Mantan Nakhoda Kapal Agape Ini Hadiri Pembukaan Sidang Sinode BKPN ke-7
NIASSATU, NIAS SELATAN – Persidangan Majelis Sinode BKPN ke-7 yang dibuka pada hari ini juga diramaikan oleh tamu tak biasa. Diundang sebagai peninjau, turut hadir seorang warga Jerman yang sejatinya sudah seperti orang Nias karena keterikatan sejarah dan kecintaan untuk melayani Nias. Dia adalah Rolf W. Christian Petersen.
Sekretaris Jenderal BKPN Pdt. Alvius Wau, S.Th., Rofl Peterson diundang sebagai Peninjau. Kebetulan, Peterson sedang berada di Nari-Nari, di sebuah fasilitas pelatihan para tenaga pelayan gereja.
“Kehadiran Pak Rolf Peterson sebagai peninjau. Kebetulan beliau sedang di Nias Selatan dalam hal ini di Nari-nari untuk pembentukan Yayasan Maranatha Nari-nari karena beliau juga ahli waris Nari-nari tersebut,” jelas Pdt. Alvius kepada Nias Satu, Kamis (14/5/2015).
Dia juga menjelaskan, sebelumnya Rofl Peterson juga sudah menjadi mitra pelayanan BKPN dengan suatu misi, yakni agar BKPN dan BNKP dapat bersatu dalam mengelola yayasan Maranatha Nari-Nari kelak kalau sudah terbentuk.
Kapal Agape
Pria berusia 77 tahun itu bukanlah orang biasa dalam sejarah Nias, secara khusus sejarah gereja di Pulau Nias. Pria sarjana teknik inilah yang membawa kapal Agape dari Jerman ke Pulau Nias pada 1965. Kapal itu didonasikan oleh Präses Gereja Protestan di Rheinland, Jerman, D. Dr. J. Beckmann untuk BNKP dalam rangka 100 tahun Injil masuk ke Nias.
Kapal yang terkenal di seluruh pulau Nias pada masa itu, bahkan hingga kini tersebut kemudian disumbangkan kepada Sinode Banua Niha Keriso Protestan (BNKP), organisasi tunggal gereja protestan di Pulau Nias kala itu. Kapal itu menjadi andalan utama pada masa itu untuk transportasi antar wilayah di Pulau Nias yang kala itu belum memiliki jalan raya seperti saat ini. Bahkan, juga melayani transportasi ke luar Pulau Nias, bahkan hingga ke Jakarta.
Tak cuma membawa kapal kecil dengan teknologi mutakhir pada erahnya itu melintasi benua Eropa hingga Asia, Rofl Peterson juga mendarmabaktikan dirinya bagi Nias. Yakni, dengan mengajarkan keahlian teknik mesin dan bangunan kepada warga Nias melalui Pusat Latihan Kejuruan Teknik (PLKT) di Tohia, Gunungsitoli, yang didirikan pada 1966.
Dia sempat tinggal di Pulau Nias selama 12 tahun sehingga mahir berbahasa Nias hingga kini. Di usianya yang sudah 77 tahun, dia masih sangat enerjik dan bersemangat untuk Nias. Bahkan, pada tahun lalu, ketika pelaksanaan Sidang Raya PGI di Pulau Nias, Rofl Peterson bahkan datang tak sendirian. Dia membawa serta anak dan cucu-cucunya. Demi alasan nostalgia, dari Medan, mereka menggunakan transportasi darat menuju Sibolga. Dan dari Sibolga menggunakan kapal ferry menuju Gunungsitoli.
Redaksi Nias Satu telah membuat janji wawancara khusus dengan pria luar biasa ini. Bila tidak ada perubahan, hasil wawancara akan disajikan secepatnya di situs ini dalam kolom Profil. (ns4/ns1)