PEJUANG ASAL NIAS

Prajurit KKO Famake Nehe, Putra Nias yang Gugur Saat Menumpas Pemberontakan PRRI/Permesta

Makam Prajurit KKO I Famake Nehe di TMP Kairagi, Manado, Sulawesi Selatan | Dok. Redaksi NiasSatu.com

NIASSATU, JAKARTA – Putra-putri Nias merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam upaya memperjuangkan dan menjaga kelangsungan bangsa ini. Tak sedikit pemuda-pemudi Nias yang mengabdi dan berkorban nyawa bagi negeri ini.

Meski begitu, tidak banyak nama yang diketahui dan diingat oleh masyarakat Nias sendiri tentang putra-putri terbaiknya yang pernah ambil bagian dalam mempertahankan dan membangun negara ini sejak awal negeri ini berdiri.

Beberapa dari mereka tidak dikenal karena tidak banyak informasi yang diketahui dan dipublikasikan tentang mereka, atau kurangnya upaya untuk mendata dan mengabadikan nama-nama mereka di Pulau Nias.

Namun, informasi tentang mereka masih tercatat dalam berbagai dokumen  sejarah negeri ini.

Salah satunya adalah prajurit Korps Komando Operasi (KKO) Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), Prako (Prajurit KKO) I Famake Nehe. KKO kini dikenal dengan nama Korps Marinir sebagai salah satu satuan utama TNI Angkatan Laut (TNI AL).

Prako I Famake dengan Nomor Registrasi Pusat (NRP) 7625 gugur dalam operasi menumpas pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perdjoangan Rakjat Semesta (Permesta) di Sulawesi Utara dengan pangkat terakhir Prako I pada 21 Oktober 1958 di makamkan di Taman Makam Pahlawan Kairagi, Manado, Sulawesi Utara.

Keberadaan makamnya pertama kali diketahui ketika seorang relasi bernama Philip B. Manurung di Manado menemukan makamnya saat berkunjung di TMP Kairagi dan mengirimkan fotonya melalui pemimpin redaksi Nias Satu, Etis Nehe. Selanjutnya, dengan difasilitasi oleh putra Nias yang juga perwira di Markas Komando Korps Marinir Kol. Yulianus Zebua, redaksi melakukan penelusuran dan mendapatkan informasi lebih lengkap tentang sosok Prako I Famake.

Selain dimakamkan di TMP Kairagi, nama almarhum Prako I Famake juga diabadikan dengan cara dipahat pada dinding/prasasti khusus yang berisi daftar para prajurit Korps Marinir yang telah gugur di medan operasi di Markas Komando Korps Marinir di Jl. Prajurit KKO Usman-Harun, Kwitang, Jakarta Pusat, Jakarta. Pada prasasti itu namanya terpahat pada nomor urut 13.

Lahir di Desa Bawömataluo

Prako I Famake lahir di Desa Bawömataluo, Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. Prako I Famake adalah salah satu dari beberapa putra desa itu yang ikut mengabdi sejak awal republik berdiri selain yang menjadi prajurit kepolisian pada masa itu.

Kepada redaksi Nias Satu, Bapak Jaji Nehe, salah satu keponakan almarhum Prako I Famake,  mengatakan, Prako I Famake adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara. Tujuh di antaranya adalah perempuan.

“Saya tidak pernah melihat wajahnya. Tetapi dari cerita Bapak saya kepada kami, Ama ma sakhi (Bapak bungsu kami) almarhum Famake masih sangat muda saat meninggalkan desa karena ingin masuk sekolah tentara. Saat itu keinginannya untuk menjadi tentara sangat kuat. Bapak saya dan saudara-saudaranya terpaksa sampai menjual kebun untuk memenuhi keinginannya. Lalu dia pergi sampai tiba Surabaya dan masuk tentara Angkatan Laut di sana,” jelas pria yang juga dipanggil sebagai Ama Intan Riang Nehe tersebut.

Dia mengatakan, sejak itu, almarhum Prako I Famake tidak pernah lagi pulang ke desa Bawömataluo karena tugasnya, sampai kemudian keluarga besarnya mendapat kabar bahwa dia telah gugur dalam pertempuran di wilayah Sulawesi.

Tanda Penghormatan

Sebagai tanda pengakuan dan penghormatan negara atas jasa almarhum Prako I Famake, kata dia, keluarganya di Desa Bawömataluo selalu diundang oleh pemerintah untuk mengikuti upacara peringatan HUT kemerdekaan RI di lapangan Orurusa, di Teluk Dalam.

“Biasanya, setiap 17 Agustus wakil keluarga kami hadir karena diundang pemerintah sebagai penghormatan. Biasanya pemerintah memberikan sebentuk tanda dalam bentuk bingkisan. Yang mewakili keluarga kami adalah abang saya Ama Bagafore Nehe. Namun, dua tahun sebelum abang saya meninggal beberapa tahun lalu, undangan dan pemberian tanda penghormatan itu sudah tidak pernah ada lagi sampai sekarang,” jelas dia.

Dari beberapa informasi yang dihimpun Nias Satu, semuanya membenarkan mengenai keberadaan almarhum Prako I Famake tersebut dan juga pemberian tanda penghormatan setiap peringatan ulang tahun kemerdekaan RI pada setiap 17 Agustus di Teluk Dalam bertahun-tahun yang lalu.

Dia juga mengatakan, pihak keluarganya pernah mendengar bahwa Prako I Famake memiliki dua anak. Namun, sampai sekarang mereka tidak pernah mengetahuinya secara jelas karena tidak pernah berkomunikasi karena tidak tahu dimana mereka berada dan juga kontak mereka.

“Kami sangat senang dengan adanya informasi bahwa makamnya ada di Taman Makam Pahlawan. Walau kami tidak bisa ke sana untuk melihatnya, tetapi kami bersyukur mengetahui informasi ini,” kata dia.

Redaksi juga telah berusaha mencari dokumen fotonya, namun sampai berita ini ditayangkan belum ditemukan, termasuk dari keluarga di Desa Bawömataluo. 

Nama Prako I Famake Nehe (diberi tanda hijau oleh redaksi) di prasasti para prajurit marinir yang telah gugur dalam operasi di Mako Korps Marinir, Jakarta | Dok. Kol. Yulianus Zebua.

Kesesuaian Data

Meski begitu, kemungkinan karena data kejadian yang sudah sangat lama, redaksi menemukan beberapa ketidaksesuaian data. Ketidaksesuaian itu, yakni berdasarkan data di prasasti di Mako Korps Marinir dan lokasi fisik makam disebutkan bahwa makam berada di TMP Kairagi. Namun, data Disminpers Korps Marinir mencatat lokasinya di TMP Amurang di Kecamatan Bitung, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara.

Menurut Kol. Yulianus Zebua, merujuk pada data di prasasti di Mako Korps Marinir, dapat dipastikan bahwa lokasi makam yang tepat adalah di TMP Kairagi dengan nomor makam 37. Sebab, berdasarkan data di prasasti tersebut, hanya satu prajurit KKO yang dimakamkan di TMP Amurang dan bukan atas nama Prako I Famake.

Perbedaan data lainnya adalah pada keterangan pangkat. Di nisan di TMP Kairagi tercatat berpangkat Klasi I, sedangkan di data Disminpers dan di prasasti di Mako Korps Marinir pangkatnya adalah Prako I. Kol. Yulianus mengatakan, pangkat Prako I itu setara dengan Prajurit I (Pratu) pada sistem kepangkatan di TNI saat ini.

Lalu, di nisan di TMP Kairagi NRPnya tertulis 7265, sedangkan di data Disminpers tertulis 7625. Dan terakhir, mengenai tanggal gugur terdapat tiga versi. Di nisan di TMP Kairagi tertulis pada 021158 (01 November 1958), sedangkan di data Disminpers tertulis pada 041058 (04 Oktober 1958) dan di prasasti di Mako Korps Marinir tertulis pada 211058 (21 Oktober 1958).

Kol. Yulianus yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dinas Keuangan (Kadiskeu) Korps Marinir mengatakan, kemungkinan perbedaan data itu disebabkan ketidakakuratan pencatatan pada masa itu karena sistem administrasi masih sederhana. Namun, dengan data-data pokok yang tertera di prasasti di Mako Korps Marinir, kata dia, dapat dijadikan rujukan dan bukti mengenai riwayat perjuangan dan makam Prako I Famake yang valid. Sedangkan perbedaan data lainnya bisa diupayakan untuk diperbarui kemudian.

Dia mengatakan, ditemukannya nama putra Nias itu dalam daftar pejuang di Taman Makan Pahlawan merupakan sesuatu yang membanggakan. Menurut dia, ada kemungkinan alm. Prako I Famake merupakan putra Nias pertama atau yang paling awal masuk dalam satuan KKO/Marinir.

“Kalau almarhum Pak Famake Nehe gugur pada 1958 dengan pangkat Prako I, bisa jadi almarhum masuk KKO sekitar 1952-1954,” jelas dia.

Dia menambahkan, data-data tersebut menjadi catatan penting bagi generasi Nias bahwa mereka adalah bagian tak terpisahkan dalam memperjuangkan dan mempertahankan negara ini sejak awal.

“Ini salah satu bukti dan kebanggaan bagi putra-putri Nias. Bahwa dari masa-masa awal negeri ini putra-putri Nias ikut berjuang bagi bangsa ini. Mereka menorehkan catatan perjuangan dan juga mengorbankan nyawa mereka untuk negeri ini. Sangat membanggakan mengetahui hal ini. Apalagi pada masa itu, kepulauan Nias masih sangat terisolir dari dunia luar, namun ternyata ada putra Nias yang telah pergi sangat jauh dan bergabung dalam perjuangan mempertahankan negeri ini,” ujar Kol. Yulianus mengungkapkan kebanggaannya atas kiprah salah satu putra terbaik kepulauan Nias yang juga mengabdi di satuan dimana dia sekarang menjadi perwira menengah. (ns1/Etis Nehe)

About the Author

Leave a Reply

*

Translate »