MENYONGSONG GENERASI EMAS NIAS 2030
Aku dan Nias di Tahun 2030
Oleh Anugrah No’inötö Göri*
Nias di tahun 2030 akan seperti Tokyo saat ini. Tokyo adalah kota maju yang tetap mempertahankan tradisinya.[1] Akan ada bangunan tinggi dan keramaian dimana-mana. Kereta cepat menggantikan motor. Pekerjaan-pekerjaan kasar dilakukan oleh robot menggantikan manusia. Namun, tradisi seperti bōwō, fangowalu, owasa tetap terjaga.
Dimana-mana akan terpampang iklan, poster, spanduk yang tertulis dalam Li Niha. Nias akan menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia dan dunia serta dikagumi oleh siapa pun yang mengenalnya.
Ono Niha tidak lagi malu mengakui identitasnya. Tak ada lagi yang “hulō harita olifu ia gulinia.” Orang-orang dengan bangga mengenalkan daerahnya ke luar. Aku pun termasuk dari mereka.
Aku akan menyumbang bagi Nias. Bukan dalam bentuk materi tapi. Dalam pengetahuan. Ya, aku mungkin bukan orang kaya, namun aku akan menjadi manusia berpendidikan dan menyumbang ilmuku, ilmu bahasa.
Pada 2016 aku masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dan akan tamat tahun depan, pada 2019. Selanjutnya, aku akan masuk ke perguruan tinggi pada jurusan bahasa. Ada tiga bahasa yang ingin aku pelajari. Bahasa Inggris sebagai bahasa global, bahasa Mandarin dengan penutur yang banyak dan nada pengucapannya yang indah, dan bahasa Spanyol yang pengucapannya mirip dengan bahasa Indonesia. Satu dari ketiganya akan menjadi jurusan strata satuku. Bahasa apapun yang aku pelajari akan menjadi jalanku memenuhi cita-cita.
Cita-citaku adalah menjadi linguis, ahli linguistik alias ilmu bahasa. Di Indonesia, linguistik sebagai jurusan hanya ada di strata dua.[2] Linguistik juga dapat dipelajari sebagai salah satu mata kuliah di pendidikan bahasa atau sastra. Ini alasan aku mengambil pendidikan bahasa atau sastra terlebih dahulu. Akan beda ceritanya kalau aku belajar di luar negeri.
Mengapa linguistik? Karena aku cinta bahasa. Sebagai kutu buku, aku banyak menemukan berbagai bahasa saat membaca. Pertama, bahasa Inggris yang tiap harinya aku temui dan juga kupelajari sejak Sekolah Dasar. Kedua, bahasa Sansekerta dari India yang banyak diserap ke bahasa Indonesia, seperti kata sukha-dukha. Ketiga, ada bahasa Spanyol yang pengucapannya mudah. Lalu ada bahasa Jawa yang lembut. Terakhir bahasa Mandarin, yang mana di Nias dikenal ucapan ‘ching-chong-hae-lang’.
Berbagai fakta atas bahasa-bahasa ini memunculkan pertanyaan-pertanyaan di kepalaku. Apa bahasa pertama di dunia? Mengapa bahasa Inggris bisa mendunia? Mengapa ada bahasa yang mirip? Mengapa sistem penulisan dan cara baca di setiap bahasa berbeda-beda? Semakin aku memikirkannya, semakin aku menyukainya.
Pada 2024 aku selesai kuliah strata satu dan pada 2028 aku menyelesaikan kuliah strata dua linguistik. Sejak kuliah bahasa atau sastra, strata satu, aku banyak melakukan riset tentang bahasa. Ini memantapkan aku sebagai linguis yang handal setelah wisuda.
Dengan ilmu bahasa yang aku miliki, aku kembali ke Nias yang sudah mulai maju. Banyak hal kulakukan untuk Nias, secara langsung maupun tidak.
Secara tidak langsung, yaitu menggunakan hak pilihku untuk memilih pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik akan membawa perubahan yang baik pula bagi masyarakat. Selain itu, aku akan menjadi pendidik. Aku akan membuka kelas bahasa gratis bagi anak-anak, yang diharapkan mampu melahirkan generasi cerdas di kemudian hari.
Kalau secara langsung, ada banyak tugas yang akan aku kerjakan. Melakukan penelitian ilmiah terkait bahasa Nias, membangun korpus bahasa Nias, mengenalkan bahasa Nias di forum-forum dan konferensi nasional, menerjemahkan karya sastra berbahasa Indonesia/asing ke dalam bahasa Nias, menulis buku dan ensiklopedia dalam bahasa Nias, dan menyusun kamus lengkap bahasa Nias ke bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Di dunia maya, akan ada Wikipedia Li Niha yang isinya lengkap. Aku sendiri sudah mulai menulis artikel disini.[3] Lewat tulisan ini juga aku mengajak pembaca ikut berkontribusi sehingga di tahun 2030 nantinya Wikipedia bahasa Nias menjadi sumber bacaan yang bermutu dan artikelnya berjumlah banyak.
Caraku memenuhi mimpi ini, yaitu dengan belajar keras. Mulai sekarang aku memberi diri untuk ditempa di sekolah, mengumpulkan ilmu sebanyak-banyaknya. Berdiskusi dengan teman, pergi ke perpustakaan, mengulang pelajaran dari sekolah, mengerjakan soal-soal latihan, hingga belajar bahasa asing. Memang melelahkan, tapi nanti akan terbayarkan dengan hasil yang memuaskan.
Komitmen untuk belajar pun tidak hanya di sekolah. Sebagai warganet, aku dapat menggunakan gawai untuk menulis dan menggunakan media sosial dengan baik. Sarana menulisku yaitu Quora,[4] yang mana aku aktif dalam bahasa Indonesia dan Inggris, Selasar,[5] situs buatan dalam negeri. Lewat media sosial, aku membuka konten-konten mendidik. Di Instagram misalnya, aku mengikuti Transletin,[6] akun informatif tentang bahasa Inggris, Gusittalk,[7] membahas situasi dan pariwisata di Nias, dan banyak lainnya.
Tak lupa pula aku berdoa. Berharap agar usahaku diberkati dan tidak sia-sia. Di dalam hidup ini, kita tidak bisa berharap segala yang kita dambakan bisa diraih dalam sekejap. Lakukan saja perjuangan dan terus berdoa, maka Tuhan akan menunjukkan jalan selangkah demi selangkah; mengutip nasihat Mery Riana dalam bukunya Mimpi Sejuta Dolar.
Akhirnya aku mengajak semua orang Nias turut serta mewujudkan Nias yang hebat di tahun 2030.
Pranala
[1] http://s.telegraph.co.uk/graphics/projects/tokyo-ancient-modern/index.html
[2] https://id.quora.com/Apakah-ada-universitas-di-Indonesia-yang-menyediakan-program-S1-untuk-jurusan-linguistik
[3] https://incubator.wikimedia.org/wiki/User:Anugrahgori
[4] https://id.quora.com/profile/Anugrah-Noinoto-Gori#
[5] https://www.selasar.com/
[6] https://www.instagram.com/transletin/?hl=id
[7] https://www.instagram.com/gusittalk/?hl=id
Profil Penulis
Anugrah No’inötö Göri adalah siswa kelas XII IPA di SMAN Unggulan Sukma Nias. Lahir di Tetehösi pada 17 tahun lalu. Saat ini berdomisili di Jln. Bomboaukhu, Desa Tetehösi Idanögawo.
Anugrah ditetapkan sebagai juara ke-1 pada lomba menulis tingkat SMA/SMTK dan sederajat se-Kepulauan Nias yang diadakan oleh Ikatan Pemuda Nias Indonesia (IPNI) pada Juli 2018. Berita lengkapnya bisa dibaca di sini: Anugrah, Des Intan dan Jesslyn Menangi Lomba Menulis Esai IPNI
Catatan Redaksi:
Pemuatan artikel ini merupakan bagian dari kerja sama antara IPNI dan redaksi NiasSatu.Com. Guna keperluan dan penyesuaian dengan standar penulisan populer dalam kolom opini situs NiasSatu.com, redaksi melakukan beberapa koreksi minor pada tata cara penulisan maupun pengalimatan. Koreksi itu tetap menjamin terjaganya orisinalitas ide dan substansi tulisan.
Mantap