang yang belum mengenal siapa dirinya, untuk tujuan apa dia dilahirkan, serta bakat apa yang dititipkan kepadanya oleh Tuhan, tidak akan mungkin pernah bisa menjadi pemimpin sejati.
Seseorang bisa saja menempati posisi sebagai pemimpin, misalnya manager, direktur, dirjen, bupati, presiden atau sebagai ayah dari seorang anak. Namun sekali lagi, posisi itu tidak membuat dia serta merta sebagai seorang pemimpin sejati. Paling maksimal, dia akan sibuk bekerja, tetapi bukan untuk mewujudkan visi bersama, melainkan meraih ambisi pribadi. Dan sesungguhnya ini bukan definisi yang tepat mengenai kepemimpinan. Tidak berarti teknik dan strategi tidak diperlukan, tetap perlu, tetapi teknik dan strategi hadir di tahap keempat dari lima tahapan, bukan di tahap 1, 2 atau 3.
Definisi kepemimpinan menurut Theocentric Leadership adalah respons terhadap panggilan Tuhan untuk memperbarui sesuatu dengan cara menginspirasi, mengajak, memperlengkapi dan mengarahkan orang-orang untuk mewujudkan visi bersama yang dilakukan secara terencana, penuh gairah dan keberanian. Kata kuncinya adalah respons terhadap panggilan Tuhan. Inilah yang membedakan pemimpin sejati dengan pemimpin palsu.
Dalam konsep kepemimpinan teosentris, inisiator awal dan pusat segala-galanya adalah Tuhan. Kesimpulan ini dilandasi oleh iman bahwa Tuhan adalah pencipta dan pemelihara kehidupan. Mungkin ada seseorang yang lahir akibat perbuatan dosa, misalnya pemerkosaan. Tentu saja, Tuhan membenci perbuatan dosa itu, namun jika Tuhan sampai mengijinkan anak itu lahir, pasti Tuhan mempunyai tujuan atau panggilan khusus dalam hidup anak itu. Tujuan dan panggilan itulah yang harus dikenali dan kemudian direspons oleh setiap orang dalam proses menjadi seorang pemimpin sejati.
Perjalanan hidup, termasuk sebagai seorang pemimpin, tidak lebih dan tidak kurang adalah untuk menggenapi tujuan penciptaan-Nya. Itu sebab dapat disimpulkan bahwa tragedi terbesar dalam hidup bukan kematian melainkan ketika seseorang sibuk melakukan suatu pekerjaan yang sebetulnya dia tidak pernah dilahirkan untuk mengerjakan pekerjaan itu.
Hanya ada dua waktu terpenting dalam hidup manusia. Pertama, hari waktu dia lahir. Kedua, hari waktu dia mengerti tujuan dia lahir. Pada saat seseorang menemukan tujuan kelahirannya, pemimpin sejati telah lahir. Penemuan ‘tujuan’ tersebut kemudian menjadi sebuah panggilan yang diterjemahkan dalam bentuk visi jangka panjang, menengah dan pendek.
Tantangan Menemukan Tujuan
Tantangannya adalah cara orang-tua mendidik anak-anak di rumah serta sistim pendidikan di sekolah seringkali tidak menolong manusia untuk menemukan tujuan hidup dan bakat-bakatnya. Tidak sedikit orangtua yang mengarahkan anak-anaknya untuk meneruskan sekolah dalam bidang tertentu tanpa terlebih dahulu berdoa meminta petunjuk dari Tuhan, sebagai pemilik tujuan dan panggilan khusus terhadap anak itu. Harapan saya, pembaca tulisan ini tidak melakukan kesalahan yang sama supaya kelak kita mendapatkan pemimpin kebanggan keluarga, organisasi dan bangsa.
Pemimpin semacam itu tidak pernah berharap sesuatu diubahkan untuk dirinya, melainkan dia mengubahkan sesuatu. Itulah salah satu ciri dari seorang pemimpin, seperti pernah dikatakan oleh Barack Obama, Presiden Amerika Serikat: “Perubahan tidak akan datang jika Anda menunggu orang atau waktu lain. Anda adalah orang yang Anda tunggu-tunggu. Anda adalah perubahan yang Anda cari.”
Seseorang yang menangkap panggilan dari Tuhan awalnya akan merasa gelisah ketika merasakan atau menyaksikan sesuatu yang salah atau belum mencapai hasil yang seharusnya. Kegelisahan itu meremukkan hatinya, hingga membangunkannya di waktu malam. Karena kepemimpinan dimulai dari kemampuan memimpin diri sendiri (personal-leadership), maka perubahan yang dimaksudkan pun selalu dimulai dari diri sendiri.
Misalnya, seorang pelajar yang sadar akan panggilan Tuhan atas hidupnya, menjadi gelisah waktu dia bolos sekolah atau malas belajar. Kegelisahan itu memacunya untuk belajar lebih serius, mengeluarkan potensi dan bakat yang Tuhan percayakan hingga dia lulus dengan nilai terbaik. Inilah yang kita sebut sebagai buah manis. Dan inilah inti utama dari kepemimpinan sejati.
Sama seperti biji mangga yang ditanam di tanah yang subur, kemudian disiram, dirawat dan dibersihkan hingga mengeluarkan buah termanis. Semakin banyak dan semakin manis buahnya, semakin banyak orang yang datang menikmatinya. Prinsip yang sama berlaku dalam hal kepemimpinan. Semua orang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin dengan cara melayani dunia melalui bakat yang dimiliki. Sayangnya sama seperti biji mangga bisa gagal mengeluarkan tunas dan buah termanis karena tidak diletakkan di tanah yang subur, tidak disiram dan tidak dirawat secara berkala.
Manusia juga bisa menyia-nyiakan bakatnya seumur hidup hanya karena berada di lingkungan yang salah. Karena itu, jika Anda ingin menjadi pemimpin yang berhasil memperbaharui sesuatu, pastikan Anda berada di tempat yang tepat sekaligus rutin disiram dan dibersihkan. Karena saat Anda berhasil mengeluarkan buat termanis, dalam bentuk hasil kerja berkualitas tinggi, maka Anda tidak perlu repot mencari-cari pengikut, ribuan bahkan jutaan orang akan menemukan Anda dan dengan sukarela mengikuti Anda demi untuk menikmati buah yang Anda hasilkan. Itulah prinsip utama kepemimpinan sejati.
Lima Pertanyaan Terpenting
Penemuan diri dimulai dari menjawab lima pertanyaan paling penting dalam hidup setiap orang yaitu:
- Siapakah saya (who am I?)
- Darimana saya datang (where am I from?)
- Untuk tujuan apa saya lahir di dunia ini (why am I here?)
- Potensi atau bakat khusus apa yang Tuhan percayakan kepada saya (what can I do or contribute?)
- Saya akan kemana setelah kematian (where am I going after death?)
Jawaban Anda terhadap lima pertanyaan itu menentukan kualitas kepemimpinan Anda. Karena itu, sebelum Anda menemukan jawabannya, maka semua teknik kepemimpinan yang pernah dipelajari tidak ada bedanya dengan usaha manipulasi atau tipu-tipu, yang hasilnya pun tidak akan bertahan lama, bahkan tidak membawa perubahan positif untuk orang lain, kecuali untuk tujuan meraih ambisi pribadi. Dan sesungguhnya itu bukanlah kepemimpinan yang sejati.
Jawaban Anda terhadap lima pertanyaan itu ditentukan oleh informasi dan referensi yang selama ini masuk dalam pikiran dan hati Anda. Mulai dari pelajaran orang-tua, guru, ceramah, buku-buku yang Anda baca, film yang Anda tonton, musik yang Anda dengar dan tentu saja teman-teman dekat Anda. Jika sampai saat ini Anda belum yakin dengan jawaban Anda terhadap lima pertanyaan tersebut, pastikan Anda terus mencari dan bertanya dari sumber informasi atau referensi yang bisa lebih diandalkan.
Sata hal yang paling pasti adalah bahwa Anda lahir untuk sebuah tujuan besar. Di dalam diri Anda, Tuhan titipkan potensi, bakat, talenta, untuk kebaikan dunia, perusahaan dan keluarga. Jangan sampai Anda membawa ke kuburan potensi dan bakat yang telah Tuhan berikan. Karena bakat itu dititipkan kepada saudara dan saya untuk kebaikan dunia.
Maka pertanyaan berikutnya adalah, “Jika Anda tidak pernah lahir, DUNIA akan kehilangan apa?” Dunia dimulai dari keluarga inti seperti orangtua, suami, istri, anak-anak, kemudian saudara, perusahaan, negara dan dunia. Jawaban Anda terhadap pertanyaan ini akan menentukan kualitas kepemimpinan Anda.
* Eloy Zalukhu, MBA adalah Director of CAPSTONE Consulting & Sales Institute; Theocentric Motivator, Sales Training Expert; Leadership Coach and Corporate Culture Consultant; Penulis buku best-seller Life Success Triangle & Sales Warrior using RAVE Sales Principles. dan Narasumber tetap program Smart Motivation di radio SmartFM dan Sonora networks.