RENUNGAN

Besok, Tidak Ada Yang Baru!

rocky-nagoyaOleh Rocky Saputra

“What has been will be again, what has been done will be done again; there is nothing new under the sun.” (Ecclesiastes 1:9 – NIV)

“Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.” (Pengkhotbah 1:9 – LAI)

Ketika proses perhitungan suara pada pemilhan presiden Amerika tahun 2016 sedang berjalan, Presiden Barack Obama mengatakan suatu kalimat yang cukup menarik:

“No matter what happens, the sun will rise in the morning (Apapun yang terjadi, matahari akan terbit pada pagi nanti)”

Pengamat mengatakan bahwasanya Barack Obama, ketika berkata demikian, sudah mempunyai “firasat” bahwa Donald Trump, dari Partai Republik, akan memenangkan pemilihan. Sejarah ternyata mencatat, bahwa benar adanya demikian.

Renungan ini tentunya tidak akan membahas pemilihan presiden Amerika Serikat.

Saya melihat bahwa apa yang dikatakan oleh Barack Obama, sudah dicatat dan dituliskan ribuan tahun sebelumnya, di kitab Pengkotbah.

Terlepas dari apapun yang terjadi, maka matahari tetap terbit pada esok hari. Matahari seakan tidak peduli akan adanya kegaduhan ataupun pesta, maupun tangisan yang berkaitan dengan hasil pemilihan presiden Amerika tersebut. Matahari seakan seperti sosok makhluk hidup yang tidak peka dan tidak berperasaan.

Tetapi kitab Pengkhotbah menekankan bahwa sebenarnya memang tidak ada yang baru didalam siklus kehidupan ini.

Kehadiran matahari, sesuai siklus yang ada, seakan menggambarkan memang tidak ada sesuatu yang berbeda, yang mampu mengubah jadwal kehadirannya. Matahari itu sendiri juga terikat dengan siklus yang ada. Matahari tidak bisa tiba-tiba “ngambek” atau “ambil cuti” untuk tidak terbit pada pagi hari. Matahari selalu rutin melakukan “tugasnya” dengan setia.

Kembali ke pernyataan Barack Obama. Ia membuat pernyataan yang tepat, bahwa apapun hasil pemilihan presiden, semuanya akan berjalan dengan sama seperti yang ada, layaknya matahari yang terbit pada pagi hari. Mungkin pernyataan beliau, berbau politis, namun tidak salah.

Bilamana memang tidak ada sesuatu yang baru di bawah matahari, bagaimana dengan penemuan penemuan yang dihadirkan manusia.

Saya melihat bahwa konteks ayat ini, sebenarnya bukan merujuk kepada hal berbau teknologi. Jadi bisa saja ada penemuan baru dalam konteks teknologi, misalnya adanya penemuan komputer, ataupun penemuan internet dan sebagainya. Saya melihat bahwa ayat ini lebih berkaitan dengan sosok manusia yang tidak terpuaskan, yang berujung kepada dosa.

Dalam Pengkhotbah 1:8 dituliskan demikian, “Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar.” Melihat kondisi manusia yang berdosa, sungguh tidak ada yang baru , dibawah matahari, di dalam perilaku manusia.

Manusia menjadi sosok yang tidak pernah puas, dengan mata yang tidak kenyang melihat dan telinga yang tidak puas mendengar. Ketidakpuasan manusia, membuatnya menjadi makhluk yang tidak terkontrol.

Manusia menjadi makhluk yang tega membunuh sesamanya, bahkan hal ini sudah ada sejak Kain membunuh Habel, yang mana tercatat di Kejadian 4:8.

Kejahatan seksual seperti di Sodom dan Gomora, yang berujung kepada dimusnahkannya kedua kota tersebut, tetap terus berjalan dan terulang hingga kini.

Jadi tidak ada yang baru di bawah matahari.

Dengan tidak ada yang baru dibawah matahari, apakah tahun baru 2017 yang akan dirayakan esok hari, menjadi suatu yang hambar?

Jawabannya adalah tidak.

Di sisi lain, tulisan “tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari” juga berkaitan dengan sesuatu yang sudah lama dan tidak baru namun sangat berarti bagi manusia.

Saya hanya menampilkan dua ayat saja, yang menggambarkan bahwa manusia tidak harus perlu sesuatu yang baru, karena apa yang “sudah lama” ternyata sangat berarti bagi manusia.

  1. Ratapan 3:22-23 mencatat, “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!”
  2. Mazmur 89:3 tertulis demikian, “Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit.”

Kasih setia Tuhan bukan “sesuatu yang baru di bawah matahari”. Kasih setia Tuhan sudah ada sejak matahari itu belum ada.

Tetapi sesuatu yang “tidak baru” itu , merupakan sesuatu yang “dapat memperbarui” serta menguatkan manusia di dalam menjalankan rutinitas kehidupan selayaknya matahari yang rutin terbit.

Mari kita memasuki tahun baru 2017 dengan “sesuatu yang lama” di bawah matahari, yaitu kasih setia Tuhan yang selalu beserta kita.

Niscaya kita semua selalu diperbarui dan dikuatkan, untuk mengarungi tantangan kehidupan yang ada.

Selamat Tahun Baru 2017.

Tuhan Yesus memberkati.

About the Author

Leave a Reply

*

Translate »