Tengku Erry: Asal Ego Sektoral Dihilangkan, Nias Bisa Lebih Hebat dari Seychelles
Tengku Erry menceritakan pengalamannya ketika masih menjadi Bupati Serdang Bedagai dan pernah ke Seychelles difasilitasi oleh Nico Barito. Tengku Erry mengaku kaget karena ternyata negara dengan penduduk asli dari Afrika tersebut bahkan hampir tak terlihat di peta. Ketika tiba di bandara, dia mengaku kaget karena bandaranya tidak lebih baik dari Bandara Binaka saat ini.
“Bandara Seychelles di Mali Island itu tidak lebih baik dari Bandara Binaka. Cuma, landasannya lebih panjang. Ruang VIP-nya juga tidak lebih baik dari VIP bandara Polonia zaman dulu. Tapi yang mengejutkan, pesawat yang datang ke sana, rata-rata pesawat berbadan lebar yang membawa turis dari Barat dan Arab. Turis-turis berduit. Saya heran sekali,” jelas dia.
Dia menjelaskan, penduduk negara kepulauan itu juga hanya sekitar 90 ribu. Namun, jumlah turis yang ke sana mencapai 5 kali lipat jumlah penduduknya. Di negara itu, juga bertebaran hotel berbintang berkelas internasional.
“Bahkan Pangeran William dari Inggris saja bulan madunya ke sana,” tambah dia.
Tengku Erry mengatakan, saat ini Nias memiliki momentum untuk maju. Setidaknya, kata dia, dengan kehadiran putra Nias di kabinet saat ini, Yasonna H. Laoly.
“Jadi inilah momentum bagi Nias untuk bangkit. Karena pertama dalam sejarah ada putra Nias di kabinet. Meski dia Menkumham, dia kan kawan semua menteri. Jadi, bisa membantu akses ke menteri-menteri lainnya kalau ada kebutuhan Nias,” kata dia.
Dia mengatakan, saat ini kebutuhan Nias yang sangat penting untuk maju adalah pembangunan infrastruktur dan kesalingterhubungan (interconnectivity).
“Infrastruktur dan interconnectivity sangat perlu untuk Nias. Saya sudah minta ke Pak Yasonna agar bicara ke Menteri PU dan Menteri Perhubungan agar jalan-jalan di Nias ini terhubung semua. Bahkan kalau memungkinkan bangun kereta api juga di sana. Kalau daerahnya berbukit-bukit, minimal di keliling pantai. itu pasti akan sangat maju,” tutur dia.
Dia mengatakan, kehadiran Nico Barito yang memiliki jaringan internasional akan sangat membantu bagi Nias. Namun, harus dibarengi dengan kerja keras para kepala daerah untuk mewujudkannya.
“Pak nico hanya memperkenalkan kepada newtoerking-nya. Tapi kalau kita tidak melaukan apa-apa, yang diharapkan tadi cuma mimpi. Jadi ini sekarang momentumnya. Jadi tolong agar ego sektoralnya dibelakangkan. Kalau ingin bangun pelabuhan, jangan yang lain juga bangun pelabuhan. Kalau yang satu bangun bandara, yang lain juga bangun bandara. Kecuali kalau jaraknya jauh seperti di Nias Selatan, itu wajar kalau bangun bandara di sana,” ucap dia.
Dia mengingatkan, agar lima kepala daerah di Kepulauan Nias bekerja sama. Dia mencontohkan, jangan seperti terjadi terkait pengajuan Danau Toba sebagai kawasan geopark nasional.
“Sebagai contoh saja kita mau jadikan Danau Toba sebagai geopark nasional. Tapi gak pernah ngumpul itu 7 kabupaten lain di sekitar danau toba. Bahkan Kementerian Pariwisata bikin Festival Dana Toba, tapi kabupaten lain karena tidak jadi tuan rumah, bikin Pesta Danau Toba pula. Padahal bersatu itu prasyarat untuk maju. Demikian juga di Nias harus bersatu,” tandas dia.
Dia juga mengharapakna, agar tata ruang wilayah-wilayah di Nias juga di-Perda-kan. Bahkan, kalau perlu, tambah dia, seperti Danau Toba, Nias diperjuangkan agar mendapat persetuuan khusus Presiden melalui penerbitan Peraturan Persiden (Perpres).
“Dengan payung hukum yang jelas apalagi Perpres, maka siapa pun kepala daerah, mau tidak mau harus ikut itu. Dan itu akan berdampak luar biasa bagi kepariwisataan Nias,” tutup dia. (ns1)