NIAS DIAMBANG GELAP GULITA LAGI
Mulai Juni, APR Energi Pastikan Stop Operasi Pembangkit Listrik di Nias
NIASSATU, JAKARTA – APR Energy yang selama ini mengoperasikan dua mesin pembangkit listrik di Pulau Nias memastikan akan menutup seluruh operasinya dan tidak akan menyalakan lagi mesinnya.
Penyebabnya adalah kekecewaan APR Energy pada PLN yang tidak kunjung membereskan kewajibannya.
“Kami menyesal bahwa APR Energy, dan rakyat Nias, dihadapkan pada situasi ini untuk kedua kalinya tahun ini karena kegagalan PLN untuk menghormati kewajibannya berdasarkan kontrak dengan perusahaan kami,” ujar CEO APR Energy John Campion dalam siaran pers yang diterima Nias Satu, Selasa (17/5/2016).
Campion menjelaskan, sejak 2013, pihaknya telah memasok sebagian besar listrik untuk Nias dan mempekerjakan penduduk lokal di pembangkit APR. Karena itu, pihaknya berharap dibayar penuh atas layanan yang diberikan dan listrik yang dihasilkan.
Pihaknya menghentikan operasi dan memindahkan personel pada 31 Maret 2016 ketika kontrak berarkhir. Pada saat itu, kata dia, PLN berutang kepada APR Energy sekitar $2,04 juta (Rp27,5 miliar). Pada 12 April 2016, listrik kembali menyala setelah PLN membayar sebagian dari utangnya. Sementara sisanya akan dibayarkan pada 27 Mei 2016 setelah adanya tinjauan independen atas kontrak tersebut.
Namun, dia menilai PLN tidak menghormati kontrak kedua belah pihak sehingga terpaksa memutuskan tidak lagi melanjutkan operasinya di Pulau Nias.
“Oleh karena penolakan PLN untuk menghormati kontraknya dengan kami, kami tidak dapat lagi meneruskan beroperasi di Nias setelah pada akhir Mei,” kata Campion.
Dia mengatakan, karena simpati pada rakyat Nias yang terkena dampak keputusan mereka sebelumnya untuk hengkang dari Nias, pihaknya telah menawarkan kepada PLN untuk membeli mesin-mesin pembangkit mereka dan peralatannya. Namun, sampai saat ini belum ditanggapi oleh PLN.
“Namun, kami bersimpati pada rakyat Nias yang akan terkena dampak keputusan kami untuk pergi dari sana, dan kami telah menawarkan untuk menjual pembangkit listrik itu beserta peralatan terkaitnya kepada PLN untuk memastikan bahwa Nias memiliki listrik yang dibutuhkannya. Sampai hari ini, PLN belum menanggapi tawaran APR Energy,” kata dia.
Bahkan, lebih dari itu, jelas dia, PLN masih menunggak utang sebesar $950.000 (Rp10,5 miliar) dari operasi sebelumnya, dan belum membayar apapun untuk listrik yang dihasilkan oleh APR sejak pembangkit dihidupkan lagi pada 12 April 2016 lalu.
“Kami menyesali dampak penutupan pembangkit listrik kami sekali lagi terhadap penduduk dan bisnis di Nias. Sayangnya, walau sementara PLN meminta bayaran dari para pelanggannya untuk listrik, mereka tidak membayar utangnya terhadap pemasoknya sebagaimana disepakati dalam kontrak. Kami mendorong penduduk Nias untuk langsung menghubungi PLN untuk meminta perusahaan utilitas itu untuk membayar tagihan listriknya yang sudah lama jatuh tempo,” tandas dia. (ns1)
Sudah saatnya pln menambah pembangkit sehingga tidak terlalu tergantung dengan pihak swasta.
Mulau Bulan Juni, APR tidak akan beroperasi. Pulau Nias akan gelap gulita. MARI SATUKAN TEKAD MELAKUKAN UPAYA KE PEMERINTAH PUSAT AGAR HAL INI TIDAK TERJADI DAN AGAR TIDAK KORBAN YANG JATUH KARENA DEMO PLN. Mohon kepada Bapak-Bapak Kepala Bupati dan Walikota, DRRD, DPR Provinsi Dapem Nias, DPR RI Dapem Nias, agar tidak menunggu dan bergerak cepat. Lebih baik mencegah dari pada mengobati.