Kendali Covid-19 Itu Pada Manusianya

Fotarisman Zaluchu, Ph.D.

Oleh Fotarisman Zaluchu, Ph.D.*

Virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab penyakit Covid-19 sedang mengganas di Kepulauan Nias. Saat ini, seluruh Kabupaten/Kota di Kepulauan Nias telah memiliki kasus terkonfirmasi positif Covid-19, hanya dalam beberapa minggu saja.

Saya mencatat, kasus perdana yang bisa dikatakan sebagai sumber penularan awal terjadi pada pertengahan Agustus 2020. Dan dalam waktu singkat, kasus-kasus Covid-19 kemudian dideteksi secara sporadis meski beberapa kasus saling berkaitan satu sama lain. Dan sampai tulisan ini dibuat, tren kasus masih meningkat.

Jadi bagaimana kita mengatasi penyebaran virus ini sehingga setidaknya bisa dikendalikan?

Harus dipahami bahwa virus SARS-CoV-2 tidak bisa bergerak sendiri. Ia harus hidup dalam sel hidup. Dan itulah mekanisme yang membuatnya bisa menularkan. Karena virus tersebut berada dalam tubuh manusia yang masih hidup, maka manusialah yang membawanya kemana-mana.

Mereka yang ditubuhnya sudah ada virus SARS-CoV-2 barangkali pergi ke daerah yang sudah ada penderita. Maka tertularlah ia. Lalu ia berjalan ke wilayah lain, lalu menularkannya. Demikian seterusnya. Setiap orang yang telah terkena, lalu membawa virus untuk kemudian menularkan juga kepada orang lain. Maka tak heran, seperti kasus Covid-19 di Kepulauan Nias, kasus terus menerus terjadi. Mengapa? Karena orang yang ditubuhnya telah ada virus, masih terus menularkan virus tersebut kepada orang lain.

Semuanya berjalan tanpa sadar. Apalagi karena dengar-dengar kepatuhan pada protokol kesehatan belum dilaksanakan secara disiplin. Virus SARS-CoV-2 menular melalui dua pintu masuk utama yaitu hidung dan mulut. Ia ada di cairan yang berasal dari kedua tempat itu. Maka orang yang tidak pakai masker dan ditubuhnya virus tersebut telah ada menyebarkannya kepada orang lain dengan mudah karena tidak menggunakan masker. Pada saat yang sama, mereka yang tidak memakai masker, secara otomatis juga menghirup cairan berisi virus dalam partikel kecil, atau tertular melalui cairan virus yang ada di permukaan benda yang terkena percikan bekas ludah atau ingus.

Mekanisme sederhana di atas memberikan penjelasan kepada kita bahwa manusialah yang membawa virus. Manusialah yang menjadi medium dari penyebaran virus. Dan dengan asumsi yang sama, mengendalikan manusia pun menjadi kata kunci untuk menghentikan penyebaran Covid-19.

Bagaimana mengendalikan manusia, khususnya dalam konteks kita di Kepulauan Nias?

Kita kembali pada pemahaman awal, bahwa ledakan kasus sedang dalam tahap meningkat di Kepulauan Nias. Nah, tahap ini sebenarnya adalah posisi dimana seharusnya tindakan cepat bisa dilakukan karena jika tidak, penularan akan terus terjadi dan jangan harap Kepulauan Nias akan kembali “hijau.”

Langkah pertama tentunya melakukan pembatasan kegiatan sosial manusia. Pesta dan pernikahan yang mengumpulkan orang dengan jumlah banyak harusnya distop. Jika tidak distop, harusnya dilakukan dengan kondisi yang ketat, yaitu membatasi jumlah yang hadir dan menerapkan protokol ketat. Apa boleh buat, bukti-bukti memperlihatkan jika kasus-kasus di Kepulauan Nias terjadi karena interaksi di acara sosial dan keagamaan. Saya melihat gereja sudah dilaksanakan secara daring, tetapi perlu dipertegas dengan kegiatan yang telah saya sebutkan di atas tadi.

Langkah kedua adalah soal kedisiplinan. Dimana-mana pakai masker adalah standar awal yang sudah terbukti kebenarannya. Mengabaikan hal itu sama saja membunuh diri sendiri. Bahkan kini di daerah-daerah dimana kasus semakin melonjak, masker harus dibarengi dengan penggunaan face-shield (pelindung wajah).

Mendisiplinkan manusia memang tidak mudah, tetapi apa boleh buat, demi mengendalikan dan menghentikan loncatan kasus, seluruh Kepala Daerah di Kepulauan Nias harus bekerja keras. Patroli pemerintah, dibarengi oleh polisi dan tentara, harus terus menerus turba (turun ke tengah-tengah masyarakat), menerapkan disiplin ini dengan cara edukasi, bahkan represi. Ini perlu kesungguhan dan ketegasan.

Langkah ketiga, tentu pemerintah daerah sendiri harus pula berhenti mengumpulkan massa. Perbanyak bekerja dari rumah, manfaatkan teknologi untuk meminimalisir interaksi antar manusia adalah langkah-langkah penting yang harus dilakukan oleh pemerintah.

Tak usah panik soal penyebaran Covid-19 di Kepulauan Nias, jika pemerintah, masyarakat dan kita semua bekerja. Kalau tak melakukan pengendalian manusia, pantas kita panik. Nyawa taruhannya.

* Penulis adalah pengajar Ilmu Kesehatan Masyarakat, pernah menempuh pendidikan di Nuffield Centre for International Health di Leeds, UK.

 

About the Author

Leave a Reply

*

Translate »