Promosi Swadaya Masyarakat Solusi Efektif Menjual Pariwisata Nias
Oleh Etis Nehe*
Pemerintah pusat terus berupaya mempertahankan bahkan menggenjot jumlah turis yang bertandang ke Nusantara. Salah satu caranya, dengan memberikan fasilitas bebas visa masuk bagi turis dari sejumlah negara.
Terbaru, Pemerintahan Presiden Jokowi akan membebaskan visa masuk turis dari empat negara penting. Yakni, China, Korea Selatan (Korsel), Rusia, dan Jepang. Itu menambah daftar negara yang diberikan fasilitas bebas visa masuk Indonesia menjadi 19 negara.
Negara-negara lainnya seperti dikutip dari situs setkab.go.id pada Sabtu (14/3/2015), adalah Thailand, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Hong Kong Special Administration Region (Hong Kong SAR), Makau Special Administration Region (Makau SAR), Cile, Maroko, Peru, Vietnam, Ekuador, Kamboja, Laos, dan Myanmar.
Menko Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, pembebasan visa masuk tersebut dalam rangkat menggenjot turis yang berdampak pada penambahan devisa negara. Kebijakan itu adalah salah satu dari paket kebijakan pemerintah menghadapi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang Amerika Serikat, dolar.
Sofjan menjelaskan, dengan penambahan negara yang mendapatkan fasilitas bebas visa masuk tersebut, diharapkan sudah mencakup 95% wisatawan yang datang ke Indonesia. Bahkan, kata dia, pemerintah juga sedang mengkaji untuk menambah lagi negara yang warganya diberikan fasilitas yang sama bila berwisata ke Indonesia.
Seperti diketahui, muara dari pembebasan visa masuk ini adalah bertambahnya jumlah wisatawan dari negara-negara tersebut ke Indonesia. Selama ini, negara-negara tersebut juga dikenal sebagai penyumbang wisatawan signifikan di Asia, Asia Tenggara dan Indonesia, setiap tahunnya.
Gembar-gembor pembangunan dan promosi pariwisata Pulau Nias, bila sungguh-sungguh direalisasikan, harusnya bisa memetik keuntungan dari kebijakan pemerintah pusat ini. Apalagi karena saat ini, maskapai yang bisa melayani penerbangan lanjutan menuju Nias sudah bertambah dengan masuknya maskapai Garuda Indonesia yang juga memiliki rute-rute luar negeri.
Cuma persoalannya, sampai saat ini belum ada juga persiapan destinasi-destinasi wisata yang layak jual untuk ditawarkan bagi wisatawan mancanegara. Di lain sisi, upaya promosi juga hampir tidak ada. Hasilnya, jumlah turis mancanegara ke Puau Nias cenderung stagnan, bahkan merosot.
Dalam beberapa kesempatan ketika berada di Pulau Nias pada pengujung tahun lalu, pengamatan langsung di beberapa area yang selama ini disebut sebagai destinasi wisata, tampak tidak ada apa-apanya lagi.
Melihat situasi di salah satu objek wisata terkenal di Nias Selatan, rasanya bersyukur sekali seorang rekan batal pergi ke sana atas rekomendasi saya pada akhir tahun lalu. Pasalnya, ketika berada di tempat yang sama sekitar dua minggu kemudian, saya sendiri menemukan betapa tidak layaknya tempat itu untuk dikunjungi.
Betapa saya mempermalukan diri sendiri dan juga betapa mengecewakan baginya bila terlanjur berada di sana dan menikmati hal berbeda dengan apa yang saya promosikan kepada dia beberapa bulan sebelumnya. Tempat itu tidak tertata, tanpa fasilitas pendukung yang memadai, dan seperti biasa, tak terurus, tanpa sentuhan kepantasan sebagai daerah tujuan wisata.
Beberapa area wisata yang selama ini dijanjikan akan ditata, tampaknya sama saja, tidak terurus juga. Janji demi janji dari Pemda terus bermunculan, dan juga berguguran begitu saja.
Upaya promosi pun bisa dikatakan tidak ada. Kalau pun ada, lebih banyak karena promosi yang dilakukan oleh warga Pulau Nias secara perseorangan melalui blog ataupun media sosial. Juga oleh beberapa petualang dari luar Nias yang kemudian menyebarluaskan foto-foto indah area berpotensi jadi destinasi wisata di Pulau Nias di internet. Sementara promosi sistematis oleh Pemda-Pemda, bisa dikatakan, hampir nol besar.
Entah kemana saja anggaran promosi pariwisata yang diajukan setiap tahun melalui APBD itu. Kalau pun ada, entah kenapa tidak sebesar omongan mereka yang akan membangun pariwisata dalam berbagai kesempatan diskusi/seminar.
Website-website khusus pariwisata pun setali tiga uang. Kecuali, dan patut diapresiasi, website Dinas Pariwisata Nias Utara (http://www.northniastourism.com/) yang baru beberapa waktu lalu diluncurkan dan tampak ditangani secara profesional. Sisanya, hmm… antara ada dan tiada. (Baca: Pemda-Pemda di Nias Serius Urus Pariwisata? Ayo… Cek Website Resminya)
Apalagi Pilkada sudah di depan mata. Para kepala daerah biasanya tidak akan memberikan perhatian untuk hal-hal yang tidak berdampak langsung pada citra positifnya bila ingin mencalonkan diri lagi, termasuk promosi pariwisata.
Mereka akan memilih program-program lain yang bersentuhan langsung dengan keseharian masyarakat, terutama terkait kebutuhan harian mengingat saat ini kondisi perekonomian sedang memburuk pasca-merosot-parahnya harga karet dan melambungnya harga-harga barang, termasuk sembako. Ya, program sosial, hibah hingga sumbang sana-sini akan lebih jadi prioritas.
Seperti diungkapkan salah satu pejabat di sebuah dinas pariwisata di salah satu Pemda, anggaran promosi wisata tahun ini hampir tidak ada. Selidik punya selidik, atas nama efisiensi, rupanya hampir semua anggaran disedot untuk kegiatan sosial yang bisa mendongkrak popularitas si bupati karena akan mencalonkan diri kembali pada Pilkada yang akan digelar tahun ini.
Tampaknya, Pulau Nias kembali akan melewatkan begitu saja kesempatan yang sudah ada di depan mata. Pembangunan pariwisata Pulau Nias, seperti sebelumnya, masih saja sebatas cuap-cuap dan diskusi, yang sebenarnya, isinya itu-itu juga. Bicara pembangunan pariwisata, ternyata masih belum beranjak dari level ‘omong kosong belaka’. (Baca: Pariwisata Nias Butuh Tindakan Nyata, Diskusi Sudah Cukup!).
Promosi Swadaya
Peran swadaya masyarakat dalam bentuk promosi-promosi mengenai lokasi-lokasi wisata di Pulau Nias, seperti selama ini banyak dilakukan di media sosial, akan lebih efektif. Menunggu Pemda sama saja seperti menunggu godot. Entah sampai kapan menanti kehadiran mereka.
Meski begitu, pola promosi swadayay seperti selama ini perlu diberi sentuhan profesional dan juga harus massif. Sehingga para calon wisatawan bisa mendapatkan informasi dengan gamblang dan sebarannya juga luas. Beberapa orang telah secara konsisten melakukannya akhir-akhir ini.
Cara sederhananya, bagi yang berdomisili di Pulau Nias, atau perantau yang berlibur ke Pulau Nias, cari waktu mengunjungi lokasi-lokasi potensial jadi destinasi wisata. Lalu, ambil foto sebagus mungkin dan berikan gambaran lengkap mengenai lokasi tersebut.
Bisa juga, mengkombinasi foto tersebut dengan ulasan lengkap namun ringkas mengenai objek wisata tersebut. Misalnya, nama wilayah, posisi lokasi, kondisi akses ke sana, ketersediaan transportasi dan penginapan, kuliner tersedia di area sekitar, biaya untuk masuk ke sana, hal-hal yang perlu disiapkan, hal-hal yang harus diantisipasi, dan lain sebagainya. Lalu, sebarluaskan melalui blog, ataupun media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram dan lain sebagainya.
Bagi yang tidak sempat ke lokasi, ambil bagian membantu meneruskan ulang penyebaran foto-foto atau ulasan mengenai daerah wisata tersebut melalui akun-akun media sosial yang dimiliki atau yang bisa dijangkau untuk ditautkan, termasuk menautkannya pada akun-akun resmi kementerian/lembaga yang mengurus pariwisata negara-negara dengan jumlah wisatawan potensial tersebut di atas.
Contoh sederhana. Andaikan, 1.000 orang saja dari berpuluh ribu orang Nias yang memiliki akun di media sosial (apapun jenisnya) melakukan hal serupa sekali saja dalam sebulan. Lalu, orang yang sama dan orang Nias lainnya sejumlah yang sama melakukan penerusan ulang pengiriman informasi tersebut di akunnya atau akun tautan lain, maka, kehadiran info, foto, ulasan mengenai Nias di internet, khususnya di media sosial dalam sebulan setidak-tidaknya bisa mencapai dua sampai tiga ribu kali. Bayangkan bila setidaknya 5.000 orang dari berpuluh ribu orang Nias yang aktif di media sosial melakukan hal serupa setiap bulan. Hasilnya bisa sangat signifikan. Sederhana, bukan?
Harapannya, dengan itu, potensi turis saat ini dari empat negara baru yang mendapat fasilitas bebas visa masuk, juga bisa dijangkau oleh informasi-informasi serupa. Hanya dengan itu, Pulau Nias bisa menikmati kue potensi wisatawan sebagai efek pemberian fasilitas bebas visa masuk tersebut.
Mungkin ini sederhana, tapi lebih jelas hasilnya. Lambat laun, asal semua bekerja secara berjaringan, maka promosi cara swadaya ini bisa lebih dahsyat dampaknya daripada upaya promosi oleh Pemda-Pemda yang sejatinya, antara ada dan tiada.
Mari kita kerjakan bersama-sama. Ya’ahowu.
* Pemimpin Redaksi situs berita www.NiasSatu.com, pemerhati pariwisata Nias, tinggal di Jakarta.