PENAMAAN BINTANG DAN PLANET 2019

Modesta Telaumbanua: Bermula dari Info di Grup WA, Nama Bintang “Dofida” dan Planet “Noifasui” Tuntas Dalam 30 Menit

Modesta Telaumbanua | Dok.Pribadi

NIASSATU, JAKARTA – Selasa, 17 Desember 2019 menjadi salah satu tanggal bersejarah bagi bangsa Indonesia, secara khusus bagi warga Kepulauan Nias. Pasalnya, pada sayembara penamaan 112 set bintang dan exoplanetnya, Indonesia mendapat kesempatan menamai satu bintang dan satu planetnya. Exoplanet adalah istilah yang digunakan untuk merujuk planet di luar tata surya.

Dan nama yang disetujui dan akan digunakan secara internasional tersebut berasal dari bahasa daerah Nias, yakni Dofida dan Noifasui.

Dan tentu saja, yang lebih berbahagia adalah seorang putri Nias pengusul kedua nama tersebut. Dia adalah Modesta Telaumbanua.

Pengumuman itu disampaikan secara resmi melalui siaran pers di  website resmi oleh International Astronomical Union (IAU) di Paris, Prancis. Dengan disetujuinya nama-nama yang diusulkan tersebut, maka akan digunakan secara paralel dalam nomenklatur ilmiah terkait astronomi dan dengan kredit bagi nama atau lembaga pengusungnya. Dengan demikian, setiap kali bintang Dofida dan eksoplanet Noifasui itu diulas, maka nama Modesta juga akan diingat dan dirujuk.

Modesta sendiri bukanlah lulusan pendidikan yang ada hubunganya dengan dunia astronomi. Wanita yang juga sering dipanggil Desta tersebut mengungkapkan, bahwa dia adalah seorang lulusan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Saat ini, dia sedang mengabdi melayani masyarakat Nias melalui Yayasan Dela Penabur Kasih di Gunungsitoli Barat, Kota Gunungsitoli. Di yayasan tersebut, Desta bekerja penuh waktu (full time) sebagai Sekretaris.

Selain tugas pokok tersebut, bersama dengan teman-temannya juga melayani 165 anak-anak dalam kegiatan yang mereka sebut sebagia KREASI.

“Kami volunteers mengajar mereka dalam bahasa Inggris yang sederhana. Karena sesungguhnya saya bukan guru Bahasa Inggris tetapi untuk mengajari mereka, terlebih dulu saya belajar bahasa Inggris. Lalu menyampaikan kepada mereka apa yang telah saya pelajari. Kami juga membina karakter dan spiritual mereka dan melayani mereka di perpustakaan kantor, setidaknya membangkitkan minat baca bagi siapa saja yang datang berkunjung,” ujar dia kepada Nias Satu, Kamis, 19 Desember 2019.

Wanita muda yang berdomisili di Pulau Nias tersebut menjelaskan bagaimana awalnya dia terlibat dalam sayembara internasional yang juga mencatatkan namanya dalam catatan internasional tersebut.

“Sederhana saja, saya merespon dengan sangat positif setiap berita positif. Pada 7 September 2019 saya membaca link Sayembara Name ExoWorld Indonesia yang diselenggarakan oleh International Astronomical Union (IAU) untuk merayakan anniversary astronomi yang ke-100 tahun. Link sayembara itu dikirim oleh seorang teman di salah satu Grup WA Para Medis. Saat itu jam 10.55 Wib, di pagi hari ketika saya sedang belajar untuk improve bahasa Inggris,” jelas dia.

Membaca informasi tentang sayembara tersebut, dia merasa takjub pada pencapaian astronomi yang telah sejauh itu.

“Dan karena Indonesia telah diamanahi oleh IAU untuk menamai bintang dan exoplanet yang terletak di rasi Centaurus belahan langit selatan Indonesia itu, maka sebagai warga negara Indonesia, saya ingin mempersembahkan salah satu kekayaam Nusantara, yaitu bahasa Nias (Li Niha) untuk bisa diabadikan di benda angkasa,” tambah dia.

Dia mengaku, tidak butuh waktu lama menemukan dan merumuskan nama yang akhirnya diusulkannya menjadi nama bintang HD 117618 dan exoplanet HD 117618b itu. Dia mengatakan, ketakjuban pada pencapaian dunia astronomi tersebut membawa dia pada perenungan yang mendalam. Perasaan itu menuntunnya menemukan kata dalam bahasa Nias (Li Niha) yang bisa menggambarkan keberadaan bintang dan planet itu.

“Lalu saya berpikir bahwa kata yang digunakan harus kata yang indah dan mengandung makna yang menggambarkan keberadaan bintang dan planetnya, sehingga mudah diingat oleh setiap pembaca atau pendengar. Nama “Dofida” (ditulis Döfida dalam Li Niha) dan “Noifasui” datang begitu cepat dan maknanya mengisi seluruh benak saya sehingga dalam 30 menit nama dan maknanya sudah terangkai tuntas,” ungkap dia.

Keikutsertaan pada sayembara internasional tersebut ternyata merupakan pengalaman pertamanya. Dan keterpilihan nama bintang dan planet dari bahasa Nias yang diusulkannya itu sangat membanggakan dan membahagiakan baginya.

“Saya sangat bangga dan bahagia karena dari Nias ada sesuatu yang bisa dipersembahkan untuk digunakan dalam mengemban amanah yang telah dipercayakan oleh IAU kepada bangsa Indonesia,” kata dia.

Ditanya mengenai bentuk apresiasi yang diterimanya atas penobatan nama yang diusulkannya itu, termasuk apakah dia diundang untuk acara yang terkait penamaan bintang dan planet tersebut, Desta belum mau mengungkapkannya. Dia mengatakan, akan menginformasikannya pada waktu yang tepat.

Tak lupa, Desta berbagi motivasi bagi anak-anak Nias lainnya agar bisa berkontribusi pada kegiatan-kegiatan serupa, baik pada skala nasional maupun internasional.

“Mari menghargai setiap kesempatan, belajarlah dan takjublah pada karya-karya yang membawamu dan orang lain merayakan setiap yang dicapai dan dilakukan. Milikilah hati yang selalu mau berpartisipasi untuk melakukan hal-hal yang positif, jangan hanya fokus pada hal yang berpusat pada diri sendiri,” ujar dia berbagi ‘resep’.

Dia mengakui, terinspirasi dari mengikuti sayembara Name ExoWorld tersebut, dengan diangkatnya Dofida dan Noifasui dari Li Niha (Bahasa Nias) di angkasa, kini dia menemukan sebuah falsafah hidup, yakni “Takjublah pada ribuan karya maka Anda akan tertolong untuk menciptakan sebuah karya.”

Tentang Sayembara

Sayembara penamaan bintang dan planet tersebut diikuti sekitar 780 ribu orang dari seluruh dunia. Dijelaskan bahwa sebanyak 360.000 proposal usulan nama yang diterima. Lalu, komite di setiap negara menyeleksi proposal itu menjadi daftar singkat. Lalu, dipublikasikan agar publik memberikan pilihan mereka. Total 420.000 orang memberikan suara mereka pada pemilihan tersebut.

Nama-nama yang berhasil disetujui akan digunakan secara paralel dengan nomenklatur ilmiah yang sudah ada, yang akan dikreditkan kepada orang, kelompok/lembaga pengusulnya.

Himpunan Astronomi Indonesia (HAI) dalam laman resminya menjelaskan, bintang HD 117618 dan planetnya terletak di rasi bintang Centaurus. Rasi ini terletak di belahan langit selatan sehingga kita yang tinggal di Indonesia dapat terus menyaksikannya di langit malam.

Bintang Dofida memiliki kemiripan dengan matahari dan berjarak 124 tahun cahaya dari bumi. Itu artinya bahwa cahaya dari bintang tersebut membutuhkan waktu 124 tahun untuk sampai ke bumi. Saat ini baru ditemukan satu planet yang mengitarinya yang kemudian dinamai Noifasui, yang mengorbit bintangnya dari jarak 0,18 AU, lebih dekat daripada jarak Merkurius ke Matahari. Satu tahun di planet tersebut sama dengan 25,8 hari di Bumi. Eksoplanet Noifasui sendiri tergolong planet gas raksasa seperti Jupiter.

Eksoplanet Noifasui ditemukan pertama kali pada 2004. Untuk keperluan pengamatan, bintang Dofida bisa ditemukan di langit dengan koordinat: α: 13 jam 32 menit 25,55 detik dan δ: -47º 16′ 16,9″. (NS1)

 

About the Author

Leave a Reply

*

Translate »