LAGU NIAS
Amada Talu dan Krisis Masa Depan
Oleh Etis Nehe*
Amada Talu
Cipt. Fantos waruwu
Voc. Fantos waruwu
Symphoni group
No ragu ragu namada talu
Ba wo angeraigö ösi dalu
Monönö wökhö högö ba nola kabu
Fefu gokhötara no ifakuyu
Modesao wogikhinia ba zino saukhu
Tolea-lea mae sigöna fokhö manu
Agalio makambawa wondrali tezu
Ba awai halöwönia famabu-mabu
(Aröu akhinia manö nama la’izu)
Reff.:
He dalu hana wa no tefuyu
Lö ö angeraigö ndraono si no dafitu
Aetu dalu zikola no tagatu
Awuwu lo a’özu
He dalu hana wa no tefuyu
öwalinga manö niha talimbo ndru’u
Ha börö khöu ba wameta meta’u
Lo awöu sifahuwu
**
Hiza meno atua namada talu
Adogo-dogo garogo okafu-kafu
Hatö sara elefu hanu-hanu
Monönö me no göna fökhö hulu.
*****
Pernah bertemu dengan orang-orang yang ceritanya melulu mengenai keluhan akan tidak kunjung berubahnya situasi kehidupannya? Saya sering sekali. Bahkan kadang-kadang itu adalah diri saya sendiri. Dan, bisa juga adalah Anda sendiri. Patah arang menjalani hidup. Tak kuat menghadapi tantangan, bahkan dengan tingkat kesulitan level permulaan sekalipun.
Ada banyak alasan untuk putus asa. Tapi juga tersedia lebih banyak alternatif solusi untuk menjadi pemenang melawan kesulitan. Namun, banyak yang tak mengetahui, menemukan dan menggunakan setiap solusi itu. Bahkan meski solusi itu ada di sekitar mereka, di dalam diri mereka sendiri. Mata dan pikiran mereka seperti diselubungi kabut sehingga meski melihat ada titik terang di ujung lorong, tak bisa berbuat banyak untuk keluar dari kegelapan.
Kenapa bisa begitu? Dari sekian banyak penyebab, salah satunya adalah masalah kebiasan buruk. Ya, kebiasaan hidup yang buruk adalah produksi bersama antara kebodohan, kepicikan, dan kekacauan cara pandang terhadap diri sendiri dan kehidupan. Lalu, mewujud dalam tingkah laku yang buruk. Dan bila dilakukan berulang (dan pasti berulang selama ‘mesin hidup’nya masih sama) maka akan membentuk sebuah kebiasaan buruk.
Kebiasaan buruk, betapa pun bisa disembunyikan (dirasionalisasi) sebagai urusan pribadi, akan berefek pada relasi, respek dan respons orang lain kepada Anda.
Ada banyak orang yang sedang dalam kesulitan tapi sulit ditolong. Pertolongan selalu menghindar dari mereka. Calon penolong mereka memilih balik kanan dan mencari orang lain yang siap untuk ditolong.
Orang-orang sulit seperti ini, terhimpit, dan kemudian dimangsa oleh kebiasaan-kebiasaan mereka yang bertolak belakang dengan keadaan mereka. Membuat mereka selalu masuk dalam kategori tak perlu ditolong meski sebenarnya sangat perlu pertolongan.
Orang-orang seperti ini akan terus mengeluhkan keadaan. Berharap pada hal-hal baik dan besar untuk dirinya dan anak-anaknya. Tapi pada saat yang sama orang-orang ini, dengan kebiasaan buruknya menghabiskan sumber dayanya dan penghasilannya yang sedikit itu secara sia-sia.
Anda akan menemukan orang-orang ini mengeluhkan mengenai uang sekolah anak namun memiliki banyak uang untuk membeli rokok dan toto gelap (togel). Mengeluhkan mengenai makanan yang tak layak, beli beras, pakaian layak untuk anak-anak dan dirinya namun memiliki cukup uang untuk membeli tuak atau minuman keras.
Mengeluhkan terbatasnya penghasilan namun saat yang sama orang-orang seperti ini bisa menghabiskan waktunya hanya untuk fakese (ngerumpi) dan bermain judi sampai sepenuh hari, hingga subuh.
Orang-orang ini mengharapkan pertolongan orang lain untuk menolong kondisi ekonomi mereka. Sementara mereka tidak menunjukkan itikad baik untuk bekerja keras dan menggunakan penghasilan mereka secara arif.
Akhirnya orang-orang seperti ini terjebak dalam lingkaran setan kesulitan dan kemiskinan. Tak cuma dia, orang di sekitarnya juga menjadi korban kebiasaan hidupnya yang buruk.
Lagu ciptaan Fantos Waruwu yang dikemas dalam lirik puitis yang jenaka di atas sangat menolong untuk memahami dengan sederhana betapa kesulitan-kesulitan yang kerap terjadi itu sebenarnya hasil kreasi kita sendiri.
Aransemen musiknya yang atraktif dipadu dengan gaya penyanyinya yang sedikit kocak, tak pelak memberikan sentilan menohok namun dalam cara yang menggelikan. Membuat pendengarnya melihat dan menertawai diri sendiri.
Lagu dalam bahasa Nias tersebut memang mengambil konteks kehidupan di Pulau Nias. Tak sulit menemukan orang-orang seperti dalam lagu ini di sana. Lagu itu membuka setidaknya satu selubung untuk memahami kenapa sebagian keadaan di sana sulit berubah. (ns1)
* Penulis adalah pemerhati budaya dan penikmat lagu-lagu Nias. Tinggal di Jakarta.
Artikelnya bagus dan bermanfaat..thanks
recording