Waspada Wau, Budayawan Nias Selatan Berpulang

Waspada Wau | FB. Dok. Pribadi

Waspada Wau | FB. Dok. Pribadi

NIASSATU, JAKARTA – Masyarakat Nias, khususnya Nias Selatan kembali kehilangan salah satu tokoh dan budayawannya. Pada Selasa, 15 Maret 2017, Waspada Wau menghadap sang Pencipta setelah bergulat dengan penyakit yang dideritanya beberapa bulan terakhir dan sempat dirawat di RS Karya Medika I, Cikarang, Bekasi.

Pria yang juga akrab dipanggil Ama Sermin tersebut meninggalkan seorang istri, Rosalia Duha dan Chermian Eforis Wau yang saat ini menjadi dosen di Universitas Multimedia Nusantara (UMN).

Saat ini jenazah disemayamkan di rumah keluarga di Perumahan Pondok Hijau, Bekasi Timur, Bekasi.

Almarhum Waspada lahir di Nias pada 14 Januari 1956. Pria yang juga sangat menekuni bidang budaya dan sejarah Nias, khususnya Nias Selatan tersebut sempat bekerja dalam waktu yang cukup lama di PT Unilever di Jakarta. Juga pernah bekerja di PT Mawatindo Construction, Era Express  dan sebagai Direktur di PT Trimegah Harazaki.

Pada masa rekonstruksi dan rehabilitasi Pulau Nias pascagempa pada Maret 2005, almarhum Waspada juga terlibat di sana dengan menjadi bagian dari Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Nias. Juga sempat terlibat pada beberapa program ILO di Pulau Nias.

Almarhum Waspada menempuh pendidikan dasar di SDN Bawömataluo, lalu melanjut di SMP BNKP Teluk Dalam. Kemudian, menempuh pendidikan selama dua tahun di SMA BNKP Gunungsitoli dan kemudian menyelesaikannya di SMA PSKD 1, Jakarta. Beliau sempat kuliah di Fakultas Teknik Sipil Universitas Kristen Indonesia (UKI) namun tidak sampai selesai.

Ketika masih hidup, kepada redaksi Nias Satu, almarhum Waspada pernah menuturkan bahwa dia pertama sekali tiba di Jakarta menumpang kapal pesiar MS Prisendam pada 1973 yang melayari Pulau Nias, khususnya Teluk Dalam sebagai tindaklanjut dari kunjungan mantan Wakil Presiden Hamengkubuwono IX ke Desa Bawömataluo pada tahun 1972.

Selain dia, almarhum Dr. Hekinus Manaö yang juga sepupunya, menjadi salah satu yang pernah diizinkan menumpang kapal khusus turis tersebut menuju Jakarta. Dua lainnya adalah almarhum Awani Wau dan istri, yang keduanya adalah orangtua almarhum Waspada. Almarhum Awani adalah mantan Kepala Desa Bawömataluo yang terkenal, yang rumahnya persis di sebelah kiri rumah adat (Omo Sebua) di Bawömataluo.

Cinta Budaya dan sejarah

Pria yang juga ipar dari Bupati Nias Selatan Hilarius Duha tersebut banyak dikenal dalam kegiatan-kegiatan promosi dan pelestarian budaya dan sejarah Nias. Meski tinggal di luar Pulau Nias, namun tak terhitung kegiatan dimana dia memfasilitasi penampilan para pemuda Nias di berbagai acara untuk membawakan atraksi budaya Nias.

Beberapa tahun terakhir, almarhum Waspada juga membentuk Sanggar FETUA yang mewadahi para pemuda/i Nias yang sedang kuliah di berbagai kampus di Jakarta dan sekitarnya, khususnya dari Nias Selatan untuk dilatih atraksi budaya Nias Selatan. Melalui wadah tersebut, mereka sering mengisi acara budaya dengan menampilkan tari perang, fogaele hingga atraksi lompat batu. Baik di acara komunitas masyarakat Nias di Jabodetabek maupun undangan pihak swasta maupun pemerintah.

Kiri-Kanan: Yori Antar, Prof. Yasufumi Uekita, Ph. D, Waspada Wau, Surya Helmi, Dr. T. Yoyok Wahyu Subroto, Etis Nehe dan Bpk Yusuf dan Ibu Yuni. (Foto: TYWS) | Niasonline.net

Kiri-Kanan: Yori Antar, Prof. Yasufumi Uekita, Ph. D, Waspada Wau, Surya Helmi, Dr. T. Yoyok Wahyu Subroto, Etis Nehe dan Bpk Yusuf dan Ibu Yuni. (Foto: TYWS) | Niasonline.net

Almarhum juga aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial politik yang terkait Kepulauan Nias. Di antaranya, terlibat dalam penyiapan dan pengajuan pemekaran Kabupaten Nias Selatan bersama tokoh-tokoh masyarakat dan masyarakat Nias Selatan di Jabodetabek yang tergabung dalam P3KN.

Sebelum berpulang, beliau juga terus memberikan perhatian mengenai pemberdayaan masyarakat dan pelestarian budaya Nias Selatan, khususnya Desa Bawomataluo yang saat ini menunggu SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menjadi Cagar Budaya Nasional. Sebuah tahapan yang harus dipenuhi guna memuluskan upaya menjadikan desa itu menjadi Warisan Dunia (World Heritage) di Unesco.

Pada 2011 lalu, almarhum Waspada bersama Etis Nehe (Pemred NiasSatu.Com) mewakili masyarakat Bawömataluo mendampingi Tim Ahli Jepang – UGM saat bertemu dengan perwakilan Kemendikbud terkait kegiatan riset oleh tim ahli kedua negara tersebut untuk mempersiapkan salah satu bahan untuk pengajuan desa itu ke Unesco sebagai warisan dunia. (Baca: Kemdikbud Tegaskan Dukungan Bagi Desa Bawömataluo Jadi Warisan Dunia

Dua kegiatan kebudayaan penting yang dipimpinnya adalah atraksi pada Gelar Budaya Rakyat di kawasan Monas pada Minggu, 2 November 2014 atau tidak lama setelah Jokowi-JK dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Baca: Atraksi Budaya Nias Pukau Pengunjung Gelar Budaya Rakyat di Monas

Kemudian, pada 2016, memimpin atraksi budaya Nias di acara Pentas Seni Budaya Nias yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Nias (IMN) di Universitas Parahyangan, Bandung pada 8 dan 10 April 2016. (Lihat: Pentas Seni Budaya Nias 2016 by Ikatan Mahasiswa Nias (IMN) UNPAR

Bahkan, sebelum berpulang, sebenarnya almarhum Waspada dan tim sedang menyiapkan sebuah agenda atraksi budaya atas permintaan Sinar Mas Group yang dijadwalkan berlangsung pada bulan ini.

Selamat jalan, Om Ama Sermin.

About the Author

Leave a Reply

*

Translate »