Terkait Monumen Saönigeho, Ahli Waris Siap Gugat Pemda Nisel

Mo'arota Fau (Ama Ana) | satyawinnie.com

Mo’arota Fau (Ama Ana) | satyawinnie.com

NIASSATU, NIAS SELATAN – Ahli waris keluarga Raja Saonigeho dan warga Desa Bawömataluo menolak memenuhi undangan pertemuan dengan Bupati Nias Selatan Idealisman Dachi pada hari ini, Minggu (16/11/2014).

Salah satu ahli waris Saönigeho, Mo’arota Fau mengatakan, kemarin, Sabtu (15/11/2014) mereka menerima surat undangan pertemuan itu. Tapi, setelah dibahas bersama keluarga dan para tokoh masyarakat, memutuskan menolak memenuhi undangan tersebut.

“Pasalnya, dalam undangan tersebut agendanya membahas penandatanganan prasasti monumen Saönigeho. Lalu, untuk apa lagi kita ke sana karena mereka bukan lagi mau membahas bagaimana seharusnya monumen itu dibangun, tapi justru penandatanganan prasasti. Mereka sudah siapkan prasasti itu di lokasi monumen yang lokasinya juga kita tidak pernah diminta persetujuan,” ujar pria yang akrab dipanggil Ama Ana tersebut kepada Nias Satu, Minggu (16/11/2014).

Pernyataan Sikap

Sebaliknya, kata pria yang biasa dipanggil Ama Ana tersebut, pihak ahli waris dan para tokoh telah memersiapkan pernyataan sikap yang sekaligus menjawab surat undangan tersebut.

Pernyataan sikap tersebut akan dikirimkan kepada bupati dan akan ditembuskan kepada pihak-pihak terkait, termasuk DPRD Nias Selatan dan Markas Besar TNI Angkatan Laut.

Di antara poin-poin pernyataan sikap tersebut, jelas dia adalah, pertama, ahli waris dan warga Desa Bawömataluo menolak tegas peresmian monumen Saönigeho tanpa ada persetujuan resmi dari ahli waris dan warga desa.

“Kedua, bila monumen itu tetap diresmikan tanpa persetujuan resmi ahli waris dan warga desa Bawömataluo, maka ahli waris dan warga desa Bawömataluo akan mengajukan gugatan adat dan juga gugatan hukum kepada semua pihak yang terkait,” tegas dia.

Dia menegaskan, pihaknya menghormati niat baik Pemda Nias Selatan memberikan penghormatan dengan cara membangun monumen. Tapi, pihaknya menyesalkan karena sebagai ahli waris tidak dilibatkan secara wajar dalam proses persiapan monumen tersebut.

“Kalau kita ingin menghormati beliau, mari kita lakukan secara terhormat pula cara-caranya. Ada ahli waris dan juga ada warga Desa Bawömataluo yang harus dihargai keberadaan mereka dengan cara dilibatkan dalam prosesnya. Kita tidak mau seperti selama ini, kita semua dilangkahi begitu saja. Ini tidak baik terjadi dalam komunitas kita. Tidak pantas dalam konteks adat dan tata krama kita,” jelas dia. (Baca: Tak Diajak Bicara, Ahli Waris Protes Keras Pembangunan Monumen Saönigeho)

Ama adalah keturunan langsung dari Raja Saönigeho dan saat ini mendiami rumah raja, Omo Nifolasara (Omo Sebua) di Desa Bawömataluo.

Seperti sudah diumumkan Pemda Nias Selatan, peresmian monumen Saonigeho akan dilaksanakan pada 20 November 2014 oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Marsetio, bersamaan dengan peresemian Pangkalan TNI AL Nias di lokasi kantor Bupati Nias Selatan yang telah dihibahkan.

Yang menarik, rentang waktu peresmian monumen ini tidak berselang jauh setelah Bupati Nias Selatan menyatakan rencana itu saat pada upacara pemakaman tokoh budaya asal Desa Bawomataluo, Hikayat Manao pada 14 Oktober 2014. Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa rencana ini sudah disiapkan lebih dahulu sebelum diumumkan kepada masyarakat. (ns1)

 

About the Author
  1. Ismael Dachi Reply

    Semua unsur / elemen diajak rembuk

  2. Bambu Mata 2 Reply

    saatnya orang MUDA menanti orang TUA menunjukan KEARIFANNYA…..
    dan
    orang TUA menanti orang MUDA menunjukan RASA HORMATNYA….

    ….yang TERBAIK untuk SEMUA….

Leave a Reply

*

Translate »