Yasonna: Kebiasaan Berpikir Negatif Kepala Daerah dan Masyarakat Harus Diubah

Menkumham Yasonna H. Laoly | Etis Nehe

Menkumham Yasonna H. Laoly | Etis Nehe

NIASSATU, JAKARTA – Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly mengingatkan agar masyarakat Nias disiapkan terkait berbagai agenda pengembangan kepariwisataan Nias yang saat ini sedang dirancang bersama Utusan Khusus Presiden Seychelles untuk Asean Nico Barito.

Yasonna mewanti-wanti, masalah utama yang saat ini sering membuat Nias sulit maju adalah pikiran tertutup dan cenderung negatif (negative thinking). Tak cuma di masyarakat, tapi juga di level pejabat daerah.

“Ini momentum awal yang tidak boleh disia-siakan. Apa yang dilakukan Pak Nico dan Wagub Tengku Erry yang memprakarsai pertemuan ini menjadi cambuk bagi kita. Kalau sampai sekelas PakWagub dan Pak Nico memperhatikan Nias dan kita tidak peduli, tidak berpikir juga tentang itu, maka kita berdosa,” ujar Yasonna saat menyampaikan sambutannya pada acara Nias International Development Strategic Partnerships di Sekretariat APKASI di Jakarta, Kamis (27/11/2014).

Acara tersebut dihadiri oleh para kepala daerah dan wakilnya beserta para pejabat daerah lainnya, kecuali Nias Selatan yang diwakili oleh Kadis Budpar Faböwösa Laia. Juga dihadiri mantan Wamen Parenkraf Sapta Nirwandar dan sejumlah investor dalam dan luar negeri.

Yasonna mengatakan, khusus di Nias, masalah ego sektoral dan eko kelompok itu masih memrihatinkan. Dia mencontohkan, dulu ada organisasi Kesatuan Mahasiswa Nias. Organisasi itu, kata dia, bukannya tambah besar, tetap malah tambah kecil. Saat ini justru bermunculan kelompok mahasiswa berdasarkan kecamatan. Menurut dia pola pikir eksklusif itu berbahaya bagi pembangunan yang harusnya bersifat inklusif.

“Jadi, kita harus lebih dahulu satukan kekompakan kita. Itu harus kita bereskan. Ini sangat penting. Jangan sampai nanti ada yang berpikir, itu kan di Telukdalam, bukan di daerah kami. Atau, itu kan di Nias Utara, harusnya di daerah kami. Jangan sampai seperti itu,” tegas dia.

Masyarakat juga harus disiapkan, kata dia. Sebab, penyakit negative thinking itu di masyarakat juga sangat kuat.

“Perlu sekali kita kembangkan positive thinking dalam merespons ide-ide besar yang masuk. Kadang-kadang selalu curiga. Ini parah. Saya sendiri mengalami itu. Saya berharap para bupati dan walikota, mari kita kompak dan yakinkan masyarakat kita bahwa ini terobosan besar buat pengembangan Nias ke depan,” jelas dia.

Selain menyiapkan pola pikirnya, masyarakat juga harus disiapkan dalam bentuk pelatihan bahkan sertifikasi kualifikasi pelayanan kepada turis. Yasonna merujuk pada pengalaman pelaksanaan lomba surfing internasional beberapa tahun lalu di Nias.

“Dulu mantan Gubernur almarhum Tengku Rizal Nurdin memprotes waktu kita bikin surfing di Nias. Soalnya, banyak masyarakat tidak siap dan tidak disiapkan. Akhirnya turis yang datang ditarik-tarik ke sana kemari. Masyarakat tidak disiapkan untuk menerima tamu. Karena itu, kita harus berpikiran terbuka (open mind),” papar dia.

Karena itu, ke depan, masyarakat juga harus disiapkan. Para penjual kalau perlu disertifikasi. Mereka harus didorong membantu agar upaya pemerintah tidak sia-sia. Jadi, kalau mau usaha lodge atau menjual apa saja, mereka dilatih dan disertifikasi.

Nico sendiri dalam paparannya menekankan bahwa pembangunan Nias melalui pengembangan pariwisata tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri, melainkan secara bersama-sama dengan mengangkat potensi dan keunikan tiap-tiap daerah di Nias. Dengan itu, setiap daerah akan saling melengkapi bahwa dalam ketersediaan fasilitas pendukung maupun manfaat dari kedatangan para turis.  

Kreatifitas dan Kemasan

Yasonna juga mengingatkan, almarhum Tengku Rizal Nurdin pernah bertekad untuk memajukan Nias menjadi destinasi wisata sekelas Maladewa. Dia mengatakan, setiap orang yang pernah dan melintasi Nias berpendapat sama, bahwa daerah itu memiliki potensi luar biasa.

Menurut Yasonna, selain potensi alam, Nias juga memiliki banyak potensi lainnya. Seperti kebudayaan, alam, wisata air, wisata bahari, scuba diving, sunset, agrowisata, surfing yang harus dikemas kreatif agar bernilai jual dan menarik wisatawan datang ke Nias.

“Jadi perlu kreatifitas. Paket wisata itu tidak cukup satu, tapi harus ada yang lainnya. Kalau cuma satu paket saja, satu dua hari langsung lewat (dilupakan). Bahkan, juga kalau perlu, gunakan salah satu pulau yang masih kosong itu. Lalu diisi dengan hewan-hewan untuk berburu seperti babi. Kemudian siapkan paket berburu dimana yang berminat harus membayarnya. Di luar negeri, orang mau bayar sampai ratusan dolar setiap masuk area perburuan. Itu juga bisa kita lakukan. Jadi ini soal kreatifitas dan juga bagaimana kita mengemas. Dan sekarang ada Pak Nico dan Wagub yang membantu kita,” jelas dia.

Yasonna juga menjanjikan akan berupaya semaksimal mungkin melalui posisinya saat ini untuk membantu mengatasi berbagai kendala yang dihadapi untuk pengembangan Nias. (ns1)

 

 

 

 

 

 

 

 

About the Author
  1. Marselino Fau Reply

    Sangat Setuju

Leave a Reply

*

Translate »