JANGAN SALAH PILIH

Pilkada dan IPM Nias yang Masih Terendah se-Sumatera Utara

Etis Nehe | Dok. Pribadi

Etis Nehe | Dok. Pribadi

Oleh Etis Nehe*

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2015 tinggal menghitung hari. Sudah di depan mata. Tepatnya pada Rabu, 9 Desember 2015. Para kandidat sudah kampanye ke sana-kemari ‘menjual diri’ agar dipilih masyarakat.

Janji pembangunan, kesejahteraan dan apapun namanya adalah bagian utama dari jualan pada masa kampanye. Berharap dengan itu, masyarakat akan tergiur dan kemudian menjatuhkan pilihan pada pasangan yang sedang berlaga ini. Tidak peduli apakah dia pasangan petahana ataupun pendatang baru.

Sebagai bagian dari edukasi masyarakat, khususnya di Pulau Nias, saya menyajikan data-data penting berikut ini. Yakni, data-data perkembangan nyata pembangunan yang terjadi di Pulau Nias, terutama dalam lima tahun terakhir yang terangkum dalam apa yang disebut dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

IPM adalah salah satu indikator penting dari jalan tidaknya pembangunan di setiap daerah. Sebab, seperti dilansir BPS Sumut di situs resminya, IPM berfungsi mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Data ini selalu diperbarui secara berkala, setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai data resmi sesuai perkembangan lapangan setiap tahun.

Hasil pencarian di situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara sangat mengejutkan. Data-data IPM khusus kabupaten/kota di Pulau Nias, khususnya di empat kabupaten, masih sangat memrihatinkan. Belum beranjak dari empat terbawah dari total 33 kabupaten/kota se-Sumatera Utara.

Empat peringkat terendah secara berturut-turut ditempati oleh Kabupaten Nias Barat (33), Kabupaten Nias Selatan (32), Kabupaten Nias (31) dan Kabupaten Nias (30). Sedangkan Kota Gunungsitoli menempati peringkat ke-24 sekaligus peringkat teratas di Pulau Nias.

Peringkat itu belum berubah dalam lima tahun terakhir bahkan juga dari tahun-tahun sebelumnya. Angka IPM empat kabupaten tersebut, selama lima tahun berturut-turut selalu berada di bawah angka 60. Hanya keempat daerah itu di Sumatera Utara yang masih berada di bawah angka 60. (Lebih lengkap mengenai konsep dan metode perhitungan IPM, bisa baca di sini: Indeks Pembangunan Manusia).

Memang secara konstan terjadi peningkatan namun tidak signifikan. Angka-angka itu, mestinya, seiring pemekaran wilayah dan besarnya dana yang masuk ke Pulau Nias pascapemekaran sudah berubah signifikan. Berbagai ketertinggalan akut sebelum pemekaran, mestinya juga menjadi pendorong untuk bergerak lebih cepat mencapai akselerasi pembangunan yang lebih tinggi dibanding daerah-daerah lain di daratan Sumatera Utara.

Tentu saja, angka-angka itu harus dibaca dengan mengaitkannya dengan aspek-aspek lain pembangunan yang menopangnya sehingga kualitas hidup atau pembangunan manusia yang membaik itu terwujud. Kebijakan pembangunan yang berpihak pada kepentingan mendesak masyarakat, penggunaan anggaran secara bertanggungjawab dan berintegritas hingga pembangunan infrastruktur adalah di antara unsur-unsur penopang tersebut.

IPM Kepulauan Nias 2014

Idealnya, dengan anggaran yang makin besar, dan juga keleluasan memimpin dan mengambil kebijakan sendiri dalam cakupan geografis yang kini makin kecil seiring pemekaran, maka pelaksanaan pembangunan mestinya lebih kreatif, gesit, terarah dan berbuah nyata. Bahkan harus diakui, kebanyakan infrastruktur yang ada saat ini, adalah warisan pembangunan era rekonstruksi dan rehabilitasi pascagempa.

Itu berarti bahwa sebenarnya, pemanfaatan anggaran yang banyak masuk ke Pulau Nias pascapemekaran masih jauh dari harapan. Entah karena sistem penganggaran yang tidak tepat, salah prioritas pembangunan hingga korupsi anggaran secara sistematis, semua itu berperan menurunkan kualitas dan kuantitas pembangunan yang pada akhirnya berujung pada kualitas pembangunan manusia masyarakat Nias.

Bukan Calon Bermental Calo

Tak dapat dihindarkan, data-data ini akan menyajikan dua pesan penting yang harus dicermati masyarakat Nias, khususnya yang memiliki hak suara pada Pilkada minggu depan.

Pertama, data-data itu otomatis menjelaskan kinerja pemerintahan lima tahun terakhir. Tentu saja dalam hal ini berarti kinerja kepala daerah yang memerintah dalam lima tahun terakhir. Data ini menyajikan dengan gamblang apakah janji-janji mereka lima tahun lalu sejalan dengan kenyataan yang terjadi.

Dan bila ingin berkuasa lagi dengan mencalonkan diri pada Pilkada kali ini, maka data ini juga harus jadi rujukan untuk merumuskan program-program yang lebih realistis berbasis keadaan ril. Kalau masih dipercaya masyarakat dan terpilih maka harus melakukan evaluasi besar-besaran guna memperbaiki keadaan yang masih buruk itu. Bukannya mengulangi jualan janji omong kosong lagi.

Kedua, bagi pasangan calon nonpetahana atau pendatang baru data ini juga harus menjadi referensi penting. Perlu dipertanyakan apakah mereka sungguh tahu persoalan sebenarnya di daerah dimana mereka mencalonkan diri. Apakah mereka sungguh tahu seperti apa kondisi Pulau Nias sebenarnya seperti ditunjukkan oleh data IPM.

Karena itu, data ini juga harusnya menjadi rujukan untuk menguji agenda dan janji yang mereka tawarkan bila terpilih memimpin pemerintahan lima tahun mendatang. Jangan-jangan mereka juga cuma jualan ‘kecap’ janji dan mimpi tapi tidak menjawab kebutuhan yang sebenarnya.

IPM SUmut 2014Karena itu, jadilah pemilih cerdas dan kritis. Jangan tergiur pencitraan yang memang dalam masa kampanya telah didesain sedemikian rupa agar bopeng-bopeng ketidakberesan bisa tertutupi. Pilih setelah melakukan penilaian yang wajar atas para calon itu.

Pilihlah karena si calon, setelah melalui berbagai pertimbangan, terbukti bisa dipercaya, berintegritas, tidak terbiasa dan/atau mahir korupsi serta kebijakannya berorientasi masyarakat dan bukan memperkaya diri sendiri, keluarga dan orang-orang dekatnya. Bukan calon yang suka mengatasnamakan rakyat untuk kepentingan pribadinya.

Jangan pilih calon yang bermental calo. Calon yang bermental calo sejatinya orientasinya adalah uang, kekayaan dan proyek yang bisa dan biasanya disiasati melalui sistem penganggaran setelah terpilih. Calon bermental calo sejatinya adalah pemburu rente yang tak segan menggadaikan nasib masyarakat untuk kepentingannya melalui pengatasnamaan. Kalau kritis, tidak sulit mengidentifikasi calon yang potensial bermental calo tersebut.

Pilihlah karena si calon dapat dipercaya dan bersedia ditagih janjinya. Bukan karena pertimbangan kedaerahan, marga, partai, ataupun agama secara sempit. Tetapi calon yang agenda kerja dan komitmennya bisa dipercaya untuk memperbaiki kondisi buruk seperti tergambarkan pada data-data IPM tersebut di atas.

Jangan gadaikan lima tahun masa depan Anda, keluarga dan masyarakat Nias hanya karena tergiur kenikmatan sehari melalui berbagai upaya manipulasi dan penipuan untuk mendapatkan suara. Di antaranya, melalui politik uang dalam berbagai bentuk, seperti pembagian uang, sembako, dan aneka modus lainnya. 

*Pemimpin Redaksi situs NiasSatu.Com, warga dan pemerhati Nias, tinggal di Jakarta.

 

About the Author

Leave a Reply

*

Translate »