Bantu Angkat Perekonomian Masyarakat, Harimbale Miga Digelar Akhir Pekan Ini

Poster Harimbale Miga | Tim HAGA

Poster Harimbale Miga | Tim HAGA

NIASSATU, GUNUNGSITOLI – Sekelompok warga Nias yang peduli pada pelestarian kearifan lokal masyarakat Nias sekaligus mengangkat kehidupan para pelaku usaha mikro, kecil dan mengengah (UMKM) di Pulau Nias akan menggelar acara khusus yang diberi nama Harimbale Miga pada Sabtu, 10 September 2016.

Dalam bahasa Nias, harimbale berarti pasar atau pekan. Sedangkan Miga merupakan nama wilayah tempat pelaksanaan acara, yakni Miga Beach Hotel di wilayah Kota Gunungsitoli.

Kepada Nias Satu, Project Director Harimbale Miga Reni Cahya Mutiasari menjelaskan, ide pelaksanaan Harimbale Miga (HAGA) ini berasal dari pengusaha di bidang pariwisata Agus Hardian Mendröfa.

“Ide awalnya dari beliau, ingin mengangkat Harimbale, sebuah kearifan lokal yang harus dipertahankan dan dikemas dalam bentuk pasar kreatif sehingga menarik pengunjung lokal dan menjadi referensi untuk pengembangan harimbale di kampung-kampung,” ujar dia, Selasa (6/9/2016) malam.

Dalam kegiatan itu, kata dia, banyak yang terlibat secara sukarela. Sebanyak 50 orang yang tergabung dalam apa yang disebutnya Tim HAGA tersebut merupakan anak-anak remaja, dengan harapan mereka nanti bisa melanjutkan visi dan misi harimbale di masa mendatang.

Mereka yang terlibat dalam acara tersebut di antaranya, tim Harimbale Miga, Forum Anak Kota Gunungsitoli, Forum Anak Nias, Komunitas Pengembara, Duta Wisata dan Rumah Kita. komunitas pengembara, duta wisata, rumah kita. Juga ada Brian Laso Harefa sebagai arranger Harimbale Miga dan Ari Mendröfa sebagai Creative Director.

Dia mengatakan, sebelum difinalkan, pihaknya melakukan riset dengan mengunjungi berbagai harimbale di Pulau Nias dan beberapa pasar kreatif di Pulau Jawa.

“Bedanya (dengan harimbale biasa, red), HAGA ditampilkan dengan cara yang menarik. Kami melakukan riset beberapa kali dengan mengunjingi beberapa harimbale di nias kemudian riset juga di benerapa pasar kreatif di Jawa. Setelah itu konsep HAGA difinalkan,” jelas dia.

Dia mengatakan, kegiatan Harimbale Miga ini akan berlangsung secara berkala setiap bulan. Untuk aksi perdana, pihaknya memfokuskan pada pelibatan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Pertimbangannya, selama ini pelaku UMKM dinilai belum mendapat perhatian khusus untuk berkembang, selain masih jarangnya wadah untuk menampilkan produk mereka.

“Jadi tim HAGA berusaha membantu mereka agar berani tampil. Untuk yang pertama besok sasaran utama HAGA adalah memperkenalkan UMKM sebagai ujung tombak perekonomian masyarakat. Selama ini pelaku UMKM di Nias ternyata banyak sekali yang belum diketahui masyarakat bahwa ternyata kita mampu dan tidak perlu bergantung dengan produk dari luar. Semoga setelah ini rasa percaya diri dan bermunculan pelaku-pelaku UMKM yang kreatif,” jelas dia.

Pertimbangan lainnya, kata dia, potensi terbesar Pulau Nias selain pariwisata adalah hasil buminya. Dia mencontohkan, produksi pisang dalam seminggu bisa mencapai puluhan ton yang dibawa keluar Pulau Nias melalui pelabuhan laut.

“Rata-rata pelaku UMKM mengandalkan hasil bumi Nias untuk menekan ongkos produksi. Mereka bisa bertahan dan berkembang di tengah carut marut perekonomian Nias yang tidak stabil,” papar dia.

Pada Harimbale Miga perdana ini, jenis produk yang akan ditampilkan mayoritas produk makanan (kuliner). Sejumlah masakan khas Nias yang jarang sekali muncul dan bahannya berasal dari hasil bumi Pulau Nias akan ditampilkan. Tetapi, juga ada produk inovasi baru seperti es krim pulut, kripik dan martabak manis.

Juga ada penjualan hasil bumi organik, ikan, gurita, pupuk kandang dan tanaman hias, pinang, sirih, kelapa muda, babi, ikan, sayur mayor, alat-alat pertanian dan pupuk hingga pameran ayam hias sebagai pengganti sabung ayam. Lalu, ada juga produk kerajinan seperti kaos, tenunan, anyaman, dan hingga aramba.

Untuk memasuki area Harimbale Miga tersebut, warga tidak perlu membayar karcis. Renny juga memastikan harga-harga jualan di Harimbale tersebut sangat terjangkau.

“Soal harga makanan, sama sekali tidak mahal. Harga berkisar dari Rp 1.000 – 25.000. Untuk jualan seperti nasi gule, gae, babae, gowi ni tutu harganya di bawah Rp 10.000,” ujar dia.

Selain stan-stan UMKM, tambah dia, juga ada atraksi kesenian yang akan menghibur pengunjung secara gratis. Juga ada lomba foto dimana mereka yang memilii kamera, baik DSLR maupun kamera telpon genggam bisa mendaftar di lokasi.

“Hanya jangan kaget bila tidak menemukan kursi untuk pengunjung. Karena tim HAGA menyediakan tikar untuk piknik,” kata dia.

Digelar Setiap Bulan

Dia menuturkan, kegiatan Harimbale Miga akan dilaksanakan setiap bulan. Hingga pelaksanaan ketiga, akan tetap dilaksanakan di kawasan Hotel Miga.

“Selanjutnya diusahakan untuk pindah ke tempat lain. Siapa tahu nanti ada Harimbale Lahewa, dan seterusnya karena potensi UMKM kan bulan hanya di Gunungsitoli saja tetapi menyebar di daerah lain juga,” ucap dia.

Sampai saat ini, dari 50 stan yang disediakan, sudah terisi sebanyak 35 stan. Bila seluruh stan itu tidak terisi semua, juga tidak masalah karena ini merupakan pelaksanan perdana. Dia yakin, seiring waktu dan tim HAGA sudah lebih banyak pengalaman dalam mengelola, peserta akan terus bertambah pada kegiatan berikutnya. (ns1)

 

 

About the Author

Leave a Reply

*

Translate »