10 Tahun Gempa Nias: Antara Kepedihan, Pembaruan, dan Kebangkitan Nias

Ilustrasi 10 Tahun Gempa Nias | NiasSatu.com

Ilustrasi 10 Tahun Gempa Nias | NiasSatu.com

NIASSATU, JAKARTASabtu, 28 Maret 2015, tepat 10 tahun gempa berkekuatan 8,7 SR meluluhlantakkan Pulau Nias. Sekitar 1.000 nyawa melayang dan lebih banyak lagi yang memikul derita karena trauma fisik karena cacat yang ditimbulkannya maupun karena trauma psikologis.

Saban tahun, setiap tanggal 28 Maret, selalu disertai dengan kegiatan peringatan. Baik berupa kegiatan pelatihan kesigapan warga mengantisipasi bencana serupa, maupun dalam bentuk lain seperti upacara, doa bersama atau kebaktian bersama. Bahkan, ada juga yang mengidekan, bahwa peringatan peristiwa naas tersebut, bisa dijadikan sebagai ajang menarik wisatawan ke Pulau Nias.

Khusus peringatan 10 tahun gempa Nias itu, kami menyajikan beberapa komentar warga Nias ataupun warga bukan Nias yang memberikan perhatian atas kejadian tersebut. Redaksi mengutip komentar-komentar tersebut secara khusus dari Facebook, sebagai respons atas berita yang sebelumnya ditayangkan di Nias Satu berjudul Hari Ini, 10 Tahun Gempa Nias.

BertHin Forer mengaku, masih merinding mengingat detil peristiwa itu, khususnya mengingat para korban. Dia juga mengingat kenangan saat ujian sekolah dilaksanakan di tempat darurat.

“tiap x gempa, lari keluar sambil membawa kertas LJK yg diisi. Semoga aja ke depan tak ada gempa yg lbh besar dari ne. mari kita bertobat bersama-sama,” ujar BertHin Forer.

Senada dengan BertHin Forer, Polinus Zegapoulcarpaulus mengatakan, bencana itu tak akan terlupakan sampai usia berakhir. Dia berharap hal itu tidak terulang lagi.

Sementara Karya Jaya Zendrato mengatakan, gempa kala itu, mengajarkan arti kehilangan orang-orang terkasih.

“Gempa mengajarkan kita arti kehilangan sdr2 kita. Mari kita masyarakat Nias menghargai waktu untuk mengasihi keluarga dan sahabat2 semuanya. Yhw,” kata dia.

Cara berbeda ditempuh Tice Sarumaha yang mengaku sebagai salah satu korban gempa tersebut. Dia mengatakan, tidak lagi mengingat derita dan kesengsaraan 10 tahun lalu itu. Sebaliknya, dia mengambil hikmah dari kejadian itu dan mengimbau tidak lagi terhanyut dalam kenangan musibah itu.

“Sy sbg korban gempa & tsunami, sy tdk mengingat derita dan kesengsaraan 10thun yg lalu. sy hnya mengambil hikmat’x dan trus bangkit. Sy jg berharap bgi saudar2 semua, agr tdk terhanyut dlm musibah yg telah menimpa kita 10thn yg lalu. Mari bangkit & Berdoa agar Gempa & Tsunami tdk melanda kita ge,” ujar Tice.

Senada dengan Tice, Eligius Zega mengingatkan mengenai hikmah di balik bencana yang tak terpahami secara manusiawi itu.

“Terkadang kita merasa duka yang kita alami 10 tahun yang lalu sangat tidak kita terima sebagai manusia, tapi rencana Tuhan selalu ada hikmat yakni gempa di Nias merupakan awal Nias terpublikasikan dan sekarang sudah dikatakan bisa bersaing dengan daerah lain. Semangat Niasku walaupun kami di perantauan tapi kami janji tuk kemambali untuk mengharumkan nama baikmu……” tulisnya.

Sedangkan Perasaan Telaumbanua mengingatkan tidak hanya pada kenangan hiteris dan cucuran air mata dari mereka yang meratap karena bencana itu. Dia mengingatkan betapa dalam situasi seperti itu, juga ada orang yang mencari manfaat untuk kepentingan dirinya sendiri.

“Kenangan pada saat terjadinya Gempa itu, histeris, semua air mata ikut ratapan. Akan tetapi, ada juga masyarakat yang mengambil kesmpatan untuk mengumpulkan uang banya-banyak. Melalui modus proyek dan lain sebainya, Terimakasi Tuhan engkau telah berbaik hati buat kami masyarakat Nias, amin…..” ujar dia.

Pertobatan

Bagi Nur Harefa tragedi gempa 8.7 SR saat itu ternyata menjadi momen pertobatan. Kala itu, kata dia, banyak orang yang bertobat. Namun ironisnya, menurut dia, kini setelah semua menjadi baik kembali, justru lebih banyak orang yang jahat daripada sebelumnya.

“Banyak org yg bertobat dan sekarang ini banyak org yg jauh lebih jahat dari sebelumnya mereka mementingkan diri sendiri,” kata dia.

Hal senada juga diungkapkan Apri’s Dlaw. Menurut dia, tidak hanya pada saat kejadian itu, tapi pada peringatan dua tahun lalu, masih saja ada yang bertobat mengingat kejadian itu. Dia bahkan mempertanyakan kenapa peringkatan ke-10 tahun gempa tahun ini tidak lagi semeriah tahun-tahun sebelumnya.

Momen Kebangkitan Nias

Yasman Lombu mengingatkan pada situasi pascabencana yang kemudian membawa Nias pada situasi yang berbeda. Terjadi pembangunan di berbagai sektor, dan langsung dinikmati masyarakat. Hal itu, berbeda jauh dengan setelah semua bantuan terhenti.

“setelah semua bantuan pasca gempa menarik diri pembangunan tidak menggembirakan lagi,” tulis Yasman.

Karena itu, Erlina V Sarumaha mengingatkan agar momen peringatan tersebut tidak jadi lambang belaka. Melainkan harus menjadi pendorong untuk membuat Nias lebih baik lagi.

“Jangan jadikan moment ini hanya sebagai lambang saja….tapi jadikan sebagai langkah untuk membangun nias tercinta ini dari berbagai potensi alam yang ada…agar tercipta lapangan pekerjaan bagi pendunduk asli pulau nias ini.

Lasni Chatrine menceritakan, dia tiba di Nias pada Januari 2006 atau 9 tahun lalu. Sejak itu, perkembangan Nias begitu pesat dalam hal pembangunan fisik. Dia pun berharap, agar tidak berhenti sampai di situ,namun terus berbenah. Menurut dia, sekecil apapun yang dilakukan, akan bermanfaat positif.

“senantiasa berbenah dan berbenah apa pun itu, sekecil apa pun itu asal yang posistif akan semakin membantu keseimbangan pembangunan fisik dan SDM,” kata dia.

Ericd Laia juga mengakui, Nias mengalami banyak kemajuan dalam 10 tahun terakhir, di antaranya di sektor pariwisata, pemerintahan dan pendidikan. Setidaknya, kata dia, perkembangan itu sudah lumayan dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Namun, juga ada ironi yang kasat mata. Yakni, seperti dituliskan oleh Andreass. Sejauh ini, setelah 10 tahun, tidak ada lagi bencana yang besar yang dihadapi masyarakat Nias. Namun, yang dihadapi saat ini justru jauh lebih berat. Ungkapan Andreass ini mengingatkan pada realitas dimaan setelah 10 tahun ini, dengan terjadinya pemekaran daerah, harusnya kondisi akan lebih membaik dan bisa dirasakan semua lapisan masyarakat hingga ke pedalaman.

‘yg kita hadapi sekarang adaalah perekonomian kita sehari hari dimana masyarakat Nias terutama warga pedalaman sangat banyak yg tidak menikmati hidup yg selayaknya, jadi tolong pemerintahan nias di perhatikan kami warga pedalaman, listrik aja masih bayak yg belum sampe kerumah rumah, warga nias masih banyak yang make lampu minyak alias lampu obor,” jelas dia.

YosaVat JaPut Gea mengingatkan, untuk membuat Nias lebih baik, tidak mungkin tanpa melakukan perbaikan dalam cara hidup di Nias. Di antaranya, dengan tidak melakukan KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme), hingga juga pentingnya memiliki etos pekerja keras.

“mungkin orang luar mengatakan kalau tidak terjadi gempa di nias maka nias tidak akan pernah maju karena gaya dan sifat hidup mereka yang tidak pernah maju, oleh karena itu mari kita merubah sifat kita yg selalu terpurung dalam KKN dan lain-lainnya. mari bersatu untuk memajukan pulau tercinta kita ini dan menunjukan kepada dunia luar kalau kita bisa maju. mari belajar keras dan bekerja keras untuk meningkatkan nama baik pulau kita, pulau “NIAS”,” tutur dia.

Fokus yang jelas pada pengembangan sumber daya manusia, menjadi perhatian khusus Goello Man. Menurut dia, Nias pascagempa akan Berjaya bila warganya berpendidikan.

“Nias akan jaya bila Penduduknya berpendidikan krn hanya dgn pengetahuanlah sgl keterbelangan ini kita hindari sebab SDA yg minim maka SDM lah harapan kita, maka momen peringatan bencana tsb hendaknya digunakan utk memacu semangat anak muda utk belajar dgn kesempatan yg luas didukung Pemerintah,” ucap dia.

Sedangkan Manahati Zega, membagikan tiga pemikiran penting yang menjadi penanda penting dan bermanfat jangka panjang. Hal pertama adalah menjadikan peringatan gempa tersebut sebagai Hari Kebangkitan Kepulaun Nias.

“Jadikanlah Hari Kebangkitan Kep Nias utk membangun kesejahteraan masyarakat Kep Nias,” tulis dia.

Hal kedua adalah, memberikan penghargaan bagi keluarga korban gempa dan memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak korban gempa.

Dan terakhir, ini terkait dengan momen politik di Pulau Nias, yakni pelaksanaan Pilkada pada Desember 2015. Manahati mengingatkan mereka yang mau mencalonkan diri agar menjadikan momentum peringatan ini sebagai tonggak penting pembangunan Nias ke depan.

“Para Balon Kepala Daerah yg ikut dalam Pemilukada pd bulan Desember 2015 mendatang, jadikanlah tonggak semangat utk membangun Kep Nias,” tegas dia. (Redaksi)

 

About the Author
  1. restu jaya duha Reply

    Yth. Redaksi niassatu.com

    Tkasih tulisan ini….kembali mengingatkan tentang bencana di Nias 10 tahun lalu…

    Masa lalu itu sangat tragis…nmn sy yakin ini cara Tuhan utk memberikan cobaan yang akan indah pada waktunya…

    Setelah 10 mudah2an Kep.Nias, .semakin kuat, maju dan taat kepada Tuhan…

    Saya yakin peringqtan 10 tahun ini menjadi momentum kebangkitqn Kep. Nias untuk masa depan yang lebih baik…

    Ya’ahowu,
    Shalom…
    Restu Jaya Duha

Leave a Reply

*

Translate »