Jokowi Batal Datang ke Bawomataluo, Warga Nias Selatan Sangat Kecewa

NIASSATU, NIAS SELATAN – Warga Desa Bawömataluo sangat kecewa karena setelah menunggu berjam-jam dan melakukan berbagai persiapan menyambut kedatangan Presiden Jokowi, mereka harus gigit jari. Pasalnya, Presiden Jokowi batal datang.

Kepada Nias Satu, Pjs. Kepala Desa Bawömataluo Dasa Manaö menjelaskan, awalnya dia mendapat informasi dan instruksi secara mendadak untuk melakukan persiapan karena Presiden Jokowi akan berkunjung ke desa Cagar Budaya Nasional tersebut.

“Awalnya saya mendapat infomasi dari Bidang Pariwisata. Lalu, dari Kadis Kelautan. Disusul lagi pesan dari Asisten III berdasarkan petunjuk dari Setda Nias Selatan. Kemudian dari Koordinator Monasduk Duha. Semua mengatakan info A1. Selain itu, saya juga berbicara langsung dengan Bupati Nias Selatan yang menanyakan bagaimana kesiapan kita. Dan saya katakan, kita sudah siap,” ujar dia, Jum’at (19/8/2016).

Dasa menjelaskan, usai mendapat instruksi untuk melakukan persiapan itu, dia pun dengn segera mengerahkan seluruh masyarakat desa untuk melakukan semua persiapan. Dia menuturkan, mulai dari anak-anak sampai orangtua semua turun tangan karena semua begitu antusias mau menyambut Kepala Negara tersebut. Juga karena itu momen langka.

Tak hanya merapikan desa, anak-anak sekolah juga langsung bersiap dengan seragam mereka. Kemudian, tim tari perang dan lompat batu juga sudah bersiap dengan seluruh kostum dan perlengkapan mereka. Parkir kendaraan juga langsung dibereskan ramai-ramai.

Dia menjelaskan, kekecewaaan itu tak hanya dirasakan warga Desa Bawomataluo tetapi banyak warga Nias Selatan yang sudah terlanjur memenuhi Desa Bawömataluo.

“Warga kita sangat kecewa. Tapi sebenarnya bukan warga desa saja yang kecewa, tetapi warga Nias Selatan. Sebab, persiapan itu tak cuma di Bawomataluo, tetapi juga di Kota Teluk Dalam. Bahkan semua SKPD diarahkan menuju ke Bawömataluo. Warga dari berbagai desa dan kecamatan di Nias Selatan pun sudah ramai-ramai datang ke Bawömataluo. Mereka semua kecewa,” papar dia.

Ungkapan kekecewaan itu juga bertebaran di media sosial. Ada yang mempertanyakan kevalidan informasi awal mengenai rencana Presiden Jokowi ke Nias Selatan. Namun, ada juga yang berharap, pada momen lain, Presiden Jokowi bisa datang ke Nias Selatan dan Desa Bawömataluo.

“Nias Selatan Jauh”

Merespons batalnya kedatangan Presiden Jokowi tersebut, para tetua adat Desa Bawömataluo menggelar rapat adat (orahu). Intinya, mereka ingin mempertanyakan kepada pemerintah daerah mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Orahua itu juga dihadiri oleh Asistem III dan Camat Fanayama.

Dasa juga membenarkan adanya Orahua tersebut. Sebab, masyarakat kuatir mereka diberikan informasi yang salah, termasuk informasi yang beredar mengenai adnya pihak lain yang berusaha menggagalkan kunjungan bersejarah tersebut.

Dari beberapa informasi yang dihimpun Nias Satu, hasil rapat itu memutuskan perwakilan warga desa akan meminta penjelasan Bupati Nias Selatan Hilarius Duha terkait masalah itu. 

“Pernyataan salah satu bupati bahwa “jarak ke Nias Selatan itu jauh sekali” menjadi pertimbangan bagi tim kepresidenan sehingga Presiden tidak jadi ke sana. Padahal, Presiden sudah bilang akan ke sana ketika tiba di Bandara Binaka,” ujar salah satu yang mengetahui informasi ini namun tidak mau disebutkan namanya.

Dia mengungkapkan, akibat sikap bupati daerah lain tersebut, sejumlah pejabat tinggi Pemda Nias Selatan kesal dan kecewa. Sebab, pernyataan salah satu bupati tersebut dinilai mendahului keputusan Presiden sendiri dan timnya apakah mau ke Bawömataluo atau tidak.

Selain itu, dalam Orahua tersebut sempat ada usul agar pelaksanaan Pesta Yaahowu bulan depan diboikot saja sebagai bentuk protes. Namun, setelah dipertimbangkan, usulan boikot itu kemudian ditolak.

Ketika dikonfirmasi, Ketua DPRD Nias Selatan Sidi Adil Harita membenarkan informasi keinginan Presiden untuk berkunjung ke Nias Selatan tersebut. Dia mengatakan, dia sendiri menerima informasi itu langsung dari Bupati Hilarius Duha usai menyambut Presiden Jokowi di Bandara Binaka.

“Jadi, Bupati Nias Selatan menyampaikan dan mengajak Presiden Jokowi ke Nias Selatan. Presiden langsung memberikan persetujuannya untuk ke sana. Itu dinyatakan di depan para kepala daerah saat penyambutan. Maka, setelah itu, Bupati berkoordinasi dengan Wakil Bupati dan pejabat terkait, termasuk memberitahukan kepada saya. Tetapi, kemudian, di Pendopo, salah satu bupati lain memberikan informasi kepada Presiden dan timnya bahwa jarak Nias Selatan itu jauh sekali. Itu memang sangat mengejutkan kita. Pernyataan itu memang sangat mengecewakan. Mestinya, biarkan Presiden dan timnya memutuskan sendiri. Mereka punya mekanisme sendiri mengatur perjalanan presiden,” ujar Sidi Adil.

Redaksi Nias Satu masih berusaha meminta konfirmasi Bupati Hilarius atas kronologis batalnya kunjungan Presiden tersebut. Namun sampai berita ini ditayangkan belum mendapat respons.

Sedangkan Bupati Nias Sökhiatulö Laoli yang menyampaikan sambutan mewakili seluruh kepala daerah se-Kepulauan Nias pada acara itu membantah mengatakan mengenai jarak ke Nias Selatan yang jauh dalam sambutannya.

“Tidak ada di sambutan saya tentang jarak ke Nias Selatan. Itu mengada-ada ya. Itu kita gak maju-maju kalau begitu,” ujar dia melalui pesan singkat saat dikonfimasi. 

Untuk diketahui, bila saja Presiden Jokowi jadi ke Bawömataluo, maka akan menjadi pejabat tertinggi pertama yang pernah ke desa itu. Beberapa dekade lalu, dua Wakil Presiden, saat masih menjabat, pernah ke desa itu. Yaitu, Sultan Hamengkubuwono IX dan Adam Malik.

Tanpa Tari Perang dan Lompat Batu

Selain menyayangkan tidak adanya pengaturan supaya Presiden Jokowi berkunjung ke Nias Selatan, sejumlah warga Nias juga menyayangkan tidak adanya pertunjukan tari perang dan atraksi lompat batu yang merupakan kekayaan budaya andalan Pulau Nias di sektor pariwisata pada saat penyambutan.

Menurut dia, kalau pun Presiden Jokowi tidak bisa ke Bawömataluo karena keterbatasan waktu, setidaknya, para kepala daerah mestinya mengusulkan atau mengkondisikan agar acara penyambutan disertai dengan atraksi Tari Perang dan Lompat Batu dari Nias Selatan.

“Waupun nggak ke sana kan bisa diacarakan di Gunungsitoli, termasuk war dance (tari perang) nya,” ujar pemerhati Nias, Sabar Zendratö, salah satu warga Nias dari Kota Gunungsitoli.

Dia mengatakan, para kepala daerah tampaknya melewatkan momen yang sangat langka dan strategis untuk mempromosikan pariwisata Nias yang digaung-gaungkan selama ini.

“Padahal itu ikon dan daya tarik utama turisme ke Pulau Nias. Tapi, kok malah tidak ditampilkan. Kehadiran Presiden Jokowi di sana ketika menyaksikan atraksi itu bisa menjadi sarana promosi pariwisata yang luar biasa besar dampaknya. Sayang sekali momen itu dilewatkan begitu saja,” jelas dia.

Informasi yang diperoleh redaksi Nias Satu, sebelumnya atraksi itu sudah diusulkan untuk ditampilkan. Namun, semua keputusan berada di tangan tim kepresidenan yang menangani protokoler kegiatan Presiden Jokowi. (ns1)

 

About the Author
  1. philip giawa Reply

    “jauh”, relatif. 3 jam pergi dengan mobil 3 jam pulang. 1 jam pertemuan , makan malam dan sholat dan lain-lain kira 1 jam. total 8 jam. jika berangkat dari Gusit pukul 15.00 baru bisa kembali ke gusit sekitar pukul 12 tengah malam. ???

    Informasi awal tidak cukup jelas. Ini sebuah pelajaran. Lain kali pemberi informasi harus memberi kepastian. Pantas saja kalau kita kecewa semua. Siapa tidak bangga jika pak presiden suatu saat kelak menginjakkan kaki di Bawomataluo kita yang termashur. Kita doakan beliau tetap sehat.

Leave a Reply

*

Translate »